Menuju konten utama

Perempuan yang Terlibat Narkoba Alami Kekerasan Ganda

Ada alasan ekonomi dan relasi personal dengan lelaki yang membuat perempuan terlibat penyalahgunaan narkoba.

Perempuan yang Terlibat Narkoba Alami Kekerasan Ganda
Ilustrasi narkoba. FOTO/Istockphoto

tirto.id - Komisioner Komnas Perempuan Magdalena Sitorus menyebut, perempuan yang terlibat dengan penyalahgunaan narkoba umumnya mengalami kekerasan yang berlapis.

"Sebagai lembaga negara independen, salah satu mandatnya melakukan pemantauan. Dari salah satu hasil pantauan di tempat tahanan perempuan, di Jakarta, Bali, Jawa Timur, kami menemukan beberapa simpulan," ujar Magdalena dalam konferensi pers di Komnas Perempuan, Jakarta Pusat, pada Kamis (28/11/2019).

"Bahwa perempuan dalam penjara yg berkaitan dengan narkoba itu menunjukan korelasi antara pengalaman kekerasan berbasis gender yang personal, maupun struktural," lanjutnya.

Kemiskinan, ungkap Magdalena, menjadi salah satu dampak atau penyebab dari kekerasan yang dialami oleh perempuan yang terperangkap dalam peredaran narkoba.

Dalam hal ini, Magdalena menilai kemiskinan sebagai salah satu masalah struktural yang menghadirkan kekerasan.

"Sebagian besar perempuan terpidana narkoba adalah perempuan yang mengalami jejak panjang kekerasan gender," ungkap Magdalena.

Magdalena pun menyampaikan bahwa sejumlah perempuan yang mereka temui pun terdorong untuk memasuki sindikat narkoba akibat adanya masalah personal.

"Jadi karena KDRT, terus keluar [dari hubungan], dan butuh uang. Atau butuh uang untuk anak sekolah, jadi terpaksa," ungkap Magdalena.

Magdalena pun melihat bahwa perempuan-perempuan yang terlibat dalam peredaran narkoba cenderung mendapatkan kekerasan, baik secara psikologis, ekonomi, hingga fisik. Kekerasan kebanyakan berasal dari orang-orang terdekatnya, seperti suami atau pacar.

"Perempuan yang terlibat masalah narkoba itu mengalami kekerasan secara berlapis, baik dari mulai tahap penyelidikan, penyidikan, pengadilan, hingga pasca peradilan. Bahkan ada kekerasan seksual. Belum lagi masalah fair trial," jelas Magdalena.

Perempuan yang merupakan imigran dan memiliki paspor juga kerap kali menjadi korban dari sindikat tersebut. Ia diincar, kemudian dimanfaatkan untuk menjadi kurir.

"Jadi yang kami lihat para sindikat itu saat menyasar perempuan yang menjadi target itu dia sudah mengamati latar belakang perempuannya, tapi yang kami lihat, para sindikat justru tak terjerat hukum, hanya kurirnya yang tertangkap," ungkap Magdalena.

"Konteks perempuan, dalam mengalami ini, ia mengalami kekerasan berlapis. Jadi harus dilihat secara politik bagaimana mengentaskan masalah ini, salah satunya kemiskinan. Jadi harus dilihat secara holistik, apalagi konteksnya perempuan," tegas Magdalena.

Baca juga artikel terkait NARKOBA atau tulisan lainnya dari Fadiyah Alaidrus

tirto.id - Hukum
Reporter: Fadiyah Alaidrus
Penulis: Fadiyah Alaidrus
Editor: Zakki Amali