Menuju konten utama

Polisi Belum Temukan Kebocoran Data Pengguna Facebook di Indonesia

Menurut Setyo, belum ada laporan masuk soal pencurian data pengguna Facebook.

Polisi Belum Temukan Kebocoran Data Pengguna Facebook di Indonesia
Seorang wanita menunggu menaiki lift di depan logo di kantor pusat Facebook di London, Inggris, Senin (4/12/2017). ANTARA FOTO/REUTERS/Toby Melville

tirto.id - Kadiv Humas Polri Irjen Pol Setyo Wasisto memastikan hingga saat ini, polisi dan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) belum menemukan data pengguna Facebook di Indonesia yang dicuri untuk kepentingan tertentu.

"Kalau di sini, sampai sekarang, hasil penelusuran kami dan Kemkominfo belum ada yang sejenis Cambridge Analytica," kata Irjen Setyo di Jakarta, Selasa (10/4/2018).

Setyo menambahkan, polisi juga belum menerima laporan dari masyarakat terkait kebocoran data pengguna Facebook.

"Mengenai pencurian data, kami belum mendengar adanya laporan," katanya.

Meski begitu, untuk menyelidiki kasus ini, polisi akan memanggil perwakilan Facebook di Indonesia untuk diperiksa.

Pencurian dan penyalahgunaan data pengguna Facebook di dunia mulai terungkap pada pertengahan Maret lalu oleh The Guardian. Surat kabar ini memuat wawancara Christopher Wylie, mantan kepala riset Cambridge Analytica, firma yang ditunjuk Donald Trump untuk mengurusi kampanye pada pemilihan lalu.

Firma tersebut didanai sebagian oleh Robert Mercer, yang menyumbangkan uang untuk kampanye pemilihan Presiden Trump. Firma ini juga membantu kampanye Trump menargetkan iklan politik di Facebook.

Dengan menggunakan aplikasi survei kepribadian yang dikembangkan Global Science Research (GSR) milik peneliti Universitas Cambridge, Aleksandr Kogan, data pribadi puluhan juta pengguna Facebook berhasil dikumpulkan dengan kedok riset akademis.

Data itulah yang secara ilegal dijual pada Cambridge Analytica dan kemudian digunakan untuk mendesain iklan politik yang mampu mempengaruhi emosi pemilih.

Induk perusahaan Cambridge Analytica yakni Strategic Communication Laboratories Group (SCL) sudah malang-melintang mempengaruhi pemilihan di 40 negara di seluruh dunia, termasuk Indonesia.

Menurut informasi yang dirilis Facebook pada 4 April lalu, total data pribadi yang dicuri adalah sebanyak 87 juta. Data itu disalahgunakan untuk kepentingan politik serta pembentukan opini di media sosial.

Dari 10 negara yang mengalami pencurian data, Indonesia menempati posisi ketiga dengan jumlah 1 juta pengguna. Sementara di atasnya, ada Amerika dengan 79,6 juta pengguna dan Filipina dengan 1,17 juta pengguna.

Pemerintah Indonesia pun merespons kabar tersebut. Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara telah memangil perwakilan Facebook Indonesia ke kantornya untuk mengklarifikasi kebocoran data tersebut, Kamis (5/4/2018) kemarin.

Dari pertemuan itu, Rudiantara menegaskan bahwa seluruh perusahaan aplikasi, khususnya Facebook, harus menaati ketentuan soal perlindungan informasi data pribadi. Kebocoran data itu, kata dia, juga perlu diantisipasi dengan menonaktifkan kerjasama aplikasi semacam kuis dan survei Facebook dengan pihak ketiga.

Baca juga artikel terkait KEBOCORAN DATA FACEBOOK atau tulisan lainnya dari Dipna Videlia Putsanra

tirto.id - Hukum
Reporter: antara
Penulis: Dipna Videlia Putsanra
Editor: Dipna Videlia Putsanra