Menuju konten utama

Politik Sinterklas Papa Setnov di NTT

Bak Sinterklas, Setya Novanto memberi banyak “kado” di NTT. Mengantarkannya 20 tahun menjadi wakil rakyat di Senayan.

Politik Sinterklas Papa Setnov di NTT
Ilustrasi Setnov yang dikenal politisi ringan tangan bagi konstituennya di NTT. tirto.id/Teguh Sabit Purnomo

tirto.id - Suatu hari Setya Novanto berkunjung ke daerah pemilihannya di Desa Noelbaki, Kabupaten Kupang. Ia menemui kelompok tani yang dipimpin Oktori Gasperz. Sebagaimana kunjungan biasanya, Novanto bertanya tentang kebutuhan warga di sana.

“Kalau sekarang kami butuh pupuk,” kata Gasperz.

“Pupuk ya, 50 ton cukup?” tanya Novanto.

Pertanyaan itu bikin Gasperz kaget dan terdiam. Lima puluh ton pupuk lebih dari cukup, batinnya, bahkan bisa digunakan untuk satu Kecamatan Kupang Tengah.

Novanto menanggapi kalem, “Kurang?”

“Tidak, itu banyak sekali, Pak.”

“Nanti bikin proposalnya, ya.”

Oktori Gasperz langsung tanggap. Ia menyusun proposal sesuai kebutuhan kelompok tani di Desa Noelbaki. Begitu selesai, proposal langsung diberikan kepada Muhammad Ansor, Direktur Novanto Center di Kupang. Tanpa banyak basa-basi, proposal disetujui, bantuan pupuk datang kemudian.

Pada November 2017, Novanto kembali berkunjung ke tempat Gasperz dalam rangka panen raya. Novanto kembali bertanya kebutuhan petani. Gasperz mengatakan kebutuhan saat ini adalah perbaikan saluran irigasi sepanjang 1.080 meter.

“Kebutuhannya lebih dari 1 miliar rupiah. Kalau masuk APBD, agak berat. Kami minta bantuan agar ini difasilitasi APBN,” kata Gasperz.

Tanpa basa-basi lagi, Novanto mengiyakan. Seperti biasa, ia meminta Gasperz membuat proposal, menyerahkannya pada Muhammad Ansor. Sayang, proposal itu tidak semulus sebelumnya. Sekitar seminggu setelah kunjungan itu, Novanto ditahan Komisi Pemberantasan Korupsi terkait kasus mega korupsi e-KTP.

“Itu terakhir kali saya bertemu Pak Novanto. Bagi kami, beliau orang baik,” kata Gasperz saat saya menemuinya di Desa Noelbaki pada 2 Maret 2018.

Politik 'Sinterklas' Setnov

Cerita Setnov memberikan bantuan cuma-cuma sangatlah mudah kita dengar dari berbagai tempat di NTT, khususnya di daerah pemilihan dua tempat Papa Setnov mendulang suara untuk kendaraannya menjadi anggota legislatif di Senayan. Daerah pemilihan dua meliputi Kota Kupang, Kabupaten Kupang, Rote, Sabu, Alor, Timor Tengah Selatan, Timor Tengah Utara, Belu, Malaka, Sumba Timur, Sumba Tengah, Sumba Barat, dan Sumba Baratdaya.

Di sana, Novanto tak hanya memberikan bantuan kepada petani seperti Oktori Gasperz. Pemulung, panti asuhan, lembaga adat, lembaga agama, pelaku usaha kecil, perajin kain tenun, hingga industri—semuanya disentuh oleh Papa Setnov.

Di Lasiana, Kota Kupang, misalnya, saya bertemu Maria Imaculata Mila Regis, Kepala Panti Asuhan Sonef Moneka. Pada November 2017, Novanto mendatangi panti asuhan ini. Ia tak hanya berkunjung seperti layaknya anggota DPR RI menemui konstituennya, tapi juga untuk merayakan ulang tahun.

Bedanya, Novanto tidak mendapatkan kado ulang tahun. Selain disambut hangat oleh penghuni panti, Papa Setnov merangkul mereka dengan membagi-bagikan hadiah bagi 133 anak panti yang bisa melafalkan Pancasila dengan lancar.

“Satu anak dapat seratus ribu rupiah,” kata Mila Regis.

Panti asuhan Sonef Moneka adalah salah satu panti asuhan tua di Kota Kupang. Panti ini didirikan sejak 1980. Sebagai panti asuhan mandiri tanpa penyandang dana tetap, kehidupan di panti terlihat pas-pasan.

