Menuju konten utama

Polda Sulteng Berhasil Identifikasi 3 Jenazah Kelompok MIT

Salah satu anggota MIT yang tewas adalah Qatar, DPO yang terlibat dalam serangkaian aksi pembunuhan di Sigi dan Poso.

Polda Sulteng Berhasil Identifikasi 3 Jenazah Kelompok MIT
Polisi bersenjata berjaga di depan ruang jenazah tempat pelaksanaan identifikasi dan otopsi jenazah dari kelompok DPO Mujahidin Indonesia Timur (MIT) Poso di RS Bhayangkara di Palu, Sulawesi Tengah, Sabtu (17/7/2021). ANTARA FOTO/Mohamad Hamzah/nz.

tirto.id - Polda Sulawesi Tengah berhasil mengidentifikasi jenazah kelompok Mujahidin Indonesia Timur yang tewas dalam baku tembak dengan Satgas Madago Raya.

"Berdasarkan proses identifikasi yang dilakukan tim DVI dan Inafis, disimpulkan kalau kedua jenazah tersebut adalah Qatar dan Rukli. Sedangkan jenazah yang satunya adalah Abu Alim alias Ambo,’’ kata Kapolda Sulawesi Selatan Irjen Pol Abdul Rakhman Baso, Rabu (4/8/2021).

Sementara, dari hasil pemeriksaan sejumlah saksi, Qatar merupakan salah satu pelaku yang terlibat dalam serangkaian aksi pembunuhan di Desa Lemban Tongoa, Kabupaten Sigi dan Desa Kalemago, Kabupaten Poso. Proses identifikasi jenazah berlangsung lama, berbeda dengan proses identifikasi jenazah anggota MIT lainnya.

Pada 11 Juli, area adu peluru terjadi di Pegunungan Batu Tiga, Kecamatan Torue, Kabupaten Parigi Moutong. Dua anggota MIT meregang nyawa. Sementara, enam hari berikutnya, baku tembak yang menewaskan satu personel MIT terjadi di Pegunungan Dusun Buana Sari, Kecamatan Torue.

Saat ini Satgas Madago Raya memburu enam anggota MIT yang diperkirakan masih bersembunyi di Perbatasan Kabupaten Poso dengan Parigi Moutong. Namun mereka diduga terpecah menjadi dua kelompok. Madago Raya merupakan sebuah operasi dan sandi yang sebelumnya bernama Tinombala.

Tim khusus itu memburu MIT di kawasan Poso, Sulawesi Tengah. Target Operasi Madago Raya ialah MIT dan jaringannya; senjata api, amunisi dan bahan peledak; penyuplai senjata dan bahan pendukung lain; serta jaringan pendukung kelompok tersebut.

Satgas Madago Raya terus berpatroli di kawasan yang dianggap rawan keberadaan MIT. Ali Kalora cs kini menguasai tiga kabupaten, artinya mereka berada dalam Taman Nasional Lore Lindu yang membentang dari Sigi hingga Poso, tempat mereka bersembunyi. Jika satu desa diteror maka ketakutan menular hingga ke desa tetangga.

Kepada Tirto, Senin (30/11/2020), dosen antropologi Institut Agama Kristen Negeri Ambon Ferry Rangi menyatakan MIT pimpinan Ali Kalora ini tadinya masih berafiliasi dengan Santoso dan Muhammad Basri. Maka Kalora dan Upik Lawanga (‘murid’ Noordin M Top dan Doktor Azhari) melanjutkan eksistensi.

Pola MIT ialah hit and run: mengeksekusi--di hutan atau pemukiman--kemudian kembali bergerilya di belantara. Sedangkan Polisi Kehutanan yang berdinas di taman nasional, tak dilengkapi dengan perlengkapan standar Satgas Tinombala.

Baca juga artikel terkait KASUS TERORISME atau tulisan lainnya dari Adi Briantika

tirto.id - Hukum
Reporter: Adi Briantika
Penulis: Adi Briantika
Editor: Restu Diantina Putri