Menuju konten utama

Perang Dagang Cina-As Sudah Memasuki Tahap Akhir

Perang dagang AS-Cina kini telah memasuki tahap akhir dan memasuki bagian tersulit. 

Perang Dagang Cina-As Sudah Memasuki Tahap Akhir
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. ANTARA FOTO/REUTERS/Kevin Lamarque

tirto.id - Amerika Serikat dan Cina memulai kembali perbincangan soal perang dagang di Washington pada Rabu (3/4/2019).

Wakil Presiden Cina, Liu He disambut oleh Perwakilan Dagang AS, Robert Lighthizer di luar kantor USTR (Kantor Perdagangan AS), seperti dilansir South China Morning Post (SCMP).

Myron Brilliant, Wakil Urusan Hubungan Dagang Internasional AS mengatakan, perbincangan negosiasi ini telah mencapai tahap akhir, dan ia menyebut bahwa minggu ini perbincangan akan menyinggung bagian tersulit.

“Sembilan puluh persen kesepakatan telah selesai, tapi 10 persen terakhir adalah bagian tersulit. Ini adalah bagian paling 'licin' dan membutuhkan beberapa pertukaran dari kedua belah pihak,” katanya.

“Keduanya telah sepakat untuk membereskan semuanya pada April. Entah mereka bisa mencapai hal tersebut, bergantung pada apakah mereka dapat mengatasi hal yang luar biasa sulit tersebut,” tambahnya.

Brilliant berkata bahwa ada dua area sensitif yang merintangi lancarnya negosiasi kedua negara adidaya ekonomi tersebut.

Cina telah melakukan beberapa hal penting selama proses negoisasi, seperti membuka pasar lebih lebar lagi, dan hal tersebut memerlukan tanda tangan dari pemimpin kedua negara, Xi Jinping dan Donald Trump sebelum April berakhir.

Opsi lainnya, kedua pemimpin tersebut akan bertemu pada Juni mendatang di Pertemuan G20 di Jepang.

Perang dagang antara Cina-AS ditengarai akan menyerupai Perang Dingin antara AS-Rusia beberapa tahun silam.

Perang dagang ini disebut-sebut sebagai Perang Dingin 2.0. AS nampaknya tidak siap dengan keadaan tersebut, dan kenaikan tarif pajak produk Cina di AS juga tidak akan membantu mengatasi ketidak siapan AS tersebut.

Melansir The Guardian, kenaikan tarif terhadap produk impor Cina di AS tersebut mencapai 200 miliar dolar AS, dari 10 persen menjadi 25 persen.

“Cina dengan jelas mengisyaratkan baik secara terbuka maupun privat bahwa mereka akan senang jika kenaikan tarif dihilangkan. Sedangkan Trump sama kukuhnya mempertahankan kenaikan tarif sebagai alat untuk mengontrol Cina agar tunduk terhadap ketentuan AS [untuk memenuhi segala persyaratan yang ditetapkan AS],” tambah Briliant.

Namun, nampaknya negoisasi ini tidak mudah untuk Trump, yang sejak awal telah merasa bahwa Amerika ungkin tidak akan memenangkan perang dagang.

“Presiden [Trump] sangat menginginkan kesepakatan,” kata Clark Packard, konsultan dagang di R Street Institue seperti dilansir Bloomberg.

“Saya tidak yakin ia ingin memasuki 2020, dengan adanya pemilu, tanpa terjadi sesuatu disini (persepakatan dagang Cina-AS),” imbuhnya.

Para investor dan pebisnis meragukan kebijakan tarif tersebut akan efektif untuk kedua belah pihak.

Trump bersikeras akan menerapkan kenaikan tarif jika Cina tidak menyepakati apapun hingga Cina setuju untuk mebuat kesepakatan dengan AS.

Kebijakan tarif bukan hanya masalah terakhir yang akan muncul melalui perang dagang ini. AS nampaknya hanya mencoba memprovokasi perang dagang dengan Cina, padahal sebenarnya AS sedang mencoba meluruskan sesuatu yang sedang ruwet.

Namun, kenaikan tarif impor Cina di AS dapat menjadi pukulan keras AS terhadap Cina. Nilai impor AS terhadap barang Cina sebesar 500 miliar dolar AS, sedangkan Cina mengimpor produk dari AS sebesar 130 miliar dolar AS.

Baca juga artikel terkait PERANG DAGANG AS-CINA atau tulisan lainnya dari Anggit Setiani Dayana

tirto.id - Ekonomi
Penulis: Anggit Setiani Dayana
Editor: Yandri Daniel Damaledo