Menuju konten utama

Potensi Sesar Lembang Gempa M 6,5-7, Seberapa Siap Bandung Raya?

Menurut penelitian, Sesar Lembang berpotensi menyebabkan gempa bumi berkekuatan magnitudo 6,5 hingga 7, lalu bagaimana mitigasi bencana di Bandung Raya?

Warga berfoto di dekat rambu informasi dan mitigasi zona Sesar Lembang di Kawasan Tebing Keraton, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Kamis (25/4/2019). ANTARA JABAR/Novrian Arbi/agr

tirto.id - Sesar Lembang berpotensi menyebabkan gempa bumi berkekuatan magnitudo 6,5 hingga 7 dengan pengulangan waktu 170-670 tahun. Hal ini berdasar penelitian yang telah dipublikasikan di jurnal internasional Tectonophysics pada 2019 lalu.

Sesar Lembang atau Patahan Lembang merupakan sebuah sesar yang membentang sepanjang 29 kilometer (km), mulai dari Padalarang, Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa Barat (Jabar) hingga Palintang.

“Setelah terjadi gempa, itu menyebabkan guncangan yang menyebar ke segala arah di wilayah Bandung Raya. Jadi tidak cuma di Lembang, tetapi di Kota Bandung, Kota Cimahi, Kabupaten Bandung, Sumedang, bahkan di dekatnya sekitar situ akan merasakan guncangan yang besar,” ungkap Peneliti Geologi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) yang terlibat dalam penelitian tersebut, Mudrik Rahmawan Daryono, ketika dihubungi Tirto pada Kamis (1/12/2022) sore.

Dalam penelitiannya juga menunjukkan bahwa Sesar Lembang tergolong sesar aktif atau masih bergerak dan dapat menimbulkan gempa bumi dalam kurun waktu 11.500 tahun silam. Tim peneliti ini juga melakukan trenching dalam studi paleoseismologi menemukan bukti setidaknya 3 gempa bumi pada abad ke-15, 2300–60 SM (Sebelum Masehi) dan 19.620–19.140 BP (Before Present).

Pada 28 Agustus 2011, sempat terjadi gempa M 3,3 dengan kedalaman yang sangat dangkal namun mengakibatkan dampak signifikan antara lain merusak 384 rumah warga di Kampung Muril, Kabupaten Bandung Barat.

Lalu pada 14 dan 18 Mei 2018, terdapat gempa M 2,8 dan 2,9 yang dampaknya dirasakan dalam skala intensitas II-III modified mercalli intensity (MMI) tetapi tidak menimbulkan kerusakan.

Sesar Lembang Aktif, Bandung Raya Berpotensi Terdampak Gempa

Hasil studi sesar aktif ini seharusnya menjadi perhatian bagi pihak terkait untuk melakukan mitigasi kebencanaan. Apalagi posisi Sesar Lembang ini dekat dengan Cekungan Bandung atau biasa disebut Bandung Raya yakni kota-kota dengan permukiman penduduk padat, seperti Kota Cimahi, Kota Bandung, Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, serta Kabupaten Sumedang.

Berdasar data Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah (BPIW) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), pada 2015 tercatat ada sekitar 8,3 juta jiwa di Cekungan Bandung dan dekat dengan Sesar Lembang ini.

Menurut Mudrik, kawasan permukiman padat penduduk tersebut memiliki potensi terdampak gempa bumi 6,5-7 M. “Ya, semuanya berpotensi untuk rusak dan lain sebagainya, tetapi faktanya di lapangan itu kan tidak semudah dari perkiraan,” ujar dia.

Selain permukiman padat penduduk, lanjut Mudrik, jalur PT Kereta Api Indonesia (KAI), kereta cepat Jakarta-Bandung, serta jalan tol pun potensial terdampak. Namun, dia menyebut pembangunan infrastruktur kereta cepat Jakarta-Bandung sudah mempertimbangkan potensi kegempaan dan memiliki Standar Operasional Prosedur (SOP) jika terjadi gempa.

“Jelas itu terdampak, tetapi engineer (insinyur) kawan-kawan sipil itu sudah mempersiapkan. Jadi kalau kereta cepat seingat saya, mereka sudah mempersiapkan dengan baik,” kata Mudrik.

