Menuju konten utama

Perayaan Halloween dan Bagaimana Sejarahnya

Tradisi Halloween mengalami perubahan tanggal dari waktu ke waktu, menyesuaikan peleburan tradisi dari beberapa masa kekuasaan.

Perayaan Halloween dan Bagaimana Sejarahnya
Ilustrasi Halloween. FOTO/iStockphoto

tirto.id - Masyarakat Eropa dan Amerika merayakan Halloween setiap tahun dengan tradisi mengenakan kostum horor. Tahun ini, perayaan tersebut jatuh pada hari Minggu, 31 Oktober 2021.

Tradisi untuk memperingati Halloween secara rutin bermula dari Festival Celtic kuno bernama Samhain (Saman). Melansir dari laman History, dalam festival ini orang-orang menyalakan api unggun dan mengenakan kostum seram untuk mengusir roh jahat dan hantu.

Pada abad ke-8, Paus Gregorius III mengganti festival tersebut sebagai peringatan untuk menghormati orang suci (saint) atau All Saints Day pada tanggal 1 November.

Untuk menarik masyarakat, beberapa tradisi Samhain dilebur ke dalam peringatan All Saints Day, misalnya All Hallows Eve (malam sebelum Halloween). Nama All Saints Day pun diganti menjadi Halloween.

Lama kelamaan tradisi festival Samhain berubah menjadi kegiatan seperti yang dilakukan masyarakat Barat saat ini, yakni melakukan trict-or-treat.

Trict-or-treat adalah berkeliling ke rumah tetangga meminta kue atau permen dengan mengenakan kostum horor.

Selain itu ada juga tradisi mengukir Jack-o-lantern atau lentera dari labu kuning yang diukir berbentuk wajah seram. Sebuah lilin diletakkan di dalam labu sehingga tercipta bayangan menyeramkan.

Gelaran pesta saat acara mewajibkan semua peserta mengenakan kostum dan memakan camilan.

Sejarah Halloween

Seperti disebutkan di atas, Halloween berasal dari festival bangsa Celtic kuno bernama Samhain (saman) yang hidup kurang lebih 2000 tahun lalu. Wilayahnya sekarang menjadi Irlandia, Inggris Raya, dan Prancis Utara.

Samhain digelar untuk menandai akhir musim panas dan masa panen, serta datangnya musim dingin yang gelap.

Musim itu sering dikaitkan dengan penyakit, wabah dan kematian. Bangsa Celtic percaya bahwa pada malam sebelum tahun baru, yang mereka peringati pada tanggal 1 November, adalah masa peralihan. Batas antara dunia yang hidup dan yang mati menjadi semu.

Karenanya pada malam 31 Oktober mereka merayakan Samhain, untuk menakuti para arwah -- yang mereka yakini kembali melintasi perbatasan antara dunia hidup dan mati.

Laman World History Encyclopedia menulis. Para arwah yang melintasi perbatasan dunia hidup dan mati itu dipercaya membikin masalah, merusak tanaman, dan menyebarkan wabah.

Untuk menenangkan masyarakat Celtic, pendeta Druids membangun api unggun besar dan membakarnya. Sesaji antara lain hasil panen dan hewan ternak dibakar untuk dewa-dewa Celtic.

Selama Samhains, masyarakat mengenakan kostum yang terdiri dari kepala dan kulit binatang. Api unggun dinyalakan kembali untuk menghangatkan musim dingin yang gelap.

Masa Kekaisaran Romawi

Abad ke 43 M, kekaisaran Romawi menaklukkan sebagian besar Celtic dan selama 400 tahun memerintah di sana. Dampak dari penaklukan ini adalah peleburan dua festival dari Romawi dengan festival Celtic, termasuk Samhains.

Pertama Feralia yang dirayakan akhir Oktober saat orang Romawi memperingati meninggalnya leluhur mereka.

Kedua, hari untuk menghormati Pomona, dewi buah dan pohon bangsa Romawi. Inilah alasan pada saat Halloween terdapat tradisi bobbing apple atau menggigit apel di dalam air.

Asal Mula Nama Halloween

Paus Bonifasius menjadikan tanggal 13 Mei 609 M sebagai hari peringatan Pantheon di Roma. Peringatan ini untuk menghormati mereka yang mati saat perang sebagai martir kristen.

Lalu Paus Gregorius III memperluas hari peringatan tersebut untuk semua Saint dan memindahkan tanggalnya dari 13 Mei ke 1 November saat peringatan Samhains.

Di abad ke-9, pengaruh kristen menyebar ke tanah Celtic dan secara bertahap meleburkan ritual Celtic dengan ritual agama tersebut. Gereja menjadikan tanggal 2 November sebagai Hari Semua Jiwa (all soul day’s) untuk menggantikan hari Samhains pada tanggal 1 November.

Nama All Saint’s Day juga diubah menjadi All Hallows atau All Hallowmas oleh pihak gereja, dan malam sebelum hari peringatan disebut All Hallows Eve yang pengucapannya berubah jadi Halloween.

Baca juga artikel terkait HALLOWEEN atau tulisan lainnya dari Cicik Novita

tirto.id - Sosial budaya
Kontributor: Cicik Novita
Penulis: Cicik Novita
Editor: Aditya Widya Putri