Menuju konten utama

Peringatan Tsunami Minahasa Dicabut Usai Tinggi Air Dipantau 2 Jam

Berdasarkan hasil monitoring perubahan muka air pada 6 stasiun, selama kurang lebih 2 jam, tidak menunjukkan anomali, maka peringatan dini potensi tsunami diakhiri.

Peringatan Tsunami Minahasa Dicabut Usai Tinggi Air Dipantau 2 Jam
Ilustrasi Gempa Bumi. FOTO/iStock

tirto.id - Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati mengatakan, peringatan dini potensi tsunami di Minahasa bagian selatan dan Minahasa Utara bagian selatan dengan level waspada dicabut setelah dua jam memantau tinggi muka air di Maluku Utara.

"Berdasarkan hasil monitoring perubahan muka air pada 6 stasiun, selama kurang lebih 2 jam, tidak menunjukkan anomali, maka peringatan dini potensi tsunami diakhiri pukul 00.09 WIB pada 8 Juli 2019," kata Dwikorita dalam konferensi pers di kantor BMKG, seperti disiarkan KompasTV, Senin (8/7/2019) dini hari.

Ke-6 stasiun pasang surut air laut berada di Bitung, Tobelo, Ternate, Taliabu, Jailolo, dan Xanana. Pemantauan berlangsung sejak peringatan dini tsunami disampaikan BMKG usai gempa magnitudo 7 menguncang Maluku Utara dan Sulawesi Utara.

Lokasi gempa berada wilayah barat daya Ternate, Maluku Utara dengan kedalaman 49 kilometer. BMKG kemudian mengumumkan potensi tsunami akibat gempa ini Minggu (7/7/2019) pukul 22.08.42 WIB. Dua jam berselang, peringatan tsunami dicabut.

Menurut Dwikorita, pemantauan tinggi muka air diperlukan selama 2 jam mengingat ada beberapa gunung api di dasar laut. Kemudian, kata dia, juga terdapat batuan yang rapuh getaran gempa bumi, sehingga mewaspadai longsor bawah laut di lereng gunung api di sekitar episenter gempa.

"Jadi menunggu 2 jam ini sesuai SOP. Sangat penting dilakukan bahwa benar-benar tidak terjadi perubahan air laut yang mengakibatkan tsunami setelah gempa," kata dia.

Ia menambahkan, gempa magnitudo 7 dirasakan oleh masyarakat di Bitung dan Manado dengan skala IV-V MMI yakni dirasakan hampir semua penduduk dan orang banyak terganggu. Kemudian di Ternate dirasakan III-IV MMI yakni dirasakan oleh orang banyak dalam rumah.

"Jadi kami ukur [daerah gempa] dan dicocookan dengan laporan masyrakat. Hingga saat ini belum ada laporan dampak dari gempa," ungkap dia.

Baca juga artikel terkait GEMPA MALUT atau tulisan lainnya dari Zakki Amali

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Zakki Amali
Editor: Addi M Idhom