Menuju konten utama

Persembunyian Orang-Orang Tenar

Pernahkah Anda bertanya mengapa Sia, penyanyi lagu Chandelier itu, selalu memakai wig untuk menutupi mukanya? Kenapa duo DJ Daft Punk selalu memakai helm astronot dalam setiap penampilan mereka? Mereka punya alasannya.

Persembunyian Orang-Orang Tenar
Daft Punk saat beraksi di panggung. Getty Images/Karl Walter

tirto.id - Menjadi seniman, mau tak mau, membuat seseorang harus akrab dengan istilah ‘promosi’. Sebab, umumnya, semakin terkenal seorang seniman, semakin mahal pula karya-karyanya, sehingga semakin sejahtera pula hidupnya.

Bagi orang yang senang tampil, satu soal setidaknya terselesaikan. Namun, sayangnya, menurut penelitian, karya-karya seni mahal atau yang dianggap punya dampak besar biasanya datang dari seniman-seniman pemalu yang malah tampil di depan umum saja tak berani.

Pada awal 1900-an, seorang wanita muda bernama Agatha Miller bercita-cita jadi seorang pianis ternama yang rutin menggelar konser. Sejak kecil ia memang menggilai seni, dan senang melihat pianis-pianis andal memainkan jari di atas tuts. Namun, ia tumbuh sebagai pribadi pemalu. Ia tak bisa membayangkan dirinya tampil di muka umum. Banyak yang mengatakan sifat pemalu Miller muncul karena ia dididik di rumah oleh ibunya sendiri—ia tidak punya gelar pendidikan karena tak sekolah. Agatha Miller akhirnya memendam mimpinya jadi seniman, dan banting setir jadi apoteker.

Namun, takdir sebagai seniman di garis tangannya memang tak terelakkan. Menggunakan nama Agatha Christie—nama yang ia gunakan setelah menikah—ia kemudian dikenal sebagai salah satu penulis novel misteri-kriminal paling berpengaruh sepanjang sejarah. Naskah The Mousetrap karangannya bahkan memecahkan rekor sebagai pertunjukan dengan masa putar terpanjang di London—sejak 25 November 1952 hingga sekarang.

Ketika jadi penulis terkenal pun, sikap pemalu Agatha Christie tak hilang. Ia bahkan sempat ‘menghilangkan’ diri sendiri untuk terhindar dari sorotan pers yang penasaran pada kehidupan pribadinya seiring karya-karyanya meroket di atas tiang popularitas. Ia meninggalkan mobilnya di sebuah lubang tambang kapur, padahal ia sebenarnya sedang mengasingkan diri di sebuah hotel. Ia mengaku amnesia dan tak tahu kalau mobilnya tertinggal di sana, saat ia dicari-cari dunia selama kurang lebih sebelas hari.

Rasa malu dan kreativitas seringnya memang berjalan beriringan. Seseorang yang cenderung tertutup, suka merenung, dan antisosial biasanya di saat yang sama adalah seorang jenius kreatif. Ada kaitan tak terbantahkan antara perasaan yang dalam dan introversi mereka dengan seni-seni hebat yang mereka hasilkan. Semua itu tak kurang, adalah manifestasi dari kegelisahan sosial dan sensitivitas mereka.

Setidaknya demikian yang dituliskan Scott Barry Kaufman dan Carolyn Gregoire dalam buku mereka, Wired to Create: Unravelling the Mysteries of Creative Mind.

Keduanya turut mengutip sejumlah penelitian lain tentang kaitan antara sikap pemalu, sensitif, dan kreativitas. Misalnya temuan psikolog Mihaly Csikszentmihalyi, yang mengatakan kalau memang ada paradoks antara sikap kreatif seniman dengan keterbukaan mereka pada rasa sensitifnya.

