Menuju konten utama

Pidato Trump di Kongres AS: Kita Satu Negara Bukan Dua Partai

Dalam pidato di kongres AS, Presiden Donald Trump mengajak partai Republik dan Demokrat bersatu membangun AS.

Pidato Trump di Kongres AS: Kita Satu Negara Bukan Dua Partai
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. ANTARA FOTO/REUTERS/Kevin Lamarque

tirto.id - Donald Trump menyampaikan pidato kenegaraan Selasa (5/2/2019) dihadapan Kongres Amerika dan mengimbau untuk bersatu sebagai satu negara dan bukan 2 politik dengan kepentingan masing-masing.

“Malam ini saya meminta kita semua memilih sebuah ‘kehebatan’. Kita bertemu malam ini di sebuah momen yang memiliki potensi tak terbatas, dengan memulai Kongres Baru," sambutnya dalam pidato tersebut, seperti dilansir News.

“Saya berdiri disini, siap bekerja dengan anda untuk meraih terobosan historis untuk seluruh warga Amerika. Jutaan warga ingin melihat kita berkumpul dalam ruangan ini, mengharapkan kita untuk memerintah, bukan sebagai dua partai berbeda, tetapi sebagai satu negara.”

Pidato pembukaan kongres tersebut menerima applaus dari para anggota kongres yang terdiri dari Partai Demokrat dan Republik.

Trump menyebut tentang infrastruktur, fasilitas kesehatan, imigrasi, dan ‘America First’, merujuk pada peraturan luar negeri ditengah-tengah inti pembicaraannya dengan menambahkan, “Ada kesempatan baru bagi politik Amerika – jika saja kita punya keteguhan, kebersamaan untuk meraihnya,”

Pernyataan untuk bersatu ini berawal dari keputusannya me-non-aktif-kan sebagian pemerintahan selama 35 hari.

Pesan Trump untuk bersatu sebagai ‘satu negara, bukan dua partai’ bertentangan dengan atmosfer yang terjadi di pemerintahan setelah pe-non-aktif-an sebagian pemerintahan yang dilakukannya.

Dilansir Ap News, selama dua tahun menjabat sebagai presiden AS,trump menunjukkan pertentangan personal terhadap lawan Demokratnya.

Melalui pidato ini, Trump menyampaikan bahwa inilah waktunya untuk, “menjembatani pemisah lama, menyembuhkan luka lama, membangun koalisi baru, menyatukan solusi baru dan membuka akses kepada janji luar biasa masa depan Amerika,”

Dua hari yang lalu (3/2/2019) Trump menandatangani perjanjian berakhirnya pe-non-aktif-an pemerintahan yang disebabkan Kongres dari Demokrat tidak setuju untuk mendanai pembangunan tembok perbatasan Meksiko-AS yang diasumsikan akan mencegah imigran gelap dari Meksiko melintas ke AS.

Pidato tersebut disaksikan oleh seluruh kongres baik dari Partai Republik maupun Demokrat.

BBC melansir, di tengah pidato kenegaraan yang bicara mengenai persatuan tersebut, Trump tengah berjuang untuk mendapatkan pembiayaan tembok perbatasn impiannya.

Setelah Meksiko menolak membiayai pembangunan tembok tersebut, mau tidak mau pemerintah AS lah yang harus melakukannya.

Atas permintaanya, kemudian sebgaian pemerintah AS dinon-aktifkan, dengan gaji pegawai yang ‘cuti’ sebesar 5,7 miliar dolar AS akan digunakan untuk menambah pembiayaan pembangunan tembok.

Bahkan setelah melalui 5 minggu diliburkan, Kogres tidak juga mau menjanjikan uang sepeserpun untuk pembangunan tembok seperti yang diinginkan Trump.

Menanggapi pidato Trump tersebut, yang gigih ingin membangun tembok, Stacey Abrams, melalui lima menit pidatonya, membantah dengan mengatakan bahwa Amerika menjadi kuat dengan hadirnya para imigran, bukan tembok.

Dia tidak ingin Donald Trump gagal, tapi, “kita harus memintanya mengatakan kebenaran, menghormati jabatannya, dan menghormati perbedaan,”

Apa yang disampaikan oleh Abrams adalah respon Demokrat terhadap pidato persatuan yang disampaikan Trump sebelumnya.

Dia menyampaikan, seperti dikutip Sidney Morning Herald, rakyat banyak Amerika hilang harapan karena para pemimpin Republikan tidak mengerti kehidupan yang sebenarnya [dialami oleh warga Amerika].

Baca juga artikel terkait PIDATO DONALD TRUMP atau tulisan lainnya dari Anggit Setiani Dayana

tirto.id - Politik
Penulis: Anggit Setiani Dayana
Editor: Yantina Debora