Menuju konten utama

Politikus PAN Minta Menag Belajar Lagi Soal Agama dan Iman

Ali Taher Parasong meminta Menteri Agama Fachrul Razi belajar mendalam tentang agama dan makna dari radikalisme.

Politikus PAN Minta Menag Belajar Lagi Soal Agama dan Iman
M. Ali Taher. FOTO/mpr.go.id

tirto.id -

Anggota Komisi VIII Fraksi PAN, Ali Taher Parasong meminta Menteri Agama Fachrul Razi untuk belajar lebih mendalam tentang agama dan makna dari radikalisme.

Fachrul juga harus mampu memisahkan apa yang menjadi kewenangan pemerintah dengan keyakinan masing-masing umat.

Permintaan Ali menyikapi pernyataan Fachrul Razi soal larangan celana cingkrang dan cadar dikaitkan dengan radikalisme yang menuai kontroversi.

"Oleh karena itu, belajarlah tentang apa itu agama, Pak Menteri. Apa itu faith dan apa itu religion. Agama pasal 29 adalah organisasi, mengatur, bukan faith. Faith itu iman, jangan diganggu," kata Ali Taher dalam Rapat Kerja Komisi VIII DPR RI dengan Menteri Agama di Kompleks Parlemen, Jakarta, Kamis (7/11/2019).

Politikus Partai Amanat Nasional (PAN) menegaskan keyakinan masing-masing umat beragama di Indonesia tak boleh dimasuki oleh siapa pun termasuk pemerintah. Menurutnya pemerintah dalam hal ini Kemenag hanya mengatur dalam koridor pendidikan agama, menciptakan kerukunan antar-agama di Indonesia serta persoalan anggaran.

"Tetapi begitu bicara soal salat, zakat, dan lain sebagainya itu adalah faith. Anda tidak boleh masuk wilayah itu," ucap Ali Taher.

Ali Taher meminta Fachrul untuk tak salah lagi memahami radikalisme. Pasalnya, Ali Taher melihat pemahaman radikalisme versi Fachrul hanya menyudutkan praktik keagamaan.

"Kata radikalisme adalah akar dari sebuah persoalan teologis, yang keliru adalah menggunakan radikalisme dalam konteks politik yang menghancurkan peradaban," kata Ali Taher.

Ali yang pada periode 2014-2019 lalu menjadi Ketua Komisi VIII DPR kemudian mengingatkan posisi Kemenag jangan sampai justru menjadi pemicu rusaknya kerukunan antarumat beragama.

"Anda dan Kemenag menjadi wasit. Jangan sampai wasit Anda berjalan di dalamnya. Kemudian Anda kehilangan para pemain, maka Anda jalan sendirian. Hati-hati bisa ditinggalkan umat," pungkasnya.

Baca juga artikel terkait RADIKALISME AGAMA atau tulisan lainnya dari Bayu Septianto

tirto.id - Politik
Reporter: Bayu Septianto
Penulis: Bayu Septianto
Editor: Hendra Friana