Menuju konten utama

Polisi Memburu Dua Anak Terduga Teroris Sibolga Asmar Husen

Polisi masih memburu dua anak dari terduga teroris Silbolga. 

Polisi Memburu Dua Anak Terduga Teroris Sibolga Asmar Husen
Kondisi lokasi rumah terduga teroris dan juga rumah warga rusak akibat ledakan bom bunuh diri yang dilakukan Solimah istri terduga teroris Husain alias Abu Hamzah, di Kecamatan Sibolga Sambas, Sibolga, Sumatera Utara, Sabtu (16/3/2019). ANTARA FOTO/Irsan Mulyadi/aww.

tirto.id - Polri masih memburu dua anak Asmar Husen alias Abu Hamzah, terduga teroris Sibolga, guna keperluan pengembangan penyidikan. Sejauh ini polisi menduga Abu Hamzah memiliki empat orang anak, satu anak tewas sebelum kasus terjadi dan satu meninggal bersama ibunya.

“Satu dari tiga anaknya sudah meninggal karena sakit, jauh sebelum peristiwa penangkapan Abu Hamzah,” kata Karopenmas Mabes Polri Brigjen Pol Dedi Prasetyo di Mabes Polri, Rabu (18/3/2019).

Keempat anak Abu Hamzah yakni H (18), A (16) dan S (11), dan H (2) namun kepolisian belum mengetahui siapa yang telah meninggal. Sedangkan H (2) tewas bersama sang ibu Soimah yang meledakkan diri. Bunuh diri terjadi setelah upaya negosiasi oleh aparat, pemerintah setempat dan ustaz gagal membujuk wanita berusia 30 tahunan itu.

Namun dalam pemeriksaan kepolisian, Abu Hamzah mengaku hanya memiliki tiga anak. Sedangkan tetangga di sekitar kediamannya menginformasikan bahwa ia memiliki dua anak.

Penangkapan Abu Hamzah dan ledakan bom di rumahnya membuat warga di Jalan KH Ahmad Dahlan, Gang Sekuntum, Pancuran Bambu, Sibolga kaget. Polisi juga menemukan kurang lebih 300 kg bahan pembuat bom. Karena dianggap membahayakan, polisi mengevakuasi warga di sekitar rumah Abu Hamzah.

Tapi sejak Jumat (15/3/2019), warga sudah diperbolehkan pulang ke rumah masing-masing lantaran kepolisian sudah menetralisir daerah setempat dari bom di kediaman Abu Hamzah.

Untuk mengungkap kasis ini, Densus 88 menangkap tujuh terduga teroris jaringan Sibolga yakni Asmar Husen alias Abu Hamzah, Azmil Khair alias Ameng, Zulkarnaen Panggabean alias Ogek, Roslina alias Syuhama, Malik, Putera Syuhada alias Rinto, dan Yuliati Sri Rahayuningrum alias Khodijah.

Sedangkan Riky Gustiadi alias Abu Riky ditangkap di Rokan Hilir, Provinsi Riau. Namun Polri belum mengetahui ia terlibat dalam jaringan daerah mana. “Ia juga kami periksa di Jakarta,” ujar Dedi.

Jaringan Sibolga memiliki pola melakukan amaliyah dengan menyasar aparat kepolisian sebagai target operasi teror dengan bom sebagai senjata mereka. Pengamat terorisme Stanislaus Riyanta menyatakan karakteristik jaringan Sibolga diduga kuat mengadopsi cara teror ISIS.

"Salah satu karakteristik aksi teroris dari kelompok yang berafiliasi dengan ISIS adalah tega melibatkan atau mengorbankan perempuan dan anak-anak dalam aksinya, meskipun itu keluarga dari pelaku," kata dia ketika dihubungi Tirto, Rabu (13/3/2019).

Sejauh ini Polri belum mengindikasikan adanya gerilyawan kota dalam kasus bom Sibolga dan penangkapan terduga teroris dalam satu pekan ini. Salah satu karakteristik gerilyawan kota ialah menyerang markas kepolisian dan militer.

"Belum mengarah ke sana (gerilyawan kota), yang jelas para terduga teroris setiap ada kesempatan dia akan melakukan amaliyah," tutur Dedi.

Baca juga artikel terkait KASUS TERORISME atau tulisan lainnya dari Adi Briantika

tirto.id - Hukum
Reporter: Adi Briantika
Penulis: Adi Briantika
Editor: Agung DH