Menuju konten utama
Berita Internasional Terkini

Perang Yaman & Laporan PBB: Jumlah Korban Tewas Bisa Capai 377.000

Laporan PBB memproyeksikan, sekitar 1,3 juta orang akan meninggal di tahun 2030 akibat perang Yaman.

Perang Yaman & Laporan PBB: Jumlah Korban Tewas Bisa Capai 377.000
Petugas keamanan berdiri di tengah reruntuhan kendaraan di lokasi serangan bom mobil mematikan yang menargetkan dua pejabat senior pemerintah, kata pejabat keamanan, di kota pelabuhan Aden, Yaman, Minggu, 10 Oktober 2021. (AP Photo/Wael Qubady)

tirto.id - PBB melaporkan, kematian akibat perang Yaman sampai dengan akhir tahun bisa mencapai 377.000 jiwa, baik akibat langsung maupun tidak langsung. Bahkan, menurut proyeksi UNDP, jumlah mereka yang tewas akibat perang Yaman bisa mencapai 1,3 juta jiwa pada tahun 2030.

Dinukil Al Jazeera, laporan baru PBB memproyeksikan jumlah korban tewas akibat perang Yaman akan mencapai 377 ribu jiwa pada akhir tahun 2021. Menurut laporan itu, jumlah korban tewas termasuk dari penyebab perang secara langsung, maupun tidak langsung.

Dalam laporan itu, UNDP memperkirakan, 70 persen dari mereka yang terbunuh adalah anak-anak di bawah usia lima tahun. Mereka juga memproyeksikan, 60 persen kematian berasal dari penyebab tidak langsung, seperti kelaparan dan penyakit. Sedangkan sisanya akibat penyebab langsung seperti pertempuran garis depan dan serangan udara.

“Dalam kasus Yaman, kami percaya bahwa jumlah orang yang benar-benar tewas akibat konflik melebihi jumlah yang tewas di medan perang,” kata Administrator UNDP Achim Steiner.

Lebih lanjut, laporan itu juga memproyeksikan, sekitar 1,3 juta orang akan meninggal di tahun 2030. Sekitar 70 persen dari kematian itu berasal dari penyebab tidak langsung, seperti hilangnya mata pencaharian, kenaikan harga pangan dan memburuknya layanan kesehatan dan pendidikan.

Masih menurut laporan itu, jumlah orang yang kekurangan gizi juga akan melonjak menjadi 9,2 juta pada tahun 2030 nanti. Sedangkan jumlah orang yang hidup dalam kemiskinan ekstrem mencapai 22 juta atau 65 persen dari jumlah populasi.

France 24 melaporkan, UNDP sudah memperingatkan kalau perang di Yaman, yang kini menjadi negara termiskin, akan menyebabkan perkembangannya mundur lebih dari dua dekade.

"Sebagian besar kematian itu akan terjadi... karena dampak tingkat kedua yang ditimbulkan krisis pada mata pencaharian, harga pangan, dan memburuknya layanan dasar seperti kesehatan dan pendidikan," ungkap laporan itu.

Yemen

Petugas keamanan berdiri di tengah reruntuhan kendaraan di lokasi serangan bom mobil mematikan yang menargetkan dua pejabat senior pemerintah, kata pejabat keamanan, di kota pelabuhan Aden, Yaman, Minggu, 10 Oktober 2021. (AP Photo/Wael Qubady)

Akar Konflik Yaman

BBC melaporkan, konflik berkepanjangan di Yaman itu berakar dari kegagalan transisi politik atas pemberontakan Musim Semi Arab yang memaksa otoriter lama, Ali Abdullah Saleh, untuk menyerahkan kekuasaan pada wakilnya, Abdrabbuh Mansour Hadi pada tahun 2011.

Saat menjadi presiden, Hadi berjuang menangani berbagai masalah, seperti serangan oleh para jihadis, gerakan separatis di selatan, serta korupsi, pengangguran dan kerawanan pangan.

Kendati demikian, Gerakan Houthi yang memperjuangkan minoritas Muslim Syiah Zaidi Yaman dan memerangi serangkaian pemberontakan melawan Saleh selama dekade sebelumnya, melihat keuntungan dari kelemahan presiden baru dengan mengambil kendali dari jantung utara provinsi Saada dan daerah tetangganya.

Kecewa dengan masa transisi itu, banyak warga Yaman biasa, termasuk Sunni, ikut mendukung Houthi, dan pada akhir 2014 dan awal 2015 melakukan pemberontakan secara bertahap mengambil alih ibu kota Sanaa.

Baca juga artikel terkait PERANG YAMAN atau tulisan lainnya dari Alexander Haryanto

tirto.id - Politik
Penulis: Alexander Haryanto
Editor: Iswara N Raditya