Menuju konten utama

Percepatan Dekarbonisasi Asia Pasifik Guna Capai Target Net Zero

Transformasi bisnis net zero memastikan bahwa pertumbuhan bisnis tidak hanya menguntungkan dari sisi laba, tetapi baik untuk bumi. 

Percepatan Dekarbonisasi Asia Pasifik Guna Capai Target Net Zero
Aktivis melakukan aksi yang bertemakan "Tolak Bala, Stop Bencana" ini untuk menyerukan kepada pemerintahan Presiden Joko Widodo dan parlemen Indonesia dalam menghadapi krisis iklim, Dukuh Atas, Jakarta, Minggu (26/9/2021). ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga/hp.

tirto.id - Ruang untuk dekarbonasi dan pengurangan ambang batas pemanasan iklim hingga 1,5 derajat celcius di atas tingkat pra-industri semakin berkurang dengan cepat.

PwC mengeluarkan laporan bertajuk “Code Red-Asia Pacific’s Time To Go Green” untuk melacak tingkat dekarbonisasi. Laporan mengungkap bahwa Asia Pasifik perlu meningkatkan upaya dekarbonisasi secara signifikan.

Laporan ini juga menjelaskan peran yang harus dilakukan pelaku bisnis dalam transisi ke net zero dengan melakukan kolaborasi bersama pemerintah, memimpin perubahan, dan meraih peluang emas untuk pertumbuhan hijau.

Pada tahun 2020, Asia Pasifik bertanggung jawab atas 52 persen emisi terkait energi CO2 global. Permintaan energi di suatu kawasan tentu bervariasi karena tahap pembangunan dan kondisi sosial ekonomi berbeda di setiap wilayah.

Selama bahan bakar fosil merupakan bagian yang signifikan dari bauran energi di wilayah tersebut, dekarbonisasi akan lambat.

“Dunia mengalami dampak yang jauh lebih besar dari perubahan iklim dan jauh lebih cepat dari yang diperkirakan,” ujar Raymund Chao, Chairman di PwC Asia Pacific & China dalam rilis yang diterima Tirto, Rabu, (17/11/2021).

Menurut Chao wilayah Asia Pasifik memiliki peran penting dalam mendukung pertumbuhan hijau, sebab wilayah ini berisiko besar merasakan konsekuensi pemanasan dunia terhadap fundamental pertumbuhan sosial dan ekonominya.

Kolaborasi Pemerintah dan Pelaku Bisnis untuk Net Zero

Ambisi menuju net zero akan dimulai dengan komitmen dari level atas ke bawah. Perlu penguatan target nasional -- yang menjadi sorotan pada pertemuan COP26 baru-baru ini -- dalam mengubah sistem energi, industri, ekonomi, dan masyarakat. Pemerintah tidak bisa jalan sendiri.

“Pelaku bisnis yang lebih responsif dapat memposisikan diri mereka dengan baik terhadap perubahan sikap konsumen, teknologi, dan juga pasar baru,” kata Sri Nair, PwC Asia Pacific Vice Chairman.

Ia melanjutkan bisnis memiliki peluang emas untuk mewujudkan pertumbuhan hijau. Pelaku bisnis harus menilai kembali strategi mereka, perjalanan menuju net zero harus dimulai dengan strategi baru yang berperspektif kinerja perusahaan serta karyawan.

Fokus bisnis Asia Pasifik harus beralih ke “bagaimana dan apa” yang dapat dilakukan untuk mempercepat dekarbonisasi. Sekaligus memberikan insentif kepada para pemangku kepentingan.

Komitmen terhadap net zero mewajibkan pelaku bisnis memikirkan kembali visi untuk menghasilkan end-to-end transformation dari strategi, model operasi, dan teknologi. Menurut PwC para pelaku bisnis di Asia Pasifik harus melakukan beberapa tindakan, seperti:

  • Target: Dalam hal dampak bisnis terhadap iklim, perubahan harus dimulai dari atas. Para pemimpin perlu mengambil kepemilikan yang transparan dan vokal atas komitmen organisasi mereka untuk mencapai net zero.
  • Transformasi “hijau” komprehensif: Bergerak lebih dulu, bergerak cepat. dan bergerak secara komprehensif. Masih ada ruang bagi pelaku di Asia Pasifik untuk memimpin perubahan secara proaktif dan mengadopsi target net zero.
  • Memanfaatkan berbagai sumber modal baru: Investasi adalah penting. Pembiayaan dengan skala dan pelaksanaan tepat waktu dalam peralihan ke net zero butuh kerjasama inovatif dan berkelanjutan semua pemangku kepentingan, investasi antar pemerintah, dan badan usaha.
  • Membangun kepercayaan melalui pelaporan tepat: Data dan transparansi sangat penting. Kedua hal ini membantu pengambil keputusan terkait tata kelola dan model pelaporan terkini, serta membangun kepercayaan semua pemangku kepentingan.

“Perusahaan-perusahaan di Indonesia tidak boleh mengabaikan atau tertinggal dalam menjawab tantangan global untuk dekarbonisasi,” kata Eddy Rintis, Territory Senior Partner di PwC Indonesia.

Apalagi Indonesia memiliki banyak peluang unik bagi bisnis untuk melestarikan dan meningkatkan nilai dengan berpartisipasi dalam upaya global menghilangkan karbon.

Transformasi net zero memastikan bahwa pertumbuhan bisnis tidak hanya menguntungkan dari sisi laba, tetapi juga meninggalkan warisan abadi bagi manusia dan planet bumi.

Baca juga artikel terkait COP26 atau tulisan lainnya dari Aditya Widya Putri

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Aditya Widya Putri
Editor: Yantina Debora