Menuju konten utama

Pertumbuhan Ekonomi 2017 Menjadi Fase Penyesuaian Ekonomi Global

Agus mengingatkan ada tantangan eksternal dan internal yang harus dihadapi.

Pertumbuhan Ekonomi 2017 Menjadi Fase Penyesuaian Ekonomi Global
Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo. ANTARA FOTO/Asep Fathulrahman

tirto.id - Gubernur Bank Indonesia, Agus Martowardojo menyatakan, pada 2017 Indonesia mendapat pengakuan positif dari dunia internasional. Salah satunya soal kemudahan berusaha (Ease of Doing Business/EoDB).

Agus menyatakan, pada 2018, peringkat kemudahan berusaha Indonesia naik menjadi 72 dari sebelumnya 91. Menurut dia, kenaikan ini adalah prestasi yang luar biasa sebab pada 2016 peringkat kemudahan berusaha berada di angka 106.

Kendati demikian, Agus mengingatkan ada tantangan eksternal dan internal yang harus dihadapi. "Situasi menjadi semakin kompleks karena pada saat bersamaan, perekonomian domestik berada dalam fase penyesuaian, ," ungkap Agus dalam acara “Peluncuran Buku Laporan Perekonomian 2017” di Bank Indonesia Jakarta pada Rabu (28/3/2018).

“Kondisi tersebut menyebabkan proses pemulihan ekonomi domestik belum dapat berjalan cepat dan kuat,” lanjut dia.

Empat Tantangan Siklikal Utama

Agus menjelaskan, ada empat tantangan siklikal utama yang ditunjukan oleh dinamika perekonomian pada 2017.

Pertama, tantangan yang bersumber dari global akibat normalisasi kebijakan moneter beberapa negara maju. Intensitas tekanan di pasar global sempat meningkat di akhir Februari 2017 dan berisiko mengganggu stabilitas karena dapat membalikan modal asing dari negara berkembang.

Kedua, tantangan yang bersumber dari domestik karena ruang fiskal yang masih terbatas. Sehingga, berdampak pada kemampuan pemerintah dalam memberikan stimulus perekonomian dan memanfaatkan berbagai momentum positif.

Ketiga, sebagian korporasi masih cenderung menunda ekspansi usaha dan lebih berfokus pada pembenahan internal.

Keempat, fungsi intermediasi perbankan yang belum sepenuhnya pulih. "Sehingga, daya dorong perbankan untuk pemulihan ekonomi menjadi terbatas. Hal itu dipengaruhi karena perfomance kredit yang belum kuat dan landing standard dari perbankan yang relatif tinggi,” ungkap Agus.

Selain tantangan siklikal, pertumbuhan ekonomi yang belum cepat juga dipengaruhi oleh sejumlah permasalahan struktural ekonomi domestik. "Hal ini mungkin juga menjawab kekhawatiran atau konsen dari publik," ucap Agus.

5 Tantangan Utama yang Perlu Dibenahi

Agus juga mencatat 5 tantangan struktural utama yang perlu dibenahi, di antaranya. Pertama, daya saing ekonomi yang belum kuat, baik dari infrastruktur, kelembagaan, inovasi maupun human capital.

"Kedua, kapasitas industri yang terbatas, yang tercermin pada struktur ekspor yang terbatas berbasis komoditas, dan impor yang berorientasi domestik (produk yang dihasilkan domestik)," jelasnya.

Ketiga, pembiayaan ekonomi secara umum masih terbatas dengan sumber pembiayaan dari pemerintah. "Kemampuan pembiayaan ini ke depannya harus terus didorong terutama untuk infrastruktur agar mengimbangi laju pembangunan infrastruktur yang telah direncanakan," terangnya.

Keempat, perekonomian digital yang berpotensi mengubah langkah sektor riil dan sektor keuangan dalam jangka menengah.

Kelima, tantang ekonomi inklusif yang tidak hanya berupa pemerataan hasil, tapi juga pemerataan partisipasi dalam pembangunan.

"Ke depan, peningkatan perekonomian Indonesia diperkirakan masih berlanjut. Arah perbaikan ekonomi Indonesia terindikasi pada struktur pertumbuhan ekonomi 2017 yang mulai didukung investasi swasta, khususnya investasi non-bangunan, serta komponen impor bahan baku dan barang modal yang meningkat," ungkap Agus.

Baca juga artikel terkait PERTUMBUHAN EKONOMI atau tulisan lainnya dari Shintaloka Pradita Sicca

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Shintaloka Pradita Sicca
Penulis: Shintaloka Pradita Sicca
Editor: Alexander Haryanto