Menuju konten utama

Pertemuan Jalur Sutra dan Poros Maritim

Presiden Xi Jinping menggagas program Jalur Sutra Maritim yang melintasi wilayah Indonesia. Sementara Presiden Jokowi memiliki impian menjadikan Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia. Nilai investasi Cina di Indonesia pun melesat.

Pertemuan Jalur Sutra dan Poros Maritim
Presiden Joko Widodo (kanan) berbincang dengan Presiden Tiongkok Xi Jinping sebelum pembukaan KTT Asia Afrika tahun 2015 di JCC. [Antara foto/aacc2015/Prasetyo Utomo]

tirto.id - "Tiongkok memiliki proyek Jalur Sutra Maritim Abad 21 dan kita memiliki proyek Poros Maritim, ini peluang sangat bagus bagi Indonesia untuk bisa mengembangkan diri, tentu dengan tetap melihat peluang yang sesuai dengan kebutuhan kita.”

Kalimat itu disampaikan mantan Presiden Megawati Soekarnoputri, setelah membuka selubung batu marmer sebagai tanda dimulainya pembangunan Rumah Soekarno yang dijadikan pusat kerja sama Indonesia-Cina, di Qianhai, Shenzhen, Tiongkok, pada Senin (12/10/2015).

Saat itu, Megawati didampingi Zhang Bijian (Ketua China Institute for Innovation and Reform Study dan penasihat presiden Cina) dan Tian Fu (anggota Politbiro Partai Komunis Cina, Komite Shenzhen). Kunjungan Megawati ke Cina dilakukan tepat setahun setelah Joko Widodo berkuasa.

Presiden Joko Widodo sudah lebih dulu menyambangi Cina, ketika masa pemerintahannya belum genap berumur satu tahun. Kunjungan Presiden Jokowi ke Cina saat itu, melahirkan “bayi” proyek kereta api cepat Jakarta-Bandung. Belakangan, proyek ini diketahui bukan hanya pinjaman biasa antara negara investor dengan Indonesia, tapi jauh lebih dari itu, bisa disebut sebagai tonggak dukungan pemerintah Cina terhadap pembangunan infrastruktur yang digalakkan oleh Presiden Jokowi.

Konsekuensinya, dalam dua tahun terakhir, munculnya angka-angka yang menggambarkan kemesraan hubungan Indonesia dengan Cina. Komitmen investasi Cina melonjak, porsi utang Indonesia dari Cina pun meningkat tajam. Inilah babak baru Poros Jakarta-Peking yang sempat muncul di era Presiden Soekarno dan kini mulai dirajut kembali oleh Presiden Jokowi.

Membangkitkan kembali rute perdagangan Jalur Sutra memang menjadi ambisi Presiden Cina Xi Jinping melalui program One Belt One Road. Di sisi lain, Presiden Jokowi juga punya ambisi, yaitu mengembalikan kejayaan maritim Indonesia dengan sebutan Poros Maritim.

Jalur Sutra Cina terbagi menjadi dua, di darat dan di lautan. Jalur darat bakal menghubungkan Cina ke Asia Tengah, Asia Timur dan Eropa. Sedangkan jalur laut menghubungkan pelabuhan-pelabuhan di Cina ke kawasan Samudera Hindia hingga ke perairan Timur Tengah. Secara otomatis, jalur itu akan melewati wilayah Indonesia, yakni Selat Malaka dan Selat Sunda yang menghubungkan Laut Cina Selatan dan Samudera Hindia.

Sementara Presiden Jokowi memiliki impian menjadikan Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia. Sebagai langkah awal, digagaslah program Tol Laut dengan membangun berbagai infrastruktur perhubungan laut untuk memudahkan alur distribusi barang di berbagai kota pesisir di negeri kepulauan ini.

Presiden Jokowi meyakini, proses distribusi yang mudah bakal membuat harga-harga komoditas menjadi murah. Hal itu bakal mampu mendongkrak pertumbuhan ekonomi di kisaran 7 persen hingga 8 persen. Kesamaan visi besar di antara dua pemimpin inilah yang agaknya menjadi dasar perekat kedua negara.

Lebih Tinggi dari AS

Hubungan yang erat antara Indonesia dan Cina juga bisa dilihat dari intensitas pertemuan resmi di antara delegasi kedua negara. Pertemuan delegasi Indonesia dengan Cina, bahkan jauh lebih intensif dibandingkan dengan Amerika Serikat.

Berdasarkan penelusuran tirto.id, Presiden Jokowi tercatat sudah dua kali berkunjung ke Cina dan AS. Belum genap sebulan masa tugasnya sebagai presiden, Jokowi sudah bertolak ke Cina. Ia berangkat untuk menghadiri KTT APEC ke-26 pada medio November 2014. Kunjungan kedua dilakukan Maret 2015. Sementara kunjungan resmi Presiden Jokowi ke AS untuk pertama kalinya dilakukan setelah setahun berkuasa, tepatnya pada Oktober 2015. Kunjungan kedua dilakukan pada Februari 2016.

Pertemuan antara Presiden Jokowi dengan Presiden Xi Jinping atau dengan Presiden Obama, juga sama-sama terjadi sebanyak tiga kali. Pertemuan Presiden Jokowi dengan Presiden Obama dilakukan dua kali saat berkunjung ke AS dan saat pertemuan APEC 2014. Pertemuan Presiden Jokowi dengan Xi Jinping juga terjadi dua kali saat kunjungan ke Cina, serta kunjungan Xi Jinping ke Indonesia pada peringatan Konferensi Asia Afrika (KAA) pada April 2015. Hal yang perlu dicatat, sejak Presiden Jokowi berkuasa, Presiden Obama belum pernah berkunjung ke Indonesia.

Di luar pertemuan resmi para pemimpin negara, masih banyak lagi kunjungan-kunjungan resmi dari utusan atau pejabat Indonesia dan Cina. Setidaknya, tercatat sudah lima kali utusan Cina datang ke Indonesia. Belum termasuk kunjungan tak resmi.

Utusan khusus Presiden Cina pertama kali datang sehari setelah Jokowi dilantik pada 20 Oktober 2014. Selain itu, masih ada kunjungan Menteri Luar Negeri Cina, juga beberapa kali perwakilan Partai Komunis Cina. Persoalan yang paling banyak dibahas, tak lain soal komitmen investasi dan pembiayaan infrastruktur.

Dari hasil pertemuan para pemimpin negara, komitmen investasi Cina terbukti lebih besar dari Amerika Serikat. Saat kunjungan kedua Presiden Jokowi ke Cina pada Maret 2015, tercatat komitmen kerja sama kedua negara mencapai $68,1 miliar atau sekitar Rp885,3 triliun. Belum lagi komitmen dalam mata uang Yuan sebesar 2,1 miliar RMB atau setara $340 juta atau sekitar Rp4,4 triliun.

Sementara kunjungan perdana Presiden Jokowi ke AS pada Oktober di tahun yang sama, hanya menghasilkan 18 kerja sama atau deal bisnis senilai $20,075 miliar atau sekitar Rp261 triliun.

Angka-angka itu semakin menguatkan persepsi bahwa untuk mewujudkan Poros Maritim, Indonesia harus bertemu dengan Jalan Sutra Maritim Cina.

Baca juga artikel terkait EKONOMI atau tulisan lainnya dari Suhendra

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Suhendra
Penulis: Suhendra
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti