Menuju konten utama

Polri Sebut Amir JAD Bekasi Bisa Buat Pemicu Bom Pakai Wifi

Polri menyatakan amir JAD Bekasi, yakni EY (27), mampu memodifikasi pemicu bom yang memakai jaringan WiFi. 

Polri Sebut Amir JAD Bekasi Bisa Buat Pemicu Bom Pakai Wifi
Karopenmas Divhumas Polri Brigjen Pol Dedi Prasetyo (kanan) dan Kabag Penum Divhumas Polri Kombes Pol Asep Adi Saputra, menunjukkan sejumlah gambar barang bukti hasil penangkapan sejumlah teroris jaringan Jamaah Ansharut Daulah (JAD) saat konferensi pers di Mabes Polri, Jakarta, Senin (6/5/2019). ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso/ama.

tirto.id - Karopenmas Mabes Polri Brigjen Pol Dedi Prasetyo menyatakan amir (pimpinan) Jamaah Ansharut Daulah (JAD) Bekasi EY (27) bisa memodifikasi pemicu bom yang dikendalikan dari jarak jauh.

Dedi menjelaskan EY bisa membuat pemicu bom yang dikendalikan melalui jaringan WiFi. Teknologi ini, kata Dedi, berbahaya sebab sulit dihalangi dengan pengacak sinyal telepon seluler.

Menurut Dedi, alat pengacak sinyal bisa menghentikan pemicu bom yang dikendalikan dengan telepon seluler.

“Dengan WiFi, [pengacak sinyal] tidak akan [berpengaruh], mereka pakai router [penguat sinyal], beraksi dari jarak jauh,” ujar Dedi di Mabes Polri, Jakarta pada Jumat (10/5/2019).

Dengan teknologi pemicu jarak jauh itu, Dedi menambahkan, pelaku bisa mengontrol ledakan dengan lebih leluasa. “Ke mana massa berlari, pelaku bisa meledakkan. Itu justru menimbulkan korban lebih banyak,” ujar Dedi.

EY ditangkap polisi di kawasan Duren Sawit, Jakarta Timur pada Rabu, 8 Mei lalu. Dari EY, polisi menyita 2 bom rakitan.

Dua bom pipa serta alat dan bahan peledak perakitan bom ditemukan Densus 88 di toko ponsel milik EY. Dari toko itu, polisi menyita senyawa asam klorida (HCl), pupuk, jerigen berisi aseton, dan termometer.

Berdasar keterangan Dedi, EY diduga berencana meledakkan bom saat ada demonstrasi “people power” di kantor Komisi Pemilihan Umum (KPU), pada 22 Mei mendatang.

Dua bom rakitan EY berdaya ledak tinggi untuk jarak 50 meter dan bisa memicu kerusakan pada radius 100 meter. Selain itu, kata Dedi, bom tersebut bisa dikendalikan dari jarak 1 kilometer jika pemicu dihubungkan dengan penguat sinyal.

Daya rusak dua bom tersebut juga lebih besar dari rakitan jaringan teroris Sibolga yang sebelumnya ditemukan oleh Densus 88.

“Bom Sibolga, tingkat fatalitas bisa 50 meter sampai 200 meter. Itu bom punya daya ledak, tapi tak punya daya penghancur,” ujar Dedi.

Dia mencatat ledakan yang dikendalikan teroris dari jarak jauh pernah terjadi pada insiden Bom Bali I dan Bom Marriot.

“Kalau (bom daya ledak tinggi) dari jarak jauh ada Bom Bali I, itu ada pengebom bunuh diri dan ada switching, juga peristiwa bom Marriott,” kata Dedi.

Baca juga artikel terkait BOM atau tulisan lainnya dari Adi Briantika

tirto.id - Hukum
Reporter: Adi Briantika
Penulis: Adi Briantika
Editor: Addi M Idhom