Menuju konten utama

Polisi Ungkap Peran Aktivis ISIS Salurkan Dana ke JAD Indonesia

Pihak kepolisian mengungkap peran Saefulah alias Daniel alias Chaniago, seorang afiliasi ISIS, yang menyalurkan dana ke kelompok Jamaah Ansharut Daulah (JAD) di Indonesia.

Polisi Ungkap Peran Aktivis ISIS Salurkan Dana ke JAD Indonesia
Karopenmas Divisi Humas Polri Brigjen Pol Dedi Prasetyo saat memberikan keterangan pers pengungkapan kasus tindak pidana terorisme di Divhumas Polri, Jakarta, Selasa (23/7/2019). ANTARA FOTO/Reno Esnir.

tirto.id - Pihak kepolisian mengungkap peran Saefulah alias Daniel alias Chaniago, seorang afiliasi ISIS, yang menyalurkan dana ke kelompok Jamaah Ansharut Daulah (JAD) di Indonesia. Ia menjadikan Novendri sebagai kaki tangan penyebaran duit.

Uang yang diberikan dari pria yang berprofesi sebagai penjaga perpustakaan Pondok Pesantren Ibnu Mas'ud itu digunakan untuk menggerakkan JAD di Indonesia. "Saeful menerima beberapa aliran dana dari beberapa negara," ujar Karopenmas Mabes Polri Brigjen Pol Dedi Prasetyo di Mabes Polri, Selasa (23/7/2019).

12 orang pengirim uang kepada Saefulah antara lain:

1.Yahya Abdul Karim dari Trinidad & Tobago (4 kali);

2. Fawaaz Ali dari Trinidad & Tobago;

3. Keberina Deonarine dari Trinidad & Tobago;

4. Ahmed Afrah dari Maldives;

5. Ricky Mohammed dari Trinidad & Tobago (2 kali);

6. Ian Marvin Bailey dari Trinidad & Tobago;

7. Pedro Manuel Morales Mendoza dari Venezuela;

8. Mehboob Suliman dari Jerman;

9. Simouh Ilyas dari Jerman;

10. Muslih Ali dari Maldives;

11. Furkan Cinar dari Trinidad & Tobago;

12. Jonius Ondie Jahali dari Malaysia.

"Mereka mengirim duit ke Saefulah sejak Maret 2016 hingga September 2017," jelas Dedi.

Total dana $28.921.89 atau Rp413.169.857 melalui Western Union. Saefulah juga mengatur perjalanan Muhammad Aulia dan 11 orang lainnya ke Khorasan, Afghanistan.

Khorasan diduga sebagai lokasi menetapnya Saefulah saat ini. Namun, Aulia Cs dideportasi di Bangkok pada 13 Juni 2019, kemudian ditangkap di Bandara Kuala Namu oleh Densus 88 Antiteror.

Polisi juga masih memburu Abu Saidah, pria suruhan Saeful guna bertemu dengan Novendri di Mal Botani Bogor pada September 2018, untuk memberikan Rp18 juta. Lantas Rp16 juta dari duit itu Novendri diserahkan ke pemimpin JAD Bekasi yakni Bondan untuk pembuatan bom.

Bondan dan kawanannya berencana melakukan aksi teror pada demonstrasi 21-22 Mei lalu, tapi dalam kurun waktu 8-14 Mei mereka diringkus polisi. Saefulah juga menyuruh Novendri memberikan dana ke Mujahidin Indonesia Timur (MIT) untuk keberlangsungan kelompok yang berada di Poso itu.

Selain itu, Saefulah juga berencana mengirimkan uang kepada anggota JAD Kalimantan Timur, Yoga, untuk membeli senjata dari Filipina dan diselundupkan ke Indonesia. Yoga yang diringkus pada Juni 2019 itu berperan sebagai perantara JAD Indonesia dan jaringan teroris Filipina di Malaysia, ia menggantikan Andi Baso.

Sedangkan Baso masih berada di Filipina Selatan dan kini jadi buron akibat peristiwa teror di Gereja Oikumene Samarinda pada November 2016. Ia juga mengatur perjalanan suami-istri yang jadi 'pengantin' dalam serangan Katedral di Pulau Jolo, Filipina Selatan, yakni Rullie Rian Zeke dan Ulfah Handayani Saleh. Dua nama terakhir tewas dan merupakan deportan Turki pada Januari 2017.

Sementara itu, Novendri yang merupakan anggota JAD Sumatera Barat itu dibekuk Densus 88 Antiteror pada Kamis (18/7/2019), sekitar pukul 21.59 WIB di rumahnya yang beralamat di Jalan Perintis Kemerdekaan, Berok Nipah, Kecamatan Padang Barat, Kota Padang. Dari penggeledahan rumah Novendri, petugas menyita laptop, telepon genggam dan kaset yang bertuliskan bom.

Baca juga artikel terkait TERORISME atau tulisan lainnya dari Adi Briantika

tirto.id - Hukum
Reporter: Adi Briantika
Penulis: Adi Briantika
Editor: Maya Saputri