Menuju konten utama

PLN Disarankan Buat Anak Perusahaan untuk Kelola Mobil Listrik

PLN dinilai perlu membentuk anak perusahaan khusus untuk mengelola Stasiun Penyedia Listrik Umum (SPLU.

PLN Disarankan Buat Anak Perusahaan untuk Kelola Mobil Listrik
Seorang pria memotret mobil listrik Tesla Model S 60 milik Ketua DPR Bambang Soesatyo di depan gedung Nusantara III, Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Selasa (3/7/2018). ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto

tirto.id - Pengamat Ekonomi, Faisal Basri mengatakan PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) (Persero) perlu membentuk anak perusahaan khusus untuk mengelola Stasiun Penyedia Listrik Umum (SPLU) untuk mendukung proyek pengembangan mobil listrik (eletronic vehicles/EV).

"PLN harus bikin anak perusahaan yang konsentrasi untuk nge-charge. Jadi, harus ada aturan nge-charge-nya dari energi bersih," kata Faisal di Kantor Pusat PLN Jakarta pada Selasa (10/7/2018).

Energi bersih atau biofuel beserta SPLU, kata Faisal perlu menjadi fokus. Menurutnya, ke depan bahan bakar sudah harus beralih berbahan bakar listrik dan mobil pun berevolusi.

"Mobil listrik bukan perdebatan, sudah pilihan masa depan. Target peralihan sepenuhnya dari kendaraan berbahan bakar fosil ke kendaraan listrik," kata Faisal.

Adanya anak perusahaan diharapkan pemenuhan listrik berbahan biofuel dapat terpenuhi secara konsisten.

"Harus konsisten, tidak berubah dalam waktu cepat. Otomotif sensitif terhadap kebijakan, merosot karena kebijakan," ujarnya.

Saat ini, menurutnya rencana Indonesia untuk mengembangkan mobil listrik belumlah konkret. Negara tetangga seperti Cina sudah beralih secara konsisten ke mobil listrik. Norwegia dan Inggris contoh negara yang sudah menargetkan beralih sepenuhnya.

"Indonesia termasuk ngomong doang," ucapnya.

Direktur Perencanaan Korporat PLN, Syofvi Roekman mengatakan ketersediaan listrik berbahan bakar biofuel saat ini baru 12 persen dari total. Ia menargetkan pada 2025 menjadi 23 persen.

"Ke depan kami komitmen tingkatkan penggunaan EBT (Energi Baru Terbarukan/biofuel)," kata Syofvi.

Salah satu sumber utamanya, lanjut Syifvi, adalah Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) atau Geothermal. Namun, risiko cukup besar untuk PLTP.

"Ini risiko dari pada saat drilling sangat besar, sebab cost untuk PLTP tinggi, tapi pemerintah kasih insentif kurangi risk. Diambil alih pemerintah [insentif] hingga 50 persen," kata dia.

Sementara ini, PLN akan melakukan riset terhadap kebutuhan penggunaan baterai khususnya untuk mobil listrik. Diharapkan penjualan listrik untuk mobil listrik itu dapat terjangkau.

Baca juga artikel terkait MOBIL LISTRIK atau tulisan lainnya dari Shintaloka Pradita Sicca

tirto.id - Otomotif
Reporter: Shintaloka Pradita Sicca
Penulis: Shintaloka Pradita Sicca
Editor: Dipna Videlia Putsanra