Menuju konten utama

Pilkada 2020: Para Istri yang Sukses & Gagal Mewarisi Takhta Suami

Ada beberapa perempuan berstatus istri pejabat daerah atau mantan pejabat daerah maju Pilkada 2020. Ada yang berhasil, ada pula yang gagal.

Pilkada 2020: Para Istri yang Sukses & Gagal Mewarisi Takhta Suami
Petugas memeriksa suhu tubuh warga sebelum memasuki area Tempat Pemungutan Suara (TPS) saat Simulasi Pemungutan Suara Pilkada serentak di halaman Polresta Sidoarjo, Jawa Timur, Sabtu (5/12/2020). ANTARA FOTO/Umarul Faruq/hp.

tirto.id - Beberapa perempuan berstatus istri kepala daerah atau mantan kepala daerah maju dalam Pilkada 2020, yang pencoblosannya selesai tanggal 9 Desember lalu. Dalam rangkuman Tirto, dari 11 orang yang ikut serta dalam kompetisi, beberapa di antaranya unggul berdasarkan laman Hitung Suara Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan sebentar lagi menjabat menggantikan atau seperti sang suami.

Salah satunya adalah Eva Dwiana yang berpasangan dengan Deddy Amarullah dalam Pilkada Kota Bandar Lampung. Eva merupakan istri dari Herman Hasanusi, yang tidak lain Wali Kota Bandar Lampung dua periode (2010-2021). Dengan perolehan suara 249.134, pasangan yang diusung PDIP, Nasdem, dan Gerindra ini mengalahkan kandidat Rycko Menoza-Johan Sulaiman dan Yusuf Kohar-Tulus Purnomo.

Ipuk Fiestiandani juga bakal melanjutkan kepemimpinan suaminya, Abdullah Azwar Anas, sebagai Bupati Banyuwangi yang telah menjabat sejak 2010. Ipuk berpasangan dengan Sugirah memperoleh suara 295.130, mengalahkan Yusuf Widyatmoko-Muhammad Riza Aziziy (50,7 persen berbanding 49.3 persen). Mereka diusung lima partai: PDIP, Nasdem, Gerindra, Hanura, dan PPP.

Kustini Sri Purnomo, istri dari Bupati Sleman Sri Purnomo yang kini berstatus calon bupati, juga unggul. Kustini berpasangan dengan Danang Maharsa dan memperoleh suara 166.636. Mereka mengalahkan Muslimatun-Amin dan Danang-Agus. Kustini-Danang diusung PDIP dan PAN.

Istri dari Bupati Sukoharjo Wardoyo Wijaya, Etik Suryani, unggul di Pilkada Sukoharjo dengan dukungan PDIP, Golkar, Nasdem, dan Demokrat. Etik berpasangan dengan Agus Santosa. Mereka memperoleh suara 218.659, mengalahkan Joko Santosa-Wiwaha Aji Santosa.

Herny, istri dari Agus Ambo Djiwa, Bupati Pasangkayu yang menjabat sejak 2010, juga unggul dalam Pilkada Mamuju Utara. Herny yang berpasangan dengan Yaumil Ambo Djiwa memperoleh suara 36.857 atau lebih dari 43 persen. Pasangan yang diusung Golkar, PDIP, PAN Gerindra, PPP, Perindo, PKB, PKS, PBB, dan PKPI tersebut mengalahkan Muhammad Saal-Musawir Az Isham (perolehan suara 25,3 persen) dan Abdullah Rasyid-Yusri Nur (31,3 persen).

Debby Vita Dewi, istri dari Jumro, mantan Wakil Bupati Bangka Selatan periode 2005-2010 dan mantan Bupati Bangka Selatan periode 2010-2015, juga unggul dalam pilkada di kabupaten tersebut. Debby yang maju bersama Riza Herdavid memperoleh suara 40.344 atau setara 41,5 persen. Mereka diusung PDIP, PPP, dan PBB, serta didukung Gelora, partai yang tak punya kursi d parlemen.

