Menuju konten utama

PHRI: Industri MICE Lebih Menguntungkan Ketimbang Pariwisata

PHRI menyebut potensi wisata bisnis atau kerap disebut MICE (Meeting, Incentive, Convention, Exhibition) lebih tinggi dibandingkan wisata konvensional.

PHRI: Industri MICE Lebih Menguntungkan Ketimbang Pariwisata
Menko Perekonomian Darmin Nasution, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono, Menteri BUMN Rini Soemarno, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo, Dirut Bank Mandiri Kartika Wirjoatmodjo dan sejumlah direksi perusahaan BUMN, swasta nasional dan asing lainnya berfoto bersama usai penandatanganan Kerjasama Kesepakatan Investasi untuk Pembiayaan Infrastruktur di sela rangkaian Pertemuan Tahunan IMF World Bank Group 2018 di Hotel Inaya, Nusa Dua, Bali, Kamis (11/10/2018). ANTARA FOTO/ICom/AM IMF-WBG/Jefri Tarigan

tirto.id -

Wakil Ketua Umum Promosi dan Pemasaran PHRI Budi Tirtawisata menyebut potensi industri MICE (Meeting, Incentive, Convention, Exhibition) lebih tinggi dibandingkan wisata konvensional.

Lantaran itu lah, menurutnya, pemerintah perlu lebih mendorong perkembangan wisata bisnis dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

"Kunjungan wisata leisure ke Indonesia itu besarnya 75 persen dan MICE 25 persen. Namun, singkat wisatawan ini [MICE] lebih tinggi kualitasnya," kata Budi dalam sebuah diskusi di Ballroom JS Luwansa, Rasuna Said, Jakarta Selatan, Kamis (16/1/2020).

Potensi MICE di hitung dari jumlah uang yang keluar selama wisatawan tersebut tinggal.

Ia membandingkan, wisatawan yang datang untuk liburan hanya menghabiskan pengeluaran rata-rata 150 dolar AS per-hari dengan rata-rata tinggal sekitar 7 hari.

Sementara wisatawan untuk tujuan bisnis bisa menghabiskan 2.000 dolar AS per hari dengan masa kunjungan 5 hari.

"Jadi enggak lagi kuantitas. Tapi kita sudah kejar kualitas. MICE ini terbukti dari IMF kemarin, maka wisatawan yang ikut internasional congres spending moneynya lebih besar bahkan bisa tiga kali lipat lebih besar," tutur Budi.
Ia menjelaskan, industri MICE juga memiliki masa yang lebih panjang dibandingkan wisatawan yang datang di masa libur musiman.

Lantaran itu, pemerintah diminta lebih memfasilitasi infrastruktur yang memadai untuk menampung acara-acara besar internasional.

Melalui bandara kelas internasional, jalanan yang layak serta berbagai infrastruktur lainnya.

"Kunjungam dari MICE ini enggak pernah terhalang high season. Dengan harga tiket mahal, harga kamar mahal. Indusustri ini bisa jadi sumber baru," kata dia.
Hingga saat ini batu ada lima kota di Indonesia yang siap untuk menyelenggarakan acara Internasional. Sebut saja Jakarta, Bali, Bandung, Makasar dan Medan.

Sisanya, diklaim belum siap untuk diselenggarakan acara betaraf internasional dengan predikai kunjungan sampai 1.000 orang.

"Kota-kota itu sudah siap dnegan keterserdiaan fasilitas dan kesiapan aksesibilitas. Sisanya belum," terang dia.

Baca juga artikel terkait PARIWISATA atau tulisan lainnya dari Selfie Miftahul Jannah

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Selfie Miftahul Jannah
Penulis: Selfie Miftahul Jannah
Editor: Hendra Friana