Menuju konten utama

Perbedaan Teori Konflik Karl Marx dan Ralf Dahrendorf

Di antara ahli sosiologi yang merumuskan teori khusus untuk menganalisis konflik sosial adalah Karl Marx dan Ralf Dahrendorf

Perbedaan Teori Konflik Karl Marx dan Ralf Dahrendorf
Ilustrasi Sosiologi. foto/Istockphoto

tirto.id - Konflik sosial diartikan sebagai bentuk pertentangan di masyarakat yang terjadi karena beragam faktor penyebab. Kompleksitas konflik sosial membuat kajian terhadap fenomena ini memunculkan beragam jenis teori. Di antara pemikir sosiologi yang merumuskan teori khusus untuk menganalisis konflik sosial adalah Karl Marx dan Ralf Dahrendorf.

Menurut catatan Susvi Tantoro dan Lilik Tahmidaten dalam buku Sosiologi SMA (2016:21), pada dasarnya teori konflik lahir untuk menentang teori fungsionalisme struktural. Sebab, teori terakhir dinilai memberikan pemahaman bahwa seolah-olah perkembangan masyarakat berjalan seimbang dan statis.

Teori konflik hadir dengan pemahaman bahwa masyarakat ternyata mengalami perubahan berkat adanya pertentangan yang terus terjadi dalam kehidupan.

Berdasarkan tulisan Sri Suntari dalam buku ajar Sosiologi (2016:82), konflik juga ternyata berasal dari adanya pertentangan kelas, misalnya kelompok penguasa dengan kelompok masyarakat yang tertindas. Hal tersebut ternyata dapat menjadi salah satu faktor yang membawa perubahan sosial atau sistem sosial di dalam kehidupan bermasyarakat.

Suatu kondisi yang dapat dikatakan tidak seimbang ini terkesan mengabaikan norma serta nilai yang berlaku umum, tapi tetap memengaruhi kehidupan masyarakat. Dengan kata lain, kehidupan sosial tidak dapat dilepaskan dari berbagai macam konflik yang terjadi di dalamnya.

Lantas, bagaimana pendapat tentang teori konflik ini menurut Karl Marx dan Ralf Dahrendorf?

Infografik SC Teori Konflik

Infografik SC Teori Konflik. tirto.id/Lugas

Teori Konflik Karl Marx

Novri Susan melalui buku Sosiologi Konflik: Teori-teori dan Analisis (2009:22), mengungkapkan bahwa Karl Marx menganggap terdapat pertentangan kelas yang terjadi akibat perbedaan akses kekuasaan. Dalam hal ini, akses yang dimaksud oleh Karl Marx adalah fasilitas modal (uang) yang mampu menciptakan dua kelas, yakni kelas borjuis dan proletariat.

Lebih lanjut, Elena G. Bystova dan Petter Gottschalk dalam penelitiannya menambahkan bahwa Karl Marx menilai konflik sebagai bentuk pertentangan kelas. Karl Marx juga menjelaskan tentang konsep sturuktur kelas di dalam masyarakat yang penuh ketimpangan.

Baik perbedaan kelas dan ketimpangan sosial bisa menimbulkan konflik dalam keseharian. Bahkan, bisa muncul kelompok yang terkesan menguasai dan ada yang dikuasai hanya karena perbedaan kelas ekonomi.

Berikut konsep utama dalam teori konflik Karl Marx:

  • Adanya struktur kelas di masyarakat
  • Adanya kepentingan ekonomi yang bertentangan di masing-masing kelas yang berbeda
  • Adanya pengaruh besar dari kelas ekonomi terhadap gaya hidup seseorang
  • Pengaruh konflik kelas bisa mengakibatkan perubahan struktur sosial

Teori Konflik Ralf Dahrendorf

Selain mengungkapkan teori Karl Marx, Novri Susan (halaman 39) juga menjabarkan pendapat Ralf Dahrendorf seputar teori konflik. Dia menulis bahwa Ralf Dahrendorf menyodorkan teori yang menyimpulkan: konflik terjadi karena adanya relasi-relasi sosial dalam sebuah sistem.

Dengan begitu, dapat disimpulkan bahwa konflik tidak terjadi tanpa adanya kelompok-kelompok yang tergabung dalam satu sistem. Relasi-relasi itu ternyata juga diklasifikasikan berdasarkan kekuasaan. Adanya sang pengontrol dengan sanksinya membuat pihak yang memiliki kekuasaan bisa memperoleh keuntungan dari pihak yang dikuasainya.

Konflik ini akhirnya menyuratkan informasi bahwa terdapat pertentangan antara pemilik kekuasaan dengan orang-orang yang tidak berkuasa.

Bukan hanya itu, teori konflik Ralf Dahrendorf menjelaskan juga bahwa masyarakat memiliki dua sisi, yakni konflik dan kerja sama.

Pada akhirnya, baik teori Karl Marx dan Ralf Dahrendorf sama-sama menjabarkan bahwa konflik-konflik yang terjadi dalam masyarakat dapat menjadi faktor perubahan sosial. Dengan kata lain, pertentangan, ketidaksinambungan, ketimpangan, hingga pelencengan norma dan nilai, juga menjadi bagian dari masyarakat yang tidak dapat terhindarkan.

Baca juga artikel terkait KONFLIK SOSIAL atau tulisan lainnya dari Yuda Prinada

tirto.id - Pendidikan
Kontributor: Yuda Prinada
Penulis: Yuda Prinada
Editor: Addi M Idhom