Menuju konten utama

Plastik untuk Kurban: Rawan Corona, juga Rusak Tubuh dan Lingkungan

Kantong plastik sekali pakai untuk membungkus daging kurban berbahaya bagi tubuh, lingkungan, dan bisa jadi medium Corona.

Plastik untuk Kurban: Rawan Corona, juga Rusak Tubuh dan Lingkungan
Ilustrasi pembagian daging kurban. FOTO/ANTARA

tirto.id - Iduladha yang jatuh pada Jumat, 31 Juli 2020, potensial jadi momen penyebaran Corona. Selain karena salat berjemaah, itu juga dimungkinkan lewat hewan kurban, dari mulai penyembelihan sampai distribusi.

Untuk mengantisipasi itu pemerintah telah mengeluarkan Surat Edaran Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian Nomor: 0008/SE/PK.320/F/6/202O tentang Pelaksanaan Kegiatan Kurban dalam Situasi Wabah Bencana Nonalam Corona Virus Disease 2019 (COVID-19). Dalam surat itu, panitia kurban diminta menggunakan protokol kesehatan, saat menyembelih sampai mendistribusikan daging.

Salah satu poinnya: "Pendistribusian daging hewan kurban dilakukan oleh panitia [langsung] ke rumah mustahik (penerima)."

Majelis Ulama Indonesia (MUI) juga telah mengeluarkan Fatwa Nomor 36 Tahun 2020 Sholat Iduladha dan Penyembelihan Hewan Kurban saat Wabah COVID-19. "Pendistribusian daging kurban menggunakan protokol kesehatan," kata Sekertaris Jendral MUI Anwar Abbas melalui keterangan tertulis, Senin (6/7/2020).

Perantara Penularan Covid-19

Baik pemerintah maupun MUI tak menjelaskan secara rinci wadah apa yang tepat untuk menampung daging yang bakal didistribusikan. Pada umumnya, wadah daging kurban menggunakan kantong plastik sekali pakai. Di sinilah masalahnya: plastik dapat jadi perantara penularan virus Corona.

"Kalau ada sumber penularan yang membuat plastik terkontaminasi, bisa jadi sumber penularan," kata pakar epidemiologi dari Universitas Airlangga (Unair) Laura Navila kepada reporter Tirto, Kamis (30/7/2020). Sumber penularan yang Laura maksud adalah panitia kurban, apalagi jika saat distribusi yang bersangkutan tidak pakai masker atau sarung tangan.

Sebenarnya wadah apa pun berpotensi menjadi perantara. "Tapi," katanya, "virus Corona itu bisa bertahan lama di plastik." ucapnya. Berdasarkan hasil penelitian, Corona dapat bertahan di plastik selama dua sampai lima hari.

Artikel di BBC bahkan menyebut beberapa studi tentang virus Corona--bukan COVID-19, tapi jenis lain--"dapat bertahan hidup di logam, kaca, dan plastik selama sembilan hari kecuali didisinfeksi dengan benar." "Beberapa bahkan dapat bertahan hingga 28 hari di suhu rendah."

Dia menyarankan agar panitia kurban dan penerima menggunakan sarung tangan agar tidak terpapar virus Corona melalui plastik. "Setelah itu plastik dibuang, jangan disimpan. Daging juga dicuci sampai bersih," katanya.

Ahli Gizi Komunitas, Tan Shot Yen, mengatakan plastik sekali pakai untuk wadah daging kurban juga berbahaya bagi kesehatan, ada atau tidaknya virus Corona.

Plastik umumnya dibuat dari limbah wadah bekas produk pangan, bahan kimia, pestisida, kotoran, dan lain-lain. Dalam proses pembuatan, plastik menggunakan bahan kimia. Plastik hitam bahkan lebih berbahaya karena biasanya berbahan polivinil klorida yang secara internasional telah dianggap sebagai racun.

"Zat yang ada dalam pelenturnya juga tak kalah berbahaya. Semakin sering kresek didaur ulang, teksturnya akan menjadi tebal, tidak elastis atau mudah sobek, kasar, dan berbau," kata dia kepada reporter Tirto.

Zat-zat inilah yang mungkin menempel di daging yang dikonsumsi.

Memang dampaknya tidak terlihat langsung, tapi bisa bertahun-tahun kemudian. Apa itu? "Yang paling potensial adalah kanker atau karsinogen. Lalu keracunan makanan dan gangguan hormonal manusia."

Juru Kampanye Urban Greenpeace Indonesia Muharram Atha Rasyadi juga memperingatkan plastik sekali pakai itu "memberikan dampak yang buruk bagi lingkungan." Plastik sulit terurai di alam, bisa ribuan tahun, katanya kepada reporter Tirto.

Riset menyebut banyak mikroplastik atau plastik dalam ukuran kecil sekali masuk ke dalam tubuh ikan atau garam yang biasa dikonsumsi manusia. "Semakin lama, masalah pencemaran ini akan menjadi bom waktu bagi kehidupan manusia," katanya. Dengan kata lain, juga berbahaya bagi manusia.

Sampah plastik juga tidak disarankan untuk dibakar karena menimbulkan pencemaran udara yang tidak baik untuk saluran pernapasan.

Atas dasar itu semua Atha menyarankan panitia kurban menggunakan wadah alternatif seperti besek bambu atau yang dapat digunakan kembali. "Cara itu dapat menjadi inisiatif baik di tengah hari raya Iduladha ini, demi mengurangi dampak kerusakan lingkungan," pungkasnya.

Baca juga artikel terkait DAGING KURBAN atau tulisan lainnya dari Riyan Setiawan

tirto.id - Kesehatan
Reporter: Riyan Setiawan
Penulis: Riyan Setiawan
Editor: Rio Apinino