Menuju konten utama
Google Home Vs Amazon Echo

Pertimbangkan Privasi Jika Memakai Speaker Pintar

Kini, Anda bisa punya produk speaker pintar sekaligus asisten virtual. Tapi hati-hati, produk ini berpotensi menguping apa yang Anda bicarakan.

Pertimbangkan Privasi Jika Memakai Speaker Pintar
Mario Queiroz, wakil presiden manajemen produk Google, memperkenalkan Google Home dalam konferensi teknologi Google I/O 2016 di Mountain View, California, AS. Foto/REUTERS/Stephen Lam

tirto.id - Kini semua serba pintar. Speaker yang dahulu hanya sebagai alat untuk memperbesar atau menyaringkan suara, kini diubah menjadi sesuatu yang pintar dan sanggup melakukan banyak hal. Speaker pintar, bukan hanya mengeluarkan suara sebagaimana yang umum terjadi. Dengan speaker pintar, pengguna bisa berinteraksi dengannya.

Setidaknya, ada dua produk speaker pintar yang fenomenal kini. Amazon Echo, bikinan raksasa e-commerce asal Amerika Serikat dan Google Home, speaker pintar dari si mbah bernama Google.

Speaker pintar bukan teknologi kacangan. Di balik produk tersebut, terdapat sebuah kecanggihan bernama asisten virtual. Amazon Echo didukung oleh kekuatan cerdas bernama Alexa, sedangkan Google Home didukung oleh kekuatan Google Assistant.

Menurut data yang dipacak Statista, jumlah pengguna aktif asisten virtual di seluruh dunia di tahun 2015 berada di angka 544 juta. Di tahun 2020 diprediksi terdapat 2,2 milyar pengguna unik asisten virtual di seluruh dunia. Tak heran jika produk speaker pintar yang memboyong kekuatan asisten virtual, penjualannya diprediksi akan meningkat tiap tahun.

Di tahun 2015 diperkirakan 2,4 juta speaker pintar Amazon Echo terjual. Tentu saja, ia adalah pelopor dalam dunia ini. Di tahun 2016, angka penjualan meningkat hingga 5,2 juta produk speaker pintar. Google Home, si pendatang baru, belum memiliki statistik untuk dipublikasikan pada khalayak umum. Namun, banyak pengamat menilai Google Home akan bisa dengan cepat mengejar ketertinggalannya dari Amazon Echo. Kuncinya adalah teknologi asisten virtual bernama Google Assistant.

Dengan segala kekuatan pencarian Google, Assistant diprediksi akan lebih digdaya daripada Alexa yang tersemat dalam Amazon Echo. Seperti dikutip laman Investors, firma pemasaran IHS mengungkapkan dalam laporannya bahwa, “di 2020, lebih dari setengah speaker (pintar) dari Google Assistant akan dikapalkan dibandingkan Alexa (Amazon Echo), perbandingannya antara 5,4 juta dan 2,4 juta unit."

Speaker pintar dibuat demi memudahkan aktivitas penggunanya. Terutama kala si pengguna berada di rumah. Speaker pintar adalah kunci masuk dari smart home atau rumah pintar. Bayangkan Anda memiliki semua jenis perangkat pintar di rumah. Untuk mengendalikannya, Anda hanya perlu berbicara dengan sebuah perangkat bernama Amazon Echo atau Google Home.

Menurut Cnet, speaker pintar bertujuan terutama untuk sumber hiburan, asisten pribadi, dan “remote control” bagi rumah pintar. Di Amerika Serikat, 81 persen pengguna speaker pintar atau asisten virtual menggunakan perangkat mereka untuk mencari jawaban dari pertanyaan yang dilontarkan pengguna. Josh Lowitz, pemimpin firma teknologi CIRP, mengatakan kepada Geek Wire bahwa, “lebih dari setengah pengguna Echo menggunakan perangkatnya dengan pengendali-suara untuk [memainkan] musik.”

