Menuju konten utama

PR Berat Prabowo-Sandiaga dan Perang Pilpres di Dapil Luar Negeri

Prabowo-Sandiaga dianggap memikul beban berat menjaring pemilih di dapil luar negeri.

Calon Presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto memberikan keterangan pers mengenai penganiayaan anggota BPN Ratna Sarumpaet, di Jalan Kertanegara, Jakarta, Selasa (2/10/2018). ANTARA FOTO/Galih Pradipta

tirto.id - Hak pilih Warga Negara Indonesia (WNI) di luar negeri tak bisa dianggap remeh oleh kandidat hajatan politik Pilpres 2019. Berdasarkan Daftar Pemilih Tetap Hasil Perbaikan (DPTHP) tahap I yang ditetapkan Komisi Pemilihan Umum (KPU), ada 2.025.344 WNI di luar negeri yang tercatat memiliki hak pilih pada Pemilu 2019.

Jumlah pemilih dapil luar negeri tersebut, berdasarkan DPT 2019 dari KPU yang belum diperbarui, nyaris serupa dengan jumlah pemilih di Kalimantan Timur yakni, 2.368.200 pemilih. Dapil luar negeri jauh melampaui jumlah pemilih di Papua Barat, Kepulauan Riau, Kalimantan Tengah, Maluku, Maluku Utara, Bengkulu, Gorontalo, dan Sulawesi Tengah.

Jika menilik hasil Pilpres 2014, menjaring suara pemilih yang tinggal di luar negeri menjadi pekerjaan rumah terbesar bagi pasangan Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno. Sebab Jokowi dominan mengantongi suara di daerah pemilihan (dapil).

Pada Pilpres paling mutakhir, Prabowo bersama Hatta Radjasa meraih 313.600 suara dari dapil luar negeri. Jumlah itu kalah dari raihan Jokowi-Jusuf Kalla sebanyak 364.257 suara.

Meski kalah secara total di dapil luar negeri, Prabowo-Hatta saat itu berhasil meraih suara yang cukup signifikan di sejumlah negara. Prabowo menang atas Jokowi di Myanmar, Sudan, Arab Saudi, Malaysia, dan Filipina. Pada beberapa TPS di negara itu, keunggulan Prabowo-Hatta atas Jokowi-JK mencapai puluhan ribu suara.

Salah satu daerah di luar negeri yang menyumbang suara terbanyak bagi Prabowo-Hatta kala itu adalah Kuala Lumpur, Malaysia. Di sana, Prabowo dan Hatta meraih 111.794 suara WNI. Jumlah itu melebihi raihan Jokowi-JK yakni 20.891 suara.

Didahului Tim Jokowi-Ma’ruf

Jokowi-Ma’ruf tampaknya tak mau lagi kalah dari Prabowo-Sandiaga di Kuala Lumpur, Malaysia. Untuk meraih lebih banyak dukungan dari luar negeri, khususnya Malaysia, Jokowi bersama tim kampanyenya mulai melakukan penjaringan suara, salah satunya dilakukan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa.

Pada Ahad (21/10) kemarin, Khofifah hadir dalam deklarasi Jaringan Kiai-Santri Nasional (JKSN) perwakilan Malaysia untuk pemenangan Jokowi-Ma'ruf. Acara itu diselenggarakan di Kuala Lumpur. JKSN Malaysia beranggotakan santri, mahasiswa, dan paguyuban WNI.

Kehadiran Khofifah di Malaysia untuk mendongkrak elektabilitas Jokowi-Ma'ruf. Juru Bicara Tim Kampanye Nasional (TKN) Lena Maryana Mukti berkata, suara dari Malaysia menjadi bagian yang penting untuk diperhatikan.

"Jejaring yang dimiliki Ibu Khofifah, baik di dalam maupun di luar negeri, tentu dapat meningkatkan elektabilitas Jokowi-KMA," kata Lena kepada reporter Tirto, Senin (22/10/2018).

Pergerakan TKN Jokowi-Ma'ruf mendekati pemilih di luar negeri mendapat perhatian Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandiaga. Juru Bicara BPN Gamal Albinsaid berkata, timnya tak khawatir dengan pergerakan yang sudah dilakukan tim kampanye Jokowi di luar negeri.

"Tidak khawatir sama sekali. Kami sudah mencium aroma-aroma kemenangan dari pemilih luar negeri. Karena gagasan kami adalah jawaban dari masalah hari ini dan tantangan ke depan," kata Gamal kepada reporter Tirto.

