Menuju konten utama

Peternak Ungkap Penyebab Harga Telur di Pasar Tembus Rp33.000/kg

Sejumlah faktor menjadi penyebab mulai dari permintaan yang melonjak akibat Nataru hingga harga pakan ternak yang masih tinggi.

Peternak Ungkap Penyebab Harga Telur di Pasar Tembus Rp33.000/kg
Peternak memanen telur ayam di salah satu peternakan di kawasan Lubuk Pakam, Deli Serdang, Sumatera Utara, Selasa (16/11/2021). ANTARA FOTO/Fransisco Carolio/Lmo/hp.

tirto.id - Harga telur ayam mengalami lonjakan tajam saat Natal dan Tahun Baru (Nataru). Di beberapa pasar tradisional harga telur ayam menyentuh angka Rp33.000/kg bahkan di salah satu marketplace yang menjual sayur dan komoditas pangan, harga telur menyentuh angka Rp49.000/kg.

Ketua Paguyuban Peternak Rakyat Indonesia (PPRN) Alvino Antonio menjelaskan, ada beberapa faktor yang membuat harga telur ayam di pasar melonjak tajam. Salah satu di antaranya adalah harga telur yang sudah naik di peternak.

Jadi sepekan sebelum natal itu emang harga telur ada di kisaran Rp29.000/kg dari peternaknya di Blitar. Harga telur naik ini yang pasti karena demand naik ya, karena kan buat kue udah mulai banyak kemudian mal-mal juga sudah ramai, tempat wisata juga udah ramai,” kata dia saat dihubungi Tirto, Senin (27/12/2021).

Alvino menjelaskan, selain tingginya permintaan telur selama Natal dan Tahun baru, banyak peternak mengurangi jumlah ayam induk. Pilihan untuk afkir dini sudah dilakukan secara bertahap oleh peternak sejak Juli 2021. Kondisi tersebut terjadi karena harga jagung mahal dan pasokannya sulit, padahal jagung merupakan campuran pakan yang dibutuhkan untuk ayam.

“Populasi ternak dari peternak mandiri ini berkurang 50-60 persen akibat kerugian kemarin. Pada Juli itu kan harga telur selama 3 bulan itu jatoh kan. 3 Bulan sampai 4 bulan jatoh jadi banyak peternak mandiri itu berkurang jumlah ternaknya. Kemudian ada pula bansos, bansos telur itu kan lumayan bisa menyerap juga,” terang dia.

Ayam indukan banyak dijual karena harga daging ayam masih bernilai lebih dibanding telur. Alvino mengatakan, pada pertengahan tahun ini, harga telur di peternak ada di kisaran 13.500/kg sementara pakan ayam sangat mahal sehingga biaya operasional tidak tertutup.

“Saat itu kan di peternak telur cuma Rp13.500/kg, ke konsumen nyampenya Rp17.000 kan sangat anjlok. Jagug juga mahal dan susah didapat, karena enggak kuat kasih makan akhirnya indukannya dijual. Afkir dini di Oktober paling banyak. Dari situ produksi menurun,” terang dia.

Ia menjelaskan, lonjakan harga saat ini merupakan proses recover para peternak ayam setelah beberapa bulan mengalami kerugian akibat anjloknya harga telur. Ia berharap ke depan, pemerintah bisa lebih memetakan jadwal impor jagung agar bisa menutup kebutuhan para peternak ayam. Karena permasalahan dari fluktuasi harga telur yang selama ini terjadi bersumber dari langka dan mahalnya jagung untuk pakan ternak.

“Dengan harga saat ini kan mereka berusaha untuk menutup harga yang kemarin, memang belum kembali tapi paling tidak lumayan lah ada nafas. Masalahnya ini kan sudah beberapa kali, soal jagung mahal dan langka, misalnya di bulan Agustus ke atas, September, Oktober sampai Desember. Mestinya antisipasinya pemrintah impor. Jadi impor itu jangan dibarengi dengan panen raya,” ungkap dia.

Ia pun meminta pemerintah untuk mengamankan harga telur ayam agar bisa stabil. Pasalnya Dengan skema yang saat ini terjadi para peternak pun kahawatir. Saat harga jatuh pemerintah kesulitan untuk serap telur sehingga membuat peternak rugi, sementara saat produksinya terbatas dan tinggi peminat harga dari peternak naik, pemerintah malah melakukan sidak pasar.

“Kalau gini kami dari mana untungnya, kami dengan jual harga segitu kan gak tenang kalau nanti ada sidak pasar, kan kita seperti dikejar-kejar, padahal dengan harga saat ini kami berusaha memperbaiki (bisnis). Pas harga jatuh kan gak ada yang nyerap telur. Kami harap harga telur ini bisa stabil di Rp20.000/kg dari peternak sehingga di konsumen bisa ada di kisaran Rp24.000/kg,” kata dia.

Baca juga artikel terkait KENAIKAN HARGA TELUR atau tulisan lainnya dari Selfie Miftahul Jannah

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Selfie Miftahul Jannah
Penulis: Selfie Miftahul Jannah
Editor: Restu Diantina Putri