Menuju konten utama

Percy Fawcett dan Para Petualang yang Hilang

Percy Fawcett adalah petualang Inggris yang hilang di Amazon. Penjelajahan bumi selalu menarik bagi pencari tantangan. Namun, Anda bisa tewas atau hilang.

Percy Fawcett dan Para Petualang yang Hilang
Cuplikan adegan film The Lost City of Z. FOTO/Plan B Entertainment

tirto.id - Tanggal 14 April 2017 akan jadi hari menyenangkan bagi penggemar Percy Fawcett. Tanggal itu menjadi penanda dirilisnya film tentang Percy, The Lost City of Z. Percy, petualang pemberani tanpa tanding, punya basis penggemar yang banyak dan fanatik, walau tentu tak banyak yang mau menempuh jalan seperti Percy. Jalan Percy memang menarik, penuh petualangan, dan berakhir dengan misterius.

Terlahir dengan nama Percival Harrison Fawcett, ia adalah tentara yang kemudian bergerak aktif di bidang arkeologi dan antropologi. Jalan hidup pria kelahiran 18 Agustus 1867 ini banyak dipengaruhi oleh kakak lelakinya, Edward Douglas Fawcett. Fawcett adalah pendaki gunung yang menggemari bacaan filosofis, petualangan, sekaligus okultisme Timur.

Saat dewasa, Percy masuk ke Royal Military Academy dan menjabat sebagai Letnan. Pada 1901, Percy bergabung ke Royal Geographical Society untuk belajar tentang metode survei dan pembuatan peta. Kemudian ia bekerja untuk lembaga intelijen Inggris di Afrika Utara guna mengasah kemampuannya. Salah satu sahabatnya adalah Arthur Conan Doyle, pengarang terkenal Inggris.

Percy memang ditakdirkan lebih dikenal sebagai petualang ketimbang tentara. Pada 1906, ia melakoni ekspedisi pertamanya ke Amerika Selatan. Ia pergi ke Brasil untuk memetakan area hutan di perbatasan Brasil dan Bolivia. Kisah-kisahnya selama ekspedisi memang menarik dan menimbulkan rasa penasaran luar biasa, terutama bagi orang Inggris yang dikenal punya ketertarikan terhadap hal-hal yang misterius, eksotis, dan berasal dari kawasan yang tak terjamah.

Salah satu kisah Percy yang sering diceritakan, sekaligus diolok-olok ahli biologi, adalah ia pernah melihat ular anakonda besar sepanjang 19 meter. Dalam buku Exploration Fawcett: Journey to the Lost City of Z yang ditulis oleh Percy, ada juga catatan tentang anjing mirip kucing, atau laba-laba Apazauca yang telah meracuni beberapa orang lokal. Selain itu, Percy mengklaim pernah melihat anjing dengan dua hidung.

Meski diolok-olok dan dianggap membual, Percy tak ambil pusing. Apalagi ternyata pada 2006, ada tiga foto yang memperlihatkan spesies yang disebut sebagai double-nosed Andean tiger hound. Ini adalah spesies langka yang jarang terlihat. Meski demikian, spesies ini ternyata bisa ditemukan di pasar-pasar Trinidad, Bolivia.

Karena kisah-kisah petualangan hebat nan ganjil itu, Royal Geographical Society dengan suka hati memberikan dana bagi Percy untuk bertualang. Sepanjang 1906 hingga 1924 ia melakoni 7 ekspedisi. Namun, satu petualangan yang ia rancang sedemikian rupa, nyaris seperti obsesi gila, adalah omongannya tentang Z, Kota yang Hilang.

Percy punya teori tentang Z, sebuah kota dengan tatanan masyarakat yang kompleks dan melampaui masanya. Menurut teorinya, Z berada di kawasan yang sekarang dikenal sebagai Mato Grosso, Brasil. Kota ini, ujar Percy, dulunya adalah sebuah peradaban kompleks di tengah belantara Amazon. Pada 1920, enam tahun setelah ia punya teori tentang Z, Percy menjalankan ekspedisi sendirian. Namun gagal setelah ia terserang demam.

Pencarian Kota Z

Lima tahun kemudian, Percy mendapat dana dari sekelompok orang kaya London bernama The Glove untuk mencari Z. Maka ia berangkat bersama anak lelakinya, Jack Fawcett, dan sahabat Percy sejak lama, Raleigh Rimell. Mungkin Percy sudah merasa ini adalah ekspedisi terakhirnya. Ia mengirimkan wasiat: Kalau ekspedisi ini gagal dan tak ada yang kembali, tak perlu mengirim bala bantuan untuk mencari mereka.