Koordinator Geologi Gempa dan Tsunami Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Supartoyo juga menyepakati bahwa ada potensi Sesar Lembang bergerak dan menimbulkan gempa maka daerah di sekitarnya akan terdampak.

“Tentu saja kalau dia (Sesar Lembang) katakanlah bergerak, tentu daerah-daerah yang berada dekat dengan jalur dan zona Sesar Lembang ini akan mengalami guncangan paling kuat dibandingkan yang relatif cukup jauh dari zona Sesar Lembang,” jelasnya saat dihubungi Tirto pada Kamis (1/12/2022) malam.

Bandung Barat Kawasan Rawan Gempa Bumi

Foto udara Gunung Batu yang merupakan bagian dari Sesar Lembang di Pasirwangi, Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, Minggu (7/3/2021). ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi/rwa. (ANTARA FOTO/RAISAN AL FARISI)

Dampak lainnya terkait dengan jalur kereta cepat Jakarta-Bandung dan infrastruktur jalan tol juga akan terdampak, Supartoyo meyakini pihak KAI sudah mempersiapkan kemungkinan tersebut. Misal, terkait desain kereta cepat sudah dirancang sedemikian rupa sehingga tahan terhadap guncangan.

“Ya kalau bagian [Bandung] Barat kalau tidak salah, mungkin dekat dengan jalan tol dan jalur KAI, ya tentu dia sumbernya yang bergerak pada bagian [Bandung] Barat, tentu dia ada pengaruhnya terutama guncangan terhadap KAI maupun jalan tol,” tutur dia.

PT Kereta Cepat Indonesia Cina (KCIC) mengklaim struktur bangunan Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) dirancang tahan gempa. Direktur Utama PT KCIC, Dwiyana Slamet Riyadi menjelaskan desain struktur proyek KCJB dibuat untuk tahan menghadapi berbagai potensi bencana alam, termasuk gempa.

"Struktur Prasarana KCJB sudah mempertimbangkan kondisi di Indonesia yang sering terjadi gempa. Struktur Prasarana KCJB didesain tahan gempa dan bisa memiliki usia pakai hingga 100 tahun," katanya dikutip dari Antara, Jumat (25/11/2022).

Dengan mempertimbangkan referensi zona gempa dan kondisi seismik yang ada di Indonesia, prasarana KCJB seperti jembatan, subgrade hingga terowongan yang berada di sepanjang trase, dirancang supaya memiliki ketahanan gempa hingga 8,0 sampai dengan 9,0 Skala Intensitas Seismik (setara dengan 8 magnitudo).

Selain struktur bangunan yang tahan gempa, sarana kereta api cepat dalam hal ini kereta api cepat penumpang (EMU) dan kereta api cepat inspeksi (CIT) juga sudah dilengkapi fitur disaster monitoring atau pendeteksian bencana.

Sesar Lembang Terletak di Selatan Gunung Berapi Tangkuban Perahu

Sementara itu, dalam penelitian Mudrik, Sesar Lembang adalah patahan besar di Pulau Jawa bagian barat yang mengitari ujung utara Bandung, tepat di selatan Gunung Berapi Tangkuban Perahu yang aktif.

Terkait apakah pergerakan dari Sesar Lembang bisa memicu aktivitas Gunung Tangkuban Perahu, Mudrik mengatakan secara sains dan penelitian, hubungan antar sesar aktif ini dengan gunung api belum bisa dipastikan.

“Dan dari dasar ilmu yang saya baca, hubungan antara volcanism (vulkanisme) sama sesar aktif sejauh ini tidak ada kolerasi yang jelas, itu yang saat ini saya tahu,” ujar dia.

Berbeda dengan Mudrik, Koordinator Geologi Gempa dan Tsunami PVMBG Supartoyo memandang bahwa sesar dapat memicu aktivitas gunung api, namun tergantung dari status gunung apinya. Status gunung api mempunyai empat tingkatan, yaitu aktif normal, waspada, siaga, dan awas.

“Mungkin kalau [sesar] bisa mempengaruhi status suatu gunung api apabila kondisi magmanya sedang tidak stabil, itu biasanya dia status kenaikan gunung apinya paling tidak di atas normal. Kalau normal, biasanya tidak akan memicu kenaikan aktivitas gunung api,” kata Supartoyo.

