Menuju konten utama

Prabowo Janji Setop Impor, INDEF: Bisa Picu Kenaikan Harga Tinggi

Peneliti INDEF menilai pernyataan capres nomor urut 02, Prabowo Subianto yang berjanji akan menyetop impor bahan makanan bisa berakibat pada kenaikan harga yang tinggi.

Prabowo Janji Setop Impor, INDEF: Bisa Picu Kenaikan Harga Tinggi
Capres nomor urut 02 Prabowo Subianto mengikuti debat capres putaran keempat di Hotel Shangri La, Jakarta, Sabtu (30/3/2019). ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A.

tirto.id - Calon presiden nomor urut 02, Prabowo Subianto berjanji akan menyetop impor bahan makanan. Dalam Debat Pilpres ke-4 kemarin, ia mengatakan hal itu perlu dilakukan agar Indonesia dihormati oleh negara ASEAN lainnya sebagai negara agraris.

Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Rusli Abdullah mengatakan saat ini impor bahan makanan masih belum dapat terhindarkan.

Ia mencontohkan produksi beras Indonesia baru mencapai angka surplus 2,8 juta ton pada 2018 sehingga dinilai belum cukup untuk menjamin kebutuhan dalam negeri berikut cadangannya. Sebaliknya, Rusli menilai pencapaian dengan ambisi itu setidaknya memerlukan surplus beras senilai 8-10 juta ton.

“Kalau kita bisa surplus 8-10 juta ton beras, bisa enggak impor. Kalau surplus masih 2,8 juta ton bisa sih enggak impor tapi konsekuensinya adalah bisa ada kenaikan harga beras begitu tinggi,” ucap Rusli saat dihubungi reporter Tirto pada Senin (1/4/2019).

“Kita bisa enggak impor tapi itu butuh 1-3 tahun, jadi tetap butuh impor,” tambah Rusli.

Rusli mengatakan keputusan untuk tidak melakukan impor bahan makanan memang bergantung pada kemauan presiden. Namun, jika terjadi masalah ketersediaan pasokan maka masyarakat yang akan menanggung dampaknya.

Menurut Rusli, persoalan ini sebenarnya sudah lama menjadi domain Bulog yang biasa bertanggung jawab menyerap produksi dalam negeri dan menampung beras impor sebagai cadangan ketika harga tinggi.

Namun, kalaupun Indonesia mampu untuk surplus, Rusli mengatakan kapasitas yang dimiliki Bulog sendiri tidak seberapa sehingga surplus yang terjadi bisa jadi tak terserap dan tidak dapat menjadi cadangan pasar. Sebab saat ini kapasitas Bulog baru saja akan diperluas dari 3,5 juta ton menjadi 5,5 juta ton.

“Kita ada 2,8 juta ton itu bisa enggak diserap. Kadang kan Bulog juga harus impor beras untuk cadangan,” ucap Rusli.

Sebelumnya, capres nomor urut 02, Prabowo Subianto mengatakan jika terpilih maka pemerintahannya tidak akan impor bahan makanan dari luar negeri. Sebab Indonesia tidak terlalu dihormati karena utang, mata uang lemah, dan impor bahan makanan.

“Saya berjuang agar Indonesia dihormati. Indonesia kuat. Indonesia berdiri di atas kaki sendiri. Indonesia dihormati karena rakyat sejahtera bukan karena rakyat miskin. Kita tidak akan impor bahan makanan dari luar negeri,” ucap Prabowo dalam segmen kelima Debat Capres ke-4 pada Sabtu (30/3/2019) lalu.

Baca juga artikel terkait IMPOR atau tulisan lainnya dari Vincent Fabian Thomas

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Vincent Fabian Thomas
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Maya Saputri