Pada 20 April 1925, Percy berangkat dari Cuiaba, ibukota Mato Grosso. Untuk tambahan tim, Percy mengajak 2 kuli Brasil, 2 ekor kuda, 8 ekor bagal, dan sepasang anjing. Komunikasi terakhir Percy terjadi pada 29 Mei 1925. Saat itu Percy mengirim surat kepada istrinya, mengabarkan bahwa ia akan pergi ke daerah yang belum terjamah, hanya bertiga dengan Jack dan Raleigh. Namun sejak itu tak pernah ada kabar dari Percy, hingga sekarang. Percy, Jack, dan Raleigh hilang.

Setelah itu banyak teori tentang bagaimana Percy dan timnya hilang. Yang paling sering dipakai adalah Percy dibunuh oleh suku Indian lokal. Kawasan yang dimasuki Percy memang dihuni oleh beberapa suku seperti Kalapalos, Aruma, Suya, juga Xavante.

Namun, ada pula yang berteori bahwa Percy dan timnya meninggal karena belantara Amazon yang kejam dan berisi hal-hal yang bisa membunuhmu kapan saja: Nyamuk malaria, laba-laba beracun, jaguar, hingga pasir isap. Teori lain yang komikal: Percy hilang ingatan dan memutuskan untuk menjadi kepala suku kelompok kanibal.

Selepas Percy hilang, banyak orang terobsesi menemukannya. Menurut wartawan David Grann yang menulis "The Lost City of Z", terbit di The New Yorker pada September 2005, ada sekitar 100 orang yang tewas dalam upaya mencari Percy.

Salah satu teori tentang Percy yang mendekati sahih adalah kisah dari Orlando Villas-Boas, aktivis yang banyak bekerja dengan suku-suku lokal Amazon. Menurut Orlando, kapal Percy dan timnya sempat terbalik di sungai, membuat semua kado untuk suku-suku lokal hilang. Memasuki kawasan Indian tanpa membawa hadiah adalah hal yang berbahaya, dianggap sebagai penyusupan dan pelanggaran teritori. Jack dan Raleigh dibunuh dan mayatnya dibuang ke sungai. Sedang Percy, yang dianggap sebagai orangtua, dimakamkan dengan pantas.

Pada 1951, Orlando membawa beberapa belulang yang dianggap sebagai Percy. Analisisnya saat itu mengatakan tulang-belulang itu adalah Percy Fawcett. Namun penemuan ini disangkal oleh anak lelaki Percy, Brian Fawcett.

Orlando dengan sinis mengatakan Brian tak mau menerima kebenaran, karena ia terlalu sibuk menambang uang dari kisah misterius Percy. Kalau Percy sudah ditemukan, Brian jelas tak bisa mendapat uang lagi. Namun Grann mengutip laporan dari Royal Anthropological Institute bahwa tulang-belulang itu bukanlah milik Percy.

"Rahang atas menjadi bukti jelas bahwa tulang-belulang manusia ini bukanlah Kolonel Fawcett, karena kami membandingkannya dengan catatan gigi palsu atas milik Fawcett yang kami punyai," tulis laporan berjudul "Report on the Human Remains from Brasil" (1951).

Narasi lengkap tentang Percy Fawcett bisa dibaca, salah satunya, dalam buku yang dikarang Grann. Di artikel itu, yang kemudian berkembang menjadi buku berjudul The Lost City of Z: A Tale of Deadly Obsession in the Amazon (2009), Grann berkisah tentang napak tilas Percy mengunjungi suku Kalapalo, suku terakhir yang bertemu dengan rombongan Percy. Salah satu ceritanya, suku Kalapalo mengingatkan Percy supaya tak pergi ke tujuannya karena daerah itu dihuni oleh suku Indian yang "kejam." Tapi Percy bersikeras dan kemudian hilang. (Buku Grann diterjemahkan oleh GPU pada 2015 berjudul Kota Z yang Hilang)

Buku itu menjadi laris dan diangkat menjadi film. Setelah beberapa kali mengalami penundaan, film The Lost City of Z akan resmi dirilis pada 14 April 2017 dengan aktor Charlie Hunnam yang akan menjadi Percy Fawcett dan Robert Pattinson memerankan Kopral Henry Costin, salah satu orang kepercayaan Percy.