Menurutnya, meski para seniman introvert itu lebih memilih menghabiskan waktu sendiri atau hanya dengan orang-orang tertentu dalam kesehariannya, mereka juga butuh ‘panggung’ untuk mengekspresikan sensitivitas yang mereka pendam ketika sendiri. Paradoks ini yang menjelaskan bagaimana seorang performa bisa sangat kharismatik saat tampil dengan seninya, tapi bisa jadi adalah seorang pemalu dalam kesehariannya.

Seorang seniman sejati—orang-orang yang akan merasa tersiksa jika tak menelurkan seni—tapi juga seorang introvert, tentulah menjadi karakter tertindas dalam kasus ini. Ketidakmampuan mereka mengontrol sisi antisosialnya bisa berakibat buruk pada dirinya sendiri. Sebab seperti yang digambarkan dalam laporan The Economist, era ini menuntut para seniman untuk lebih aktif mempromosikan karya-karyanya untuk bisa hidup lebih sejahtera.

Hal ini menegaskan kalau seniman-seniman introvert itu harus lebih kreatif seribu kali lipat daripada mereka yang ekstrovert.

Dalam artikel “Mengapa Banyak Sekali Artis adalah Orang yang Sangat Sensitif” di The Huffington Post, Gregoire mencontohkan kehidupan sang Raja Pop Michael Jackson sebagai salah satu artis pemalu. Jackson yang dikenal atraktif dan lihai di atas panggung rupanya mempunyai kepribadian introvert. Dalam banyak sekali wawancara, MJ mengaku sebagai pribadi yang sensitif dan tidak suka bayang-bayang paparazzi yang menjadi buah ketenarannya.

“Rasanya menyakitkan menjadi diriku,” kata Michael Jackson, seperti ditulis Gregoire.

Infografik Selebriti yang Menjaga Privasi

Namun, MJ yang mati sebelum Instagram dan Snapchat ditemukan masih lebih beruntung dari para seniman pemalu yang hidup di generasi ini. Kehadiran internet semakin memberatkan seniman-seniman yang ingin tenar, berhasil, tapi juga ingin menjaga privasinya. Sebab hampir mustahil menjaga privasi di era semua orang memiliki ponsel berkamera dan jaringan internet.

Sejumlah nama besar seperti Sia, Deadmau5, Marshmello dan Daft Punk—para selebriti yang punya nama besar secara global tapi menyembunyikan wajah dan kehidupan pribadinya—adalah contoh seniman-seniman itu. Semuanya mengaku terlalu pemalu, dan ingin punya sedikit privasi dalam hidupnya—yang akan sulit sekali didapat jika menilik orang-orang terkenal lainnya di sekitar mereka.

“Well, aku enggak mau terkenal—atau gampang ditandai. Aku enggak mau dikritik tentang cara penampilanku. Pernah sekali aku di Target [sebuah miniswalayan] dan laguku sedang diputar, tapi tak satu pun orang mengenaliku. Kupikir, oke, ini akan jadi permanen,” kata Sia dalam wawancara dengan Chris Connelly dari Nightline. “Aku punya beberapa kawan yang hiup di industri ini, dan keluar rumah saja mereka kepayahan. Aku enggak mau punya hidup macam mereka.”

Sementara Daft Punk, duo DJ dari Prancis, berkata kepada Rolling Stones, “Bagus rasanya untuk bisa dilupakan.”

Kadang, motivasi seorang seniman memang benar-benar hanya ingin berkarya. Setidaknya begitu yang ditunjukkan Agatha Christie dan lima nama besar lainnya di atas. Mereka tak bisa menahan kreativitasnya untuk menelurkan karya, bersyukur dengan ketenarannya, tapi tetap ingin punya sedikit privasi dalam hidupnya. Apa yang salah dari itu?

Baca juga artikel terkait PSIKOLOGI atau tulisan lainnya dari Aulia Adam

tirto.id - Gaya hidup
Reporter: Aulia Adam
Penulis: Aulia Adam
Editor: Maulida Sri Handayani