Gamal tak menjelaskan secara rinci gagasan yang ia sebut dapat menjawab persoalan WNI di luar negeri. Dia hanya menyebut, Prabowo-Sandiaga sudah punya program kerja yang berpihak pada WNI di luar negeri.

Prabowo-Sandiaga tercatat menanamkan janji politik meningkatkan kualitas pelayanan dan perlindungan WNI dan Badan Hukum Indonesia (BHI). Mereka juga menawarkan pelibatan aktif potensi diaspora Indonesia untuk mewujudkan kepentingan nasional.

"Kami tidak melihat dan memposisikan pemilih luar negeri sebagai objek politik atau sasaran pemilih. Lebih dari itu, kami ingin mendengar masalah mereka dan harapan mereka. Kami ingin mereka terlibat secara aktif partisipatif dan aspirasi mereka dapat terfasilitasi dengan baik," ujarnya.

Gamal juga berkata, BPN akan mulai aktif bergerak mendekati pemilih luar negeri. Dia menyebut, akan ada deklarasi dukungan untuk Prabowo-Sandiaga dari WNI di luar negeri. Deklarasi pertama akan dilakukan WNI yang ada di Australia, pada 25 November mendatang.

"Saya akan ke Sydney untuk mendengar, berdiskusi, dan membersamai WNI yang berada di sana. Masyarakat WNI yang berada di sana juga akan menyelenggarakan Deklarasi Relawan Prabowo-Sandi," katanya.

PR Berat Prabowo dan Sandiaga Uno

Peneliti politik dari LIPI Adriana Elisabeth menganggap, pendekatan terhadap pemilih di luar negeri harus dilakukan secara berbeda. Menurutnya, pemilih di luar negeri memiliki rasionalitas yang lebih tinggi. Karena itu, harus ada kampanye yang menarik guna menjerat simpati dan suara dari mereka.

"Kampanye yang menarik untuk pemilih rasional adalah dengan membuat assessment yang objektif, tentang keberhasilan Jokowi-JK dan menawarkan strategi baru untuk mengatasi masalah yang belum dapat diselesaikan oleh pemerintahan Jokowi-JK," ujar Adriana kepada reporter Tirto.

Menurut Adriana, kandidat di pilpres dapat meraih antipati dari pemilih di luar negeri seandainya, mereka selalu berkampanye negatif atau menyebar hoaks. Karena itu kampanye negatif yang tak imbang, harus dikurangi agar suara dari luar negeri bisa diraih kontestan pilpres.

"Kalau kampanye negatif tanpa apresiasi sedikit pun akan menimbulkan antipati, apalagi kampanye hoaks," tuturnya.

Pendapat lain dikemukakan Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR) Ujang Komarudin. Dia menganggap pekerjaan rumah yang berat untuk menarik suara dapil luar negeri, akan lebih dirasakan Prabowo-Sandiaga dibanding Jokowi-Ma'ruf.

Prabowo-Sandiaga dianggap harus berjuang ekstra lantaran lawan mereka adalah petahana yang sudah teruji kinerjanya. Sementara Prabowo dan Sandiaga belum terlihat capaiannya di pemerintahan selama ini.

"Sandi yang pernah jadi wakil gubernur pun tak bisa dinilai karena baru sebentar menjabat. Otomatis yang akan dinilai WNI di luar negeri kepada pasangan Prabowo-Sandi ya janji-janji kampanye, visi, misi, dan program-programnya," tutur Ujang kepada reporter Tirto.

Ujang menganggap jika pemerintahan Jokowi saat ini berjalan buruk, Prabowo-Sandiaga bisa meraih keuntungan dan berpotensi mendulang dukungan dari dapil luar negeri. Akan tetapi ia menyarankan Prabowo-Sandiaga fokus menggelar kampanye yang kreatif daripada berharap blunder dilakukan pemerintahan Jokowi.

"Kampanye yang dilakukan oleh Prabowo-Sandi harus lebih baik dan dari Jokowi-Ma'ruf Amin. Harus mengeluarkan energi yang ekstra jika yang dilawan incumbent," pungkasnya.

Baca juga artikel terkait PILPRES 2019 atau tulisan lainnya dari Lalu Rahadian

tirto.id - Politik
Reporter: Lalu Rahadian
Penulis: Lalu Rahadian
Editor: Dieqy Hasbi Widhana