Menu makanannya sederhana dan dimasak dengan tungku kayu. Kesederhanaan ini juga terlihat di asrama. Satu kamar ukuran 4x5 meter persegi ditempati oleh 10-13 anak. Di belakang panti, dibangun sekolah PAUD dengan dua kelas untuk anak panti yang masih kecil.

Kata Mila Regis, sebagian besar anak yang tinggal di panti adalah yatim piatu. Usia mereka yang tinggal di sana mulai dari 25 hari sampai usia kuliah. “Saya dulu juga di panti sini, kerja sekarang di sini juga. Melanjutkan perjuangan Mama Yuli, pendiri panti,” kata perempuan berusia 37 tahun tersebut.

Dwina Michaella, putri kedua Novanto, sudah beberapa kali berkunjung ke panti asuhan itu dan memberikan bantuan, menurut kepala pantai asuhan, Mila Regis. Pada saat Novanto dilantik menjadi ketua DPR RI, anak-anak panti juga diundang ke Novanto Center untuk menghadiri acara syukuran.

Kunjungan Papa Setnov ke panti tidak berlangsung lama. Setelah acara perayaan ulang tahun ke-63, Novanto melanjutkan ke tempat lain. Sebelum pergi, ia sudah memberikan uang tunai Rp10 juta kepada Kepala Panti Asuhan Sonef Moneka, Maria Imaculata Mila Regis. Novanto juga berjanji akan memberikan kompor, kasur, dan membangun pagar panti.

Balasannya, Mila Regis dan anak-anak panti berdoa untuk kebaikan Novanto. Pada saat Novanto ditahan, mereka pun mendoakan agar Novanto bisa bebas dari kasus yang menjeratnya.

“Beliau orang baik, bagaimana kabar beliau sekarang?” ucap Mila Regis tak sabar setelah saya mengenalkan diri sebagai wartawan dari Jakarta dan tengah menulis tentang karier politik Setnov di NTT.

Di Kota Soe, Kabupaten Timor Tengah Selatan, jejak Novanto lebih mudah dilacak. Kabupaten ini adalah ladang suara terbanyak Novanto pada pemilihan legislatif 2014. Setnov meraih 15.602 suara. Di daerah lain, suaranya lebih sedikit: Di Kota Kupang 14.340 suara, di Kabupaten Kupang 10.706 suara, dan di Kabupaten Sumba Timur 10.439 suara. Kabupaten lain menyumbang Setnov di bawah 10 ribu suara.

Rak Bensin Eceran Bergambar Setnov

Di Kota Soe, saya bertemu Yohanes Selan, seorang kader Partai Golkar yang pernah menjadi tim sukses Novanto. Saat Pileg 2014, lelaki berusia 45 tahun ini bertugas mencari saksi dan kepanjangan tangan Novanto Center. Menurut Selan, mengenalkan Novanto ke pemilih tidaklah sulit.

“Kenapa tidak sulit? Pertama, karena Golkar memang sudah mengakar di sini; kedua, Pak Novanto juga terkenal baik dengan warga, sering kasih bantuan,” katanya.

Kata Selan, bantuan yang paling terlihat dari Novanto adalah rak bensin eceran. Pada musim kampanye, rak itu ditempeli poster bergambar Papa Setnov. Bukan cuma puluhan rak yang dibagikan, tetapi ada ratusan. Rak-rak bergambar sang politisi Golkar ini dibagikan gratis kepada para penjual bensin eceran di sepanjang jalan utama dari Kota Kupang sampai Atambua, perbatasan Timor Leste.

Alex Bolean adalah salah satu penerima bantuan rak bensin eceran tersebut. Bolean adalah pemilik bengkel kecil sekaligus kios bensin eceran di Soe. Rak bensin itu dilombakan oleh Novanto Center. Barang siapa yang bisa menata dengan menarik, menjaga dan merawat rak bensin itu dengan baik, ganjarannya adalah hadiah. Totalnya belasan juta.

“Itu sekitar tahun 2010. Kami sebagai rakyat kecil, terbantu. Memang cuma rak bensin eceran, tapi ini yang kasih makan kami punya keluarga,” ungkap Bolean.

Infografik HL Bisnis Papa Nova di NTT

Peran Novanto Center

Semua bantuan dari Novanto dikelola oleh Novanto Center, sebuah lembaga yang didirikan Setnov untuk membumikan namanya di NTT. Novanto Center didirikan pada 2009 saat Novanto maju sebagai calon legislatif dari Partai Golkar untuk anggota DPR. Novanto Center dikomandani oleh Muhammad Ansor, anggota DPRD Provinsi NTT dari Partai Golkar sekaligus tangan kanan Novanto di NTT.

