Menuju konten utama

Perayaan Cap Go Meh Semarang Dirayakan Tanpa Daging Babi

Panitia Perayaan Cap Go Meh Semarang menegaskan tidak ada masakan babi, campuran babi, maupun "sesajen" dalam perayaan budaya yang akan digelar di Balai Kota Semarang pada Minggu (19/2/2017) pukul 18.00 WIB.

Perayaan Cap Go Meh Semarang Dirayakan Tanpa Daging Babi
Pesta kembang api memeriahkan puncak perayaan 'Cap Go Meh' di Klenteng Hok Kheng Tong, Jambi, Sabtu (11/2) malam. ANTARA FOTO/Wahdi Septiawan.

tirto.id - Panitia Perayaan Cap Go Meh Semarang menegaskan tidak ada masakan babi, campuran babi, maupun "sesajen" dalam perayaan budaya yang bakal digelar di Balai Kota Semarang pada Minggu (19/2/2017) pukul 18.00 WIB.

"Kami hanya menyajikan lontong Cap Go Meh. Itu makanan berupa lontong sayur seperti kebanyakan," kata Ketua Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI) Jawa Tengah Dewi Susilo Budiharjo di Semarang, Sabtu (18/2/2017).

Sebagai penyelenggara, PSMTI Jateng juga akan mengundang sejumlah tokoh agama, seperti K.H. Ahmad Mustofa Bisri (Gus Mus), Habib Luthfi bin Yahya, Bhante Dhammasubho Mahathera, Romo Aloysius Budi Purnomo, dan Marga Singgih.

Penegasan itu disampaikannya selaku penyelenggara menanggapi adanya berita-berita "hoax" di media sosial yang mempersoalkan perayaan Cap Go Meh itu, termasuk menyebutkan adanya makanan yang mengandung daging babi.

Dewi menjelaskan lontong Cap Go Meh merupakan sajian kuliner berupa lontong Cap Go Meh yang dipadukan dengan beberapa macam masakan, seperti sambal ati dan sayur lodeh yang merupakan kekayaan budaya khas nusantara, termasuk Semarang.

"Jadi, tidak mungkin ada campuran babi yang dimasukkan. Apalagi, kami mengundang banyak tokoh agama, seperti Habib Luthfi dan Gus Mus, serta rencana semula akan digelar di halaman Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT) Semarang," katanya.

Maka dari itu, ia meminta masyarakat untuk tidak mempercayai informasi-informasi yang tidak benar di media sosial yang mungkin beredar mengenai perayaan Cap Go Meh itu, sekaligus mengundang masyarakat untuk menyemarakkannya.

Selain itu, Dewi menjelaskan perayaan Cap Go Meh yang diperingati setiap 15 hari setelah Tahun Baru Imlek oleh masyarakat Tionghoa merupakan hasil akulturasi budaya sehingga merupakan kegiatan budaya, bukan agama.

Romo Budi menambahkan pemberitaan "hoax" akhir-akhir ini memang banyak bermunculan, termasuk mengenai perayaan Cap Go Meh di Semarang karena ingin mengacau sehingga masyarakat jangan mudah untuk mempercayainya.

"Saya yakin tidak mungkin ada masakan mengandung babi di situ (Cap Go Meh Semarang, red.). Ini merupakan sikap hormat budaya yang kita junjung," tegas tokoh lintas agama yang dikenal piawai memainkan saksofon itu.

Sebelumnya, sejumlah organisasi kemasyarakatan (ormas) Islam beraudiensi dengan pengelola MAJT Semarang karena keberatan atas pelaksanaan perayaan budaya di tempat itu sehingga pengelola meminta panitia memindahkan lokasi acara.

Akhirnya, perayaan Cap Go Meh di Semarang yang sedianya dilangsungkan di halaman MAJT Semarang dipindahkan ke halaman Balai Kota Semarang, tanpa ada perubahan waktu, yakni tetap pada Minggu (19/2/2017), mulai pukul 18.00 WIB.

Baca juga artikel terkait CAP GO MEH atau tulisan lainnya dari Maya Saputri

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Maya Saputri
Penulis: Maya Saputri
Editor: Maya Saputri