Menuju konten utama

Pertamina Geothermal Bukukan Pendapatan Baru dari Carbon Credit

PGEO berhasil mencatatkan pos pendapatan baru dari hasil perdagangan karbon.

Pertamina Geothermal Bukukan Pendapatan Baru dari Carbon Credit
Direktur Utama PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) Tbk Ahmad Yuniarto (kedua kanan) bersama jajaran direksi bertumpu tangan pada konferensi pers Penawaran Umum Perdana Saham PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) Tbk di Jakarta, Rabu (1/2/2023). PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) akan melaksanakan penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO) mulai 1-9 Februari 2023 dengan melepas sebanyak-banyaknya 10,350 miliar saham biasa atas nama dengan penawaran berkisar antara Rp820-Rp945 per saham. ANTARA FOTO/Aprillio Akbar/rwa.

tirto.id - PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) berhasil mencatatkan pos pendapatan baru dari hasil perdagangan karbon. Hal ini menunjukan komitmen perusahaan untuk turut serta secara aktif melakukan transisi energi.

“Untuk pertama kalinya pada 2022, Pertamina Geothermal Energy (PGE) mencatatkan pos pendapatan baru dari penjualan carbon credit," ujar Direktur Keuangan Pertamina Geothermal Energy Nelwin Aldriansyah, dalam pernyataan resminya Senin (20/3/2023).

Dia menjelaskan sejumlah strategi dan upaya monetisasi terus dilakukan PGEO untuk mengawal kinerja keuangan tetap solid. Yaitu dengan menjaga pendapatan, EBITDA margin maupun profit margin yang stabil hingga rasio utang yang terjaga.

Asosiasi Pertambangan Batu Bara Indonesia (APBI) mencatat, perdagangan karbon di Indonesia dapat menembus 300 miliar dolar AS atau sekitar Rp4.625 triliun (asumsi kurs JISDOR BI Rp5.418 per dolar AS) per tahun, yang berasal dari kegiatan menanam kembali hutan gundul hingga penggunaan energi baru terbarukan (EBT).

Untuk diketahui, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) secara resmi sudah meluncurkan perdagangan karbon. Pada tahun 2023 perdagangan karbon dilakukan di sub sektor pembangkit tenaga listrik secara mandatory.

Perdagangan karbon dilakukan pada unit pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batu bara yang terhubung ke jaringan tenaga listrik PT PLN (Persero) dengan kapasitas lebih besar atau sama dengan 100 MW. Perdagangan karbon itu sendiri diimplementasikan melalui 2 mekanisme, yaitu perdagangan emisi dan offset emisi.

Wakil Menteri BUMN I, Pahala Mansury sebelumnya sempat mendorong BUMN untuk mulai melakukan perdagangan karbon atau kegiatan jual beli kredit karbon (carbon credit). Di mana pembeli menghasilkan emisi karbon yang melebihi batas yang ditetapkan.

Pahala mengatakan ada banyak standar pemeringkatan dalam penilaian karbon. Namun, yang paling banyak dilakukan adalah standar nilai karbon yang diterapkan oleh Verra. Nilai carbon offset yang diperdagangkan mencapai sekitar 20-40 dolar AS. BUMN bisa melakukan uji coba dengan harga setengahnya sebagai acuan.

“Kita melihat kolaborasi antara BUMN sendiri untuk membangun kerja sama dalam menghasilkan energi dan menurunkan emisi bisa dilakukan. BUMN kita juga bisa kerja sama dengan negara lain. Pada intinya, bagaimana BUMN bisa bersama-sama melakukan transisi energi,” jelas Pahala.

Baca juga artikel terkait PGEO atau tulisan lainnya dari Dwi Aditya Putra

tirto.id - Bisnis
Reporter: Dwi Aditya Putra
Penulis: Dwi Aditya Putra
Editor: Intan Umbari Prihatin