Pada 2009, memang banyak calon legislatif yang mulai berpikir dan bekerja keras untuk mendapatkan suara. Sebab, saat itu, Mahkamah Konstitusi menetapkan pemilihan calon legislatif berdasarkan suara terbanyak, bukan lagi berdasarkan nomor urut seperti pada Pileg 2004.

Pada Pileg 2004, sebagai pengurus pusat Partai Golkar, Novanto mendapatkan nomor urut 1. Karena itu secara otomatis ia akan terpilih menjadi anggota DPR RI jika suara Golkar di Dapil II NTT memenuhi kuota satu kursi.

“Kalau sekarang (Novanto Center) masih jalan, ada saudara Ansor di sana. Itu untuk pengabdian kepada masyarakat,” kata Novanto kepada saya saat saya bertanya di sela sidang e-KTP pada 8 Maret 2018.

Sekretariat Novanto Center menempati sebuah gedung megah di jalan R.W. Mongisidi No. 6 Nefonaek, Kota Lama, Kota Kupang. Gedung ini terdiri dua lantai. Di bagian belakang, ada rumah peristirahatan untuk Novanto ketika turun ke daerah pemilihan.

Saat saya mendatangi Novanto Center pada 27 Februari 2018, tak terlihat banyak aktivitas. Sebuah mobil ambulan milik Novanto Center terparkir di garasi dengan kondisi penyok. Meriana, seorang petugas di Novanto Center, enggan memberikan komentar terkait kegiatan di sana dan bantuan yang sudah diberikan Novanto Center.

“Biasanya harus ada rekomendasi dulu. Kalau sudah ada perintah dari direktur, baru saya bisa kasih data,” katanya.

Pada awal dibentuk, Novanto Center memang menjalankan program-program kerja Novanto. Salah satunya pengelolaan kawasan Agrobisnis seluas 5 hektare di Desa Manusak, Kabupaten Kupang. Di sana ada pertanian, peternakan ayam dan sapi, serta sentral kain tenun khas NTT.

Semua peralatan di sana lengkap, dari traktor untuk pertanian, diesel, mesin air hingga alat tenun. Namun, pada 2015, sentra agrobisnis yang mempekerjakan sedikitnya 30 warga lokal itu tutup.

Selain agrobisnis, Novanto Center juga mengatur semua bantuan yang diterima dari Jakarta untuk didistribusikan ke warga. Termasuk bibit padi, ikan, pupuk, dan traktor.

Di luar bantuan, Novanto Center juga membuat program pemasangan 25 titik wi-fi gratis di Kota Kupang. Sebelumnya, wi-fi gratis hanya disediakan di Novanto Center. Namun, sejak Agustus 2013, Novanto Center memperluas ke taman-taman, sekolah, kampus, dan pusat keramaian.

Tak Semua dari Kocek Pribadi Setnov

Semua bantuan yang diberikan Papa Setnov tak seluruhnya keluar dari kantong pribadi. Sebagian merupakan program-program hibah yang dibuat pemerintah. Misalnya untuk traktor, bantuan ini dianggarkan melalui APBN. Traktor itu bukan hanya dinikmati oleh warga NTT , tapi hampir merata di basis-basis pertanian di Indonesia.

Lalu, apa yang dilakukan Novanto?

Sebagai politisi, ia hanya cukup memastikan para petani di NTT mendapatkan jatah pembagian traktor dari program pemerintah. Ini cara yang sangat lazim dilakukan oleh para politisi di Senayan.

Terlepas dari semua kontroversi, soal memperjuangkan aspirasi warga NTT, Novanto terkesan cukup serius. Salah satu hasil lobi-lobi Novanto di Senayan adalah mengegolkan anggaran pembangunan gedung Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) Center di Kupang dalam APBN. Pembangunan GMIT Center menghabiskan anggaran sekitar Rp5 miliar.

Sebagai catatan, GMIT adalah gereja terbesar di NTT. Pada 2015, warga jemaat GMIT mencapai 1,2 juta orang. Jumlah ini tersebar di 399 jemaat mandiri atau gereja. Bagi politisi, jemaat yang besar ini adalah ladang suara yang menggiurkan. Untuk menjadi anggota DPR RI, Novanto hanya membutuhkan sekitar 80 ribu suara atau tak sampai sepersepuluh jumlah jemaat GMIT.

Penggalangan dana GMIT Center dikerjakan oleh Pdt. Robert Litelnoni, mantan Ketua Sinode GMIT. Pembangunan GMIT Center sempat mangkrak dua tahun karena masalah dana. Pada 2017, pembangunan kembali dilanjutkan.

Baca juga artikel terkait SETYA NOVANTO atau tulisan lainnya dari Mawa Kresna

tirto.id - Politik
Reporter: Mawa Kresna
Penulis: Mawa Kresna
Editor: Fahri Salam