Menuju konten utama

Perjalanan, Persembahan Terakhir Duet AriReda

Album ini berisi delapan musikalisasi puisi Todung Mulya Lubis.

Perjalanan, Persembahan Terakhir Duet AriReda
Duet Ari Malibu dan Reda Gaudiamo. FOTO/Yose Riandi

tirto.id - Gajah mati meninggalkan gading, seniman pergi meninggalkan karya.

Pada 14 Juni 2018, musisi Ari Malibu meninggal dunia. Setahun kemudian, AriReda, duo yang dia dirikan bersama Reda Gaudiamo, merilis album posthumous berjudul Perjalanan. Album ini berisi delapan lagu musikalisasi puisi Todung Mulya Lubis, seorang pengacara, aktivis hak asasi manusia, dan sekarang menjadi Duta Besar di Norwegia. Album ini direkam di studio Sangkar Emas, Yogyakarta, bulan Maret 2018, tiga bulan sebelum Ari meninggal dunia.

“Proses rekaman kami –biasanya—berlangsung cukup cepat, meski tak berarti mulus. Setiap kali masuk studio, menggarap komposisi lagu, saya dan Ari pasti beradu argumen. Dan untuk album ini, proses itu berlangsung lebih alot dari sebelumnya karena semua lagu kami buat sendiri, tak ada komposisi musisi lain,” kata Reda tentang proses rekaman mereka.

Dengan album ini, AriReda memperpanjang tradisi sekaligus reputasi mereka sebagai duo yang memproduksi musikalisasi puisi jempolan. Sebelumnya, mereka merilis album perdana Becoming Dew (2007) yang berisi sepuluh lagu dari puisi Sapardi Djoko Damono. Sewindu kemudian, mereka merilis AriReda Menyanyikan Puisi yang berisi puisi-puisi dari para penyair seperti Amir Hamzah, Toto Sudarto Bachtiar, Abdul Hadi WM, hingga Goenawan Mohamad.

Duet AriReda terbentuk pada 1982. Mereka biasa tampil di acara-acara kampus, menyanyikan lagu-lagu balada dari John Denver maupun Simon & Garfunkel. Pada 1987, Fuad Hassan, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, mengajak Ari dan Reda untuk menyanyikan puisi Sapardi. Dari sana, jalan terbuka, dan hingga sekarang AriReda dikenal sebagai ahli penggubah puisi jadi lagu.

Mereka terus aktif, hingga pada 14 Juni 2018, Ari meninggal dunia di usia 57 karena kanker kerongkongan. Kepergian ini, tidak hanya memukul Reda sebagai sahabat, tapi juga sebagai rekan bermusik.

“Sepanjang ingatan,” ujar Reda,” saya tidak pernah menyanyi sendiri. Jadi ketika Ari pergi, sebenarnya saya sangat ragu untuk melanjutkan kegiatan ini. Tapi saya juga tak punya alasan kuat untuk berhenti. Percakapan saya dengan Ari perihal karier adalah kami akan membuat album solo, sebelum bertemu kembali untuk membuat album berikut. Jadi saya pikir Ari akan senang melihat saya jalan terus.”

Maka, hingga sekarang Reda masih terus berjalan, berkisah, dan bermain musik walau dengan format baru. Dan Perjalanan adalah warisan terakhir AriReda sebagai duet. Album ini bisa didengarkan di gerai-gerai musik digital seperti iTunes, Spotify, Joox, maupun Deezer, dan juga tersedia dalam bentuk CD.

Baca juga artikel terkait MUSIK INDONESIA atau tulisan lainnya dari Nuran Wibisono

tirto.id - Musik
Penulis: Nuran Wibisono
Editor: Nuran Wibisono