Infografik Petualang Yang Hilang

Usaha Terus-Menerus Menjelajah Bumi

Sejatinya, menjadi petualang dan penjelajah bukanlah pekerjaan yang selalu berakhir bahagia. Memang kita banyak menonton film yang mengisahkan bagaimana menjadi petualang dan arkeolog adalah pekerjaan yang menyenangkan, memompa adrenalin, dan berakhir bahagia. Petualangan ala Indiana Jones memang layak disalahkan.

Padahal menjadi penjelajah, apalagi memasuki daerah yang belum dijamah manusia, punya risiko yang amat besar. Karena itu ada banyak sekali babad penjelajah yang hilang dan tak pernah ditemukan lagi. Hutan belantara, lautan, gurun, hingga gua es, semua menguarkan risiko yang sama.

Salah satu petualang yang hilang dan masih jadi perbincangan hingga sekarang adalah Michael Rockefeller. Generasi keempat keluarga hartawan Rockefeller ini hilang saat melakukan ekspedisi di kawasan Asmat, Papua Barat, pada 1961. Menurut Carl Hoffman yang menulis artikel "What Really Happened to Michael Rockefeller," Michael dibunuh oleh suku lokal. Meski demikian, tulang-belulang atau bukti kematiannya tak pernah ada hingga sekarang. Hilangnya Michael masih menjadi misteri hingga sekarang.

Nama-nama petualang lain yang juga hilang dan tak pernah ditemukan antara lain George Bass (hilang saat melakukan pelayaran ke Amerika Selatan pada 1803), Ludwig Leichhardt (hilang pada 1884 di Gurun Great Sandy, Australia), dan Peng Jiamu, ahli biokomia yang hilang di Lop Nur, sebuah wilayah bekas danau air asin di Cina, pada 1980.

Dunia memang menawarkan misteri dan petualangan yang mendebarkan terutama bagi para penjelajah. Berbanding terbalik dengan kisah betapa dunia ini sudah hancur karena eksploitasi, ternyata ada banyak kawasan yang belum terpetakan, belum disentuh oleh manusia. Menurut data dari National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) Amerika Serikat, hingga sekarang umat manusia baru memetakan kurang dari 5 persen lautan. Padahal, lautan menyelimuti sekitar 70 persen kawasan bumi.

"Terlepas dari segala ketergantungan kita terhadap lautan, 95 persen lautan masih belum terjamah, belum terlihat oleh mata manusia," tulis NOAA di situs resminya.

Pada 2011, Universitas Dalhousie di Kanada mengajukan pernyataan menarik. Semua berawal dari pertanyaan sederhana: apakah kita, umat manusia, sudah menemukan hampir semua spesies makhluk hidup, atau masih amat jauh dari kata tuntas?

"Jawabannya, penemuan kita masih amat jauh dari kata selesai," ujar Boris Worm, seorang anggota penelitian spesies, kepada National Geographic.

Boris dan koleganya kemudian merumuskan pertanyaan terbesar, yang belum terjawab hingga sekarang: Berapa jumlah spesies yang ada di bumi? Saat ini, spesies yang sudah tercatat dalam jagat ilmu pengetahuan adalah 1,2 juta. Namun, berapa yang belum tercatat dan belum ditemukan? Setelah melakukan usaha pencarian jawaban—salah satu metodenya adalah jumlah famili dalam tiap kingdom—tim Boris menyimpulkan, jumlah spesies yang belum ditemukan dan belum diketahui adalah 8,7 juta.

Untungnya saat ini zaman semakin maju, membuat kerja para petualang plus ilmuwan jadi lebih mudah. Seperti saat sutradara James Cameron menjadi pilot Deepsea Challenger, sebuah mesin penyelaman lautan dalam yang dibuat oleh National Geographic Society dan Rolex. James dan Deepsea Challenger berhasil mencapai titik terdalam Palung Mariana, titik terdalam lautan. Dalamnya mencapai 10.898 meter.

"Titik itu adalah tempat paling terasing dan terpencil di seluruh bumi. Aku seperti pergi ke planet lain," kata James Cameron seusai ekspedisi.

Daerah yang belum dijamah manusia, juga spesies yang belum ditemukan, selalu mengundang rasa penasaran para pencari ilmu pengetahuan serta para petualang. Selama masih ada daerah yang belum terjamah, selama masih ada spesies yang belum tercatat, jelas akan selalu ada upaya pencarian dan petualangan.

Baca juga artikel terkait PETUALANGAN atau tulisan lainnya dari Nuran Wibisono

tirto.id - Hobi
Reporter: Nuran Wibisono
Penulis: Nuran Wibisono
Editor: Maulida Sri Handayani