Menuju konten utama
Ilmu Sejarah

Perbedaan Konsep Sejarah sebagai Peristiwa & Sejarah sebagai Kisah

Pembelajaran ilmu sejarah memiliki beberapa konsep, termasuk konsep sejarah sebagai peristiwa dan sejarah sebagai kisah.

Perbedaan Konsep Sejarah sebagai Peristiwa & Sejarah sebagai Kisah
Naskah kuno yang tersimpan di Museum Keraton Kasepuhan, Cirebon, Jawa Barat, Selasa (19/9/2017). ANTARA FOTO/Dedhez Anggara

tirto.id - Pembelajaran atau penelitian ilmu sejarah memiliki beberapa konsep, termasuk konsep sejarah sebagai peristiwa dan sejarah sebagai kisah yang memiliki perbedaan. Kedua konsep sejarah ini juga tidak bisa dilepaskan dari definisi atau pengertian "sejarah" itu sendiri.

Ismaun melalui buku Ilmu Sejarah dalam PIPS (2009) menjabarkan, kata "sejarah" berasal dari bahasa Arab, yakni syajaratun yang berarti pohon. Pohon memiliki akar, batang, cabang, ranting, daun, hingga buah yang jika digambarkan mirip dengan silsilah.

Dengan kata lain, istilah "sejarah" dalam bahasa Arab yakni syajaratun dapat dimaknai sebagai silsilah, keturunan, atau asal-usul sesuatu. Sebagai penggambaran dapat dilihat dari silsilah raja-raja, misalnya, yang mirip dengan pohon dengan seluruh elemennya.

Sementara itu, Sartono Kardijo dalam buku yang sama menambahkan bahwa sejarah merupakan gambaran masa lalu manusia sebagai makhluk sosial. Gambaran tersebut dilukiskan dengan cara ilmiah dan lengkap serta di dalamnya termuat beberapa fakta terkait kejadian yang pernah terjadi sebelumnya.

Konsep Sejarah sebagai Peristiwa

Dikutip dari buku Menyusuri Peristiwa, Kisah, dan Seni dalam Sejarah terbitan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2017), konsep sejarah sebagai peristiwa atau fakta menjadi suatu unsur yang disampaikan dengan menggunakan dokumen-dokumen atau sumber sejarah yang telah melewati tahap pengujian serta kritik.

Dari data-data tersebut, penulis atau peneliti sejarah dapat menafsirkan (intrepetasi) fakta atau peristiwa yang pernah terjadi di masa lalu.

Selain itu, fakta-fakta yang ditemukan juga bisa dijadikan bahan utama untuk menganalisa suatu peristiwa di masa lalu secara obyektif atau untuk menghindarkan faktor subjektivitas penulis.

R. Moh Ali dalam buku yang sama memaparkan bahwa konsep sejarah sebagai peristiwa adalah menjadikan sejarah sebagai objek. Adanya sejarah yang berupa fakta ini dapat menceritakan kenyataan yang unik, terjadi hanya satu kali, dan memiliki pengaruh besar untuk masa berikutnya.

Contoh sejarah sebagai peristiwa dapat dilihat dari peristiwa pembacaan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia oleh Sukarno dan Mohammad Hatta pada 17 Agustus 1945. Tidak ada pandangan lain di luar kejadian itu, yang menjadi sorotan adalah peristiwanya.

Konsep Sejarah sebagai Kisah

Berbeda dengan konsep sejarah sebagai peristiwa, konsep sejarah sebagai kisah didefinisikan sebagai tulisan atau lisan yang disampaikan untuk menceritakan kembali hasil rekonstruksi sejarah terhadap sebuah peristiwa di masa lalu.

Sejarah sebagai kisah lebih mengutamakan subjektivitas karena latar belakang penulis/peneliti menjadi sorotan. Akan tetapi, penulisan sejarah dengan konsep ini memerlukan tanggung jawab yang besar dan harus mendekati peristiwa/fakta sebenarnya.

Contoh dari sejarah sebagai kisah adalah mengenai sosok Ken Arok, pendiri Kerajaan Singasari. Ada dua rujukan utama yang biasa digunakan sebagai sumber sejarah dalam konteks ini, yakni Kitab Pararaton dan Negarakertagama.

Kitab Negarakertagama tidak pernah menyebut nama Ken Arok dalam mengisahkan sejarah Kerajaan Singasari. Sebaliknya, Pararaton justru selalu menyinggung sosok Ken Arok dalam ulasan tema yang sama.

Jika seorang penulis/peneliti secara subjektif menulis tentang sejarah Kerajaan Singasari dengan menggunakan Kitab Pararaton sebagai sumber utama, maka ia akan sering menyebut nama Ken Arok.

Sebaliknya, apabila Kitab Negarakertagama yang digunakan sebagai sumber utama, maka nama Ken Arok tidak akan disebut, melainkan memakai penyebutan dengan nama lain yang digunakan dalam kitab tersebut.

Subjektvitas penulis dalam konteks topik ini bisa dikecualikan jika penulis mengulas sejarah Kerajaan Singasari dengan memakai Kitab Pararaton dan Negarakertagama sebagai sumber dengan penjelasan terkait sosok Ken Arok.

Baca juga artikel terkait ILMU SEJARAH atau tulisan lainnya dari Yuda Prinada

tirto.id - Sosial budaya
Kontributor: Yuda Prinada
Penulis: Yuda Prinada
Editor: Iswara N Raditya