Bagaimana Mitigasi Bandung Raya atas Potensi Gempa Sesar Lembang?

Di samping itu, penelitian Mudrik mengungkapkan bahwa Sesar Lembang dan sesar lain di Pulau Jawa kemungkinan akan menimbulkan risiko besar tidak hanya untuk Bandung, tetapi banyak aglomerasi perkotaan besar di Pulau Jawa. Oleh karena itu, Mudrik meminta agar pemerintah daerah (pemda), masyarakat, dan semuanya tidak lagi menafikan hasil penelitiannya alias menerima fakta-faktanya.

Dia pun mendorong agar pemda setempat mengubah tata ruang, pola pembangunan, dan lain sebagainya. Namun, Mudrik menghargai upaya Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bandung Barat, Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung, serta Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jabar.

“Mungkin kawan-kawan (pemerintah) sedang bekerja, tetapi ya terus terang kalau yang saya lihat, tidak bisa mengubah seperti membalik telapak tangan, itu bukan sesuatu yang mudah, tapi mereka selalu terus bekerja ke arah sana. Saya pikir itu sesuatu yang kita harus hargai juga,” kata dia.

Supartoyo menilai ada tiga persiapan yang harus dimiliki Bandung Raya untuk menghadapi potensi gempa M 6,5-7 dari Sesar Lembang, yakni mitigasi, penataan ruang, dan penguatan regulasi. Upaya mitigasi dapat dilakukan melalui pembangunan fisik, contohnya membangun bangunan tahan gempa bumi, tempat jalur evakuasi.

“Jangan lupa mitigasi yang sifatnya non-struktural yaitu dengan meningkatkan kapasitas bagi penduduk, masyarakat, maupun aparat pemerintah setempat dalam menghadapi kemungkinan perulangan gempa bumi. Ini bisa melalui sosialisasi, simulasi, wajib latih, kemudian juga membuat skenario, dan lain sebagainya,” sambung Supartoyo.

Lebih lanjut dia, upaya kedua adalah penataan ruang. Misalnya, ada penataan ruang di kawasan rawan gempa bumi tinggi, menengah, serta jalur patahan aktif.

Sesar Lembang

Warga menikmati keindahan alam di dekat rambu informasi dan mitigasi zona Sesar Lembang di Kawasan Tebing Keraton, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Kamis (25/4/2019). ANTARA JABAR/Novrian Arbi/agr

“Dan yang terakhir yang bisa dilakukan adalah memperkuat regulasi setempat. Jadi perda (peraturan daerah) yang mewajibkan, misalnya untuk membangun bangunan tahan gempa bumi di kawasan rawan gempa bumi tinggi atau yang bermukim, beraktivitas di sekitar sesar aktif dalam hal ini Sesar Lembang. Jadi tiga itu, mitigasi, penataan ruang, sama penguatan regulasi,” tutup Supartoyo.

Selain itu, Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi BNPB Abdul Muhari juga menambahkan mitigasi potensi gempa dari Sesar Lembang, BNPB bekerja sama dengan LIPI dan ITB sudah melakukan edukasi dan program desa tangguh bencana (Destana) dari tahun 2018.

"Ya, kalau untuk edukasi masyarakatnya, kita bekerja sama dengan BPBD [Badan Penanggulangan Bencana Daerah] setempat. Karena sebenarnya kalau untuk lokasi-lokasi yang spesifik ya [kerja samanya] dengan BPBD," jelas Abdul Muhari kepada Tirto, Jumat (2/12/2022).

Ia menambahkan saat ini di sepanjang jalur Sesar Lembang, BNPB juga sudah menyediakan papan informasi tentang apa itu Sesar Lembang dan informasi terkait lainnya yang bisa diakses oleh masyarakat.

Selain itu, BNPB juga memaparkan apa saja langkah-langkah mitigasi dan kesiapsiagaan yang perlu dilakukan terutama bagi masyarakat di daerah yang dilalui sesar aktif ini agar tetap waspada.

Baca juga artikel terkait SESAR LEMBANG atau tulisan lainnya dari Farid Nurhakim

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Farid Nurhakim
Penulis: Farid Nurhakim
Editor: Maya Saputri