Menuju konten utama
Pendidikan Geografi

Pola Pengembangan Wilayah di Negara Berkembang dan Permasalahannya

Pola pengembangan wilayah negara berkembang dipengaruhi oleh tuntutan kemajuan masyarakat dan tingkat perekonomiannya.

Pola Pengembangan Wilayah di Negara Berkembang dan Permasalahannya
Warga melakukan aktivitas di depan rumahnya di kawasan Jalan Administrasi II, Jakarta, Jumat (29/11/2019). ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/pras.

tirto.id - Pengembangan wilayah di negara berkembang berbeda dengan negara maju yang memiliki wilayah yang teratur. Yang mana, fenomena yang terjadi pada kota dan wilayah di negara-negara berkembang menunjukkan pola ketidakteraturan dan kesemrawutan sehingga terkesan kumuh (slum area), dan tidak sedap dipandang.

Pengembangan wilayah negara berkembang dipengaruhi oleh tuntutan kemajuan masyarakat dan tingkat perekonomiannya.

Khususnya pengembangan di wilayah perkotaan yang akhirnya justru menimbulkan masalah yang kadang menjadi relatif sulit penanggulangannya.

Masalah tersebut awalnya berupa fisik, namun selanjutnya akan berdampak pada aspek-aspek lainnya.

Pola Pengembangan Wilayah di Negara Berkembang

Pengembangan wilayah perkotaan di negara berkembang cenderung diarahkan kepada upaya penanggulangan kemiskinan penduduk dan memajukan kegiatan-kegiatan atau aktivitas kota.

Oleh sebab itu, sebaiknya pengelolaan kota, pemeliharaan sarana pekerjaan umum, jasa, dan perencanaan pelaksanaan sebagai proyek pembangunan dilakukan secara rutin.

Mengutip dari buku Geografi kelas XII (2009), berikut merupakan pengembangan wilayah yang lazim terjadi di kota-kota besar di negara berkembang:

  1. Munculnya pemukiman-pemukiman kumuh atau slum yang dihuni masyarakat dengan tingkat pendapatan rendah. Munculnya pemukiman kumuh ini, karena masyarakat tidak mampu membeli rumah yang harganya sangat mahal, sehingga menyebabkan keindahan kota tak terlihat.
  2. Munculnya pusat-pusat kejahatan di daerah yang padat dan tidak tertata dengan baik.
  3. Munculnya paradoks, di mana ada bangunan mentereng dengan gedung-gedung megah, namun di sisi lain menghasilkan pemukiman yang padat dan kumuh. Kesenjangan ini berupa munculnya wilayah dengan kemajuan tinggi, namun sisi lain ada wilayah yang mengalami stagnasi atau kemacetan. Kesenjangan tersebut muncul karena persebaran penduduk yang tidak merata sehingga menyebabkan proses pembangunan tidak merata antar wilayah.
  4. Munculnya wilayah-wilayah yang menampakkan sebagai kawasan yang seolah-olah tidak tersentuh proses pembangunan. Wilayah ini dikenal sebagai daerah terisolir atau terpencil

Masalah yang Muncul dalam Pengembangan Wilayah Negara Berkembang

Pembangunan wilayah perkotaan di negara-negara berkembang cenderung diarahkan pada upaya penanggulangan kemiskinan penduduk dan memajukan kegiatan-kegiatan atau aktivitas kota.

Karena itu, sebaiknya pengelolaan kota dilakukan dengan cara penyediaan secara rutin dan pemeliharaan sarana pekerjaan umum dan jasa dan perencanaan pelaksanaan berbagai proyek pembangunan.

Mengutip dari modul Memahami Geografi untuk kelas XII (2009), berikut masalah penting dalam pengelolaan kota di negara berkembang:

  1. Pembiayaan kota
  2. Perumahan kota
  3. Jasa dan prasarana infrastruktur
  4. Sistem informasi perkotaan
  5. Sektor informal
  6. Kapasitas kelembagaan kota

Permasalahan pokok dalam pengembangan wilayah di negara berkembang umumnya ialah penyediaan perumahan, prasarana, dan jasa.

Ketika pembangunan harus dilaksanakan maka terdapat kendala yang dijumpai, di antaranya:

  1. Mahalnya tanah, sehingga akan berdampak terhadap mahalnya harga rumah.
  2. Sulitnya menjangkau lembaga-lembaga keuangan.
  3. Kurangnya partisipasi dari penduduk miskin perkotaan dalam berbagai proyek perencanaan dan pelaksanaan perumahan.
  4. Minimnya dana pemerintah untuk program menanamkan modal (investasi).
  5. Standar dan kode pembangunan yang kurang lentur.
  6. Harga bahan bangunan yang relatif mahal.

Baca juga artikel terkait NEGARA BERKEMBANG atau tulisan lainnya dari Yunita Dewi

tirto.id - Pendidikan
Kontributor: Yunita Dewi
Penulis: Yunita Dewi
Editor: Maria Ulfa