Menuju konten utama

Pertumbuhan Ekonomi RI Kuartal I 2022 Diprediksi Capai 5,2 Persen

Sejumlah indikator hingga awal Maret tercatat baik, seperti indeks keyakinan konsumen, penjualan kendaraan bermotor, hingga konsumsi listrik masyarakat.

Pertumbuhan Ekonomi RI Kuartal I 2022 Diprediksi Capai 5,2 Persen
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memberikan keterangan pers usai menutup pertemuan pertama tingkat Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral atau Finance Ministers and Central Bank Governors Meeting (FMCBG) di Jakarta Convention Center, Jakarta, Jumat (18/2/2022). ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/POOL/rwa.

tirto.id - Kementerian Keuangan (Kemenkeu) memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di kisaran 4,8-5,2 persen pada Kuartal I-2022. Pertumbuhan ini didorong oleh perkembangan indikator ekonomi pada Maret lalu.

"Kita tetap pada kisaran 4,5-5,2 persen untuk kuartal I," kata Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, dalam Konferensi Pers Hasil Rapat Berkala KSSK II Tahun 2022 l, Rabu (13/4/2022).

Sementara untuk keseluruhan tahun ini, ekonomi Indonesia diprediksi akan tumbuh antara 4,8-5,5 persen. Perkiraan ini, tidak berubah dari proyeksi ditetapkan awal pemerintah. "Keseluruhan tahun kita tetap di 4,8-5,5 persen," katanya.

Sri Mulyani menyampaikan, sejumlah indikator ekonomi hingga awal Maret juga tercatat baik, seperti halnya indeks keyakinan konsumen, penjualan eceran, penjualan kendaraan bermotor, hingga konsumsi listrik masyarakat.

Sementara dari sisi eksternal, surplus neraca perdagangan pada Februari berada dalam posisi baik, yakni meningkat capai 3,83 miliar dolar AS. Dan ini didukung kenaikan surplus neraca perdagangan non-migas terutama meningkatnya harga komoditas global seperti batu bara, besi, baja, dan CPO.

Untuk cadangan devisa, lanjut Sri Mulyani, hingga Maret 2022 berada pada tingkat tinggi mencapai 139,1 miliar dolar AS. Nilai ini setara dengan pembiayaan 7,2 bulan impor dan pembiayaan utang luar negeri pemerintah.

"Ini lebih dua kali lipat dari standar kecukupan internasional," imbuhnya.

Dia menambahkan, Nilai Tukar Rupiah (NTP) tetap terjaga di tengah ketidakpastian di pasar keuangan global. NTP pada triwulan I mengalami depresiasi 0,33 persen secara rata rata dibandingkan posisi akhir 2021.

Meski demikian, depresiasi rupiah tersebut lebih rendah dibandingkan mata uang sejumlah negara berkembang lainnya. Misalnya saja untuk mata uang ringgit Malaysia terdepresiasi 1,15 persen secara year to date (ytd), India depresiasi 1,72 persen, Thailand 3,15 persen ytd.

Kemudian untuk inflasi, hingga Maret terkendali 2,64 persen secara year on year. Hal ini didukung oleh masih cukup terkendali dari sisi penawaran di dalam respon kenaikan permintaan.

Bendahara Negara ini menambahkan, untuk kondisi perekonomian global, sejumlah lembaga internasional telah memperkirakan akan terjadi penurunan proyeksi perekonomian untuk tahun ini. Hal tersebut disebabkan oleh kondisi geopolitik global, khususnya konflik Rusia-Ukraina.

"Banyak sekali laporan-laporan baik itu dari OECD, Bank Dunia, IMF yang akan menyampaikan revisi dari economy outlook global dengan terjadinya peperangan di Ukraina, ini sudah menunjukan revisi ke bawah," ungkapnya.

Bahkan OECD, kata Sri Mulyani, telah memperkirakan pertumbuhan ekonomi global akan turun dari 4,5-3,5 persen di 2022 ini. Sementara Bank Dunia juga memperkirakan penurunan proyeksi pertumbuhan kawasan Asia Timur Pasifik.

"Untuk region East Asia and Pacific yang diproyeksi tumbuh 5,4 persen pada proyeksi sebelumnya, pada April ini mereka menurunkan pada range antara empat hingga lima persen. Jadi terjadi penurunan yang cukup material yaitu 1,4 persen hingga 0,4 persen," pungkasnya.

Baca juga artikel terkait PERTUMBUHAN EKONOMI atau tulisan lainnya dari Dwi Aditya Putra

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Dwi Aditya Putra
Penulis: Dwi Aditya Putra
Editor: Restu Diantina Putri