Fitur yang cukup menjanjikan untuk dimanfaatkan dari speaker pintar adalah kemudahan untuk berbelanja. Cukup berbicara sambil santai-santai di sofa, segala kebutuhan akan mudah didapatkan. Amazon, perusahaan e-commerse raksasa tersebut, telah membuktikannya. Statista mencatat bahwa pemilik Amazon Echo meningkatkan uang untuk dibelanjakan pada toko online Amazon hingga 10 persen.

Sampai saat ini, pertarungan speaker pintar masih dimenangi Amazon Echo. Diberitakan The New York Times, untuk saat ini Echo memiliki kapabilitas yang lebih tinggi daripada Home. Sebab, Echo telah melakukan banyak kerjasama dengan perusahaan-perusahaan lain untuk meningkatkan kemampuan speaker pintar buatannya. Menurut laporan Geek Wire, Echo memilik 3.000 keahlian yang berbeda-beda, mulai dari menghidupkan lampu hingga memesan buku via Amazon.

Selain itu, Amazon, si pemilik Echo, menginvestasikan uangnya bagi 18 perusahaan rintisan yang fokus pada rumah pintar dan berbagai kemampuan terkait. Google Home belum melakukan hal demikian. Namun, seperti dibahas di awal, Google memiliki keunggulan terutama karena ia adalah si “mbah” di dunia maya. Google tahu segalanya.

infografik speaker asisten pribadi

Apakah baik membiarkan Amazon Echo atau Google Home “hidup” di ruang-ruang pribadi rumah kita?

Baik Echo maupun Home akan bereaksi jika “kata kunci” telah diucapkan. Pada Home, kata kuncinya adalah OK Google. Pada Echo, kata kuncinya adalah Alexa, Echo, atau Amazon. Namun perlu dipahami, baik Google Home maupun Amazon Echo selalu mendengarkan percakapan-percakapan si pengguna. Jika kata kunci tidak diucapkan, mereka hanya tidak bereaksi semata, bukan tidak mendengarkan. Artinya, dengan menghadirkan Homo atau Echo, omongan kita bisa didengarkan Google ataupun Amazon.

Sebanyak 46 persen populasi dunia, telah memiliki akses pada internet. Baik Echo maupun Home tentu menargetkan populasi yang sedemikian besar bagi produk speaker pintar buatan mereka. Dan dengan kata lain, jika estimasi penjualan terus meningkat, Google dan Amazon memiliki akses yang tidak terbatas pada “hampir” semua orang di dunia.

Saat menjelajah berbagai situsweb, sebenarnya kita pun “dimata-matai.” Layanan bernama Google Analytics merupakan contoh mata-mata. Analytics merekam segala aktivitas pengguna situsweb, termasuk alamat IP, jenis perambah, durasi kunjungan, dan banyak hal lain.

Data-data tersebut digunakan pemilik situsweb untuk menganalisis pengguna atau pengakses situsweb mereka dan juga digunakan sebagai salah satu proposal bagi pengiklan. Tanpa sadar, pengguna internet sebenarnya mengizinkan data-data pribadinya digunakan oleh Google Analytics maupun si situsweb yang dikunjungi.

Statista mencatat, hanya 18 persen responden yang mengaku mencoba untuk mencegah situsweb populer seperti Google atau Facebook memperoleh data-data pribadi mereka. Artinya, secara keseluruhan pengguna internet dunia, belum begitu sadar akan pentingnya mengamankan data-data pribadi mereka.

Menghadirkan Home atau Echo tentu akan memiliki konsekuensi lebih besar dibandingkan berselancar yang mengakibatkan data-data pribadi diambil oleh situsweb pengguna Google Analytics. Ingat, Home ataupun Echo masuk ke ruang-ruang paling pribadi manusia seperti kamar tidur atau ruang keluarga. Mengaktifkan fitur “always listening” bagaikan merelakan tingkah laku harian kita direkam dan ditonton melalui televisi.

Baca juga artikel terkait ERA DIGITAL atau tulisan lainnya dari Ahmad Zaenudin

tirto.id - Teknologi
Reporter: Ahmad Zaenudin
Penulis: Ahmad Zaenudin
Editor: Maulida Sri Handayani