Ada yang menang, ada pula yang kalah. Salah satunya istri mendiang mantan Bupati Asahan dua periode sejak 2010 Taufan Gama Simatupang, Winda Fitrika. Winda dan pasangannya Rohmansyah, diusung PDIP dan Hanura, hanya memperoleh suara 68.064 di Pilkada Asahan. Mereka ada di posisi terbawah setelah Surya-Taufik Zainal Abidin (138.819 suara) dan Nurhajizah-Henri Siregar (101.071).

Istri Wali Kota Binjai Muhammad Idaham, Lisa Andriani Lubis, juga kalah. Di Pilkada Binjai, Lisa dan pasangannya Sapta Bangun hanya menduduki peringkat kedua dengan perolehan suara sebanyak 44.185. Mereka unggul atas Rahmat Sorialam Harahap-Usman Jakfar dengan suara 20.070, tapi kalah dari Juliadi-Amir Hamzah yang mendulang 66.653 suara. Lisa-Sapta diusung PDIP, PAN, Nasdem, dan Hanura.

Di Pilkada Batanghari, istri Bupati Syahirsah, Yunninta Asmara, juga kalah. Yunninta yang berpasangan dengan Muhammad Mahdan dan diusung Golkar, PDIP, Gerindra, dan Perindo hanya memperoleh suara 50.737. Mereka kalah dari Muhammad Fadhil Arief-Bakhtiar dengan suara 60.941.

Umi Kulsum juga merasakan pahitnya kekalahan di Pilkada Blora. Istri Bupati Blora Djoko Nugroho yang berpasangan dengan Agus Sugiyanto ini mendapatkan suara 37,5 persen. Meski masih cukup unggul dibanding Dwi Astutiningsih-Riza Yudha Prasetia yang bahkan suaranya tidak mencapai 3 persen, mereka kalah telak dari Arief Rohman-Tri Yuli Setyowati dengan suara 59,6 persen. Umi dan Agus diusung Nasdem, Gerindra, dan PPP.

Bintang Narsasi, istri dari Bupati Semarang Mundjirin ES, yang berpasangan dengan Gunawan Wibisona, juga kalah unggul dalam Pilkada Kabupaten Semarang dengan jarak cukup lebar. Pasangan yang diusung PPP, PKS, Gerindra, Golkar, Nasdem, dan PAN ini hanya meraih suara 189.264, sementara Ngesti Nugraha-Basari 386.222.

Mempertahankan Kuasa

Gelanggang politik yang menjadi ajang mempertaruhkan estafet kekuasaan seperti ini adalah hal yang sah-sah saja terjadi, kata Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR) Ujang Komarudin. “Namun,” katanya memberi catatan kepada reporter Tirto, Rabu (16/12/2020), “jika didasari KKN akan jadi masalah. Tak heran dan tak aneh jika banyak suami dan istri kepala daerah yang ditangkap KPK.”

Hal serupa diutarakan pengamat politik Hendri Budi Satrio. Menurutnya fenomena ini wajar dalam demokrasi. Toh tak semua menang. Meskipun demikian, menurutnya itu semua memang kentara bertendensi mempertahankan kekuasaan. Oleh karena itulah menurutnya yang tak kalah penting adalah pengawasan dari masyarakat. Konstituen harus berani bertindak jika di kemudian hari didapati penyelewengan kekuasaan.

Case-nya banyak dinasti politik terjebak dan tertangkap KPK, seperti di Klaten atau Cimahi,” ujar Hendri kepada reporter Tirto, Rabu.

Baca juga artikel terkait PILKADA 2020 atau tulisan lainnya dari Alfian Putra Abdi

tirto.id - Politik
Reporter: Alfian Putra Abdi
Penulis: Alfian Putra Abdi
Editor: Rio Apinino