Menuju konten utama

Perbedaan Sejarah dan Dongeng beserta Contohnya

Berikut ini adalah penjelasan singkat soal pengertian sejarah dan dongeng, perbedaan dan contohnya.

Perbedaan Sejarah dan Dongeng beserta Contohnya
Ilustrasi Dongeng

tirto.id - Sejarah dan dongeng memang memiliki kemiripan karena menceritakan sebuah kisah yang terjadi di masa lalu. Namun, ternyata kedua hal ini berbeda.

Ilmu sejarah sendiri menjelaskan perubahan dalam lintasan waktu yang disampaikan secara berurutan dari waktu yang paling awal hingga yang paling akhir.

Sedangkan, dongeng hidup di dunia fantasi, tetapi diceritakan menggunakan penjelasan yang kredibel dan tulisan yang cukup akurat.

Bahkan, dongeng di zaman dulu sudah mengakar dalam jiwa orang-orang, dengan lisan diceritakan berkali-kali, sehingga ceritanya sering berubah-ubah.

Lantas, berikut ini adalah penjelasan singkat soal pengertian sejarah dan dongeng, perbedaan dan contohnya.

Pengertian Sejarah dan Contohnya

Mengutip modul Sejarah oleh Sari Oktafiana (2017), sejarah dalam bahasa Indonesia menurut beberapa ahli berasal dari bahasa Arab yaitu sajaratu yang artinya “pohon kayu“. Yang mana, pohon melambangkan pertumbuhan dan perkembangan yang berkesinambungan.

Dalam hal ini pertumbuhan pohon yang terus-menerus dimaknai sebagai asal-usul, riwayat, silsilah, dan hikayat.

Sementara itu, dalam KBBI, istilah sejarah mengandung tiga penjelasan yaitu: 1. Asal-usul (keturunan) silsilah; 2. Kejadian dan peristiwa yang benarbenar terjadi pada masa lampau; riwayat; tambo: cerita; 3. Pengetahuan atau uraian tentang peristiwa dan kejadian yang benar-benar terjadi dalam masa lampau.

Sedangkan menurut sejarawan Kuntowijoyo, kajian ilmu sejarah bukan mitos belaka karena ilmu sejarah mempelajari peristiwa yang sungguh terjadi dan nyata.

Adapun, ilmu sejarah mempelajari bagaimana suatu peristiwa berkembang dan berkesinambungan dalam kurun waktu tertentu, kemungkinan terdapat pengulangan kejadian/peristiwa, serta peristiwa bersejarah yang menimbulkan perubahan di suatu masyarakat atau pun negara.

Sebagai ilmu yang mengkaji manusia dalam dimensi ruang dan waktu, sejarawan Kuntowijoyo (menjelaskan bahwa sejarah adalah ilmu yang mengkaji tentang manusia, waktu, sesuatu yang memiliki makna sosial, tentang sesuatu yang tertentu (partikular) dan teperinci.

Sejarah juga dianggap memiliki makna sosial berarti kejadian atau peristiwa yang berdampak pada perkembangan dan perubahan suatu masyarakat.

Contohnya adalah Politik Etis yang mulai dicetuskan pada tahun 1901 oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda memberikan perubahan bagi kaum bumi putra untuk mengakses pendidikan yang sebelumnya sangat terbatas untuk golongan tertentu.

Pengertian Dongeng dan Contohnya

Dongeng termasuk dalam cerita rakyat lisan. Dongeng sendiri diartikan sebagai cerita rakyat yang tidak dianggap benar-benar terjadi oleh yang punya cerita dan tidak terikat oleh waktu maupun tempat.

Mengutip makalah Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), dongeng diceritakan terutama untuk hiburan, walaupun banyak juga dongeng yang melukiskan kebenaran, berisi ajaran moral, bahkan sindiran.

Lebih jelasnya, dongeng adalah sebuah cerita pendek, cerita bebas yang dibuat, yang tidak terikat baik oleh waktu maupun tempatnya, dan juga tidak memiliki karakter yang nyata.

Dongeng sendiri menggunakan kejadian fantasi berupa keajaiban-keajaiban yang sama sekali tidak dapat terjadi dalam kehidupan nyata karena bertentangan dengan hukum alam.

Contoh dari cerita dongeng di antaraya adalah dongeng AndeAnde Lumut, Joko Kendil, Joko Tarub, Sang Kuriang serta Bawang Merah dan Bawang Putih.

Perbedaan Sejarah dan Dongeng

Melalui penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa perbedaan antara sejarah dengan dongeng adalah sejarah isinya tentang peristiwa masa lampau yang sudah ditelusuri keberadaannya serta didasarkan pada fakta-fakta dan disusun dengan metode penelitian sejarah, sedangkan dongeng cerita yang bersifat imajinatif dan tidak benar terjadi.

Baca juga artikel terkait EDUKASI DAN AGAMA atau tulisan lainnya dari Maria Ulfa

tirto.id - Pendidikan
Penulis: Maria Ulfa
Editor: Yantina Debora