Menuju konten utama

Perang Dagang Australia-Cina, Mendag Sebut RI Bisa Naikkan Ekspor

Mendag M Lutfi menjelaskan Indonesia dapat menggenjot ekspor non-migasnya lewat perang dagang antara Australia-Cina.

Perang Dagang Australia-Cina, Mendag Sebut RI Bisa Naikkan Ekspor
Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi mengikuti upacara pelantikan di Istana Negara, Jakarta, Rabu (23/12/2020). ANTARA FOTO/BPMI Setpres/Muchlis Jr.

tirto.id - Menteri Perdagangan Mohammad Lutfi menyatakan perang dagang antara Australia dan Cina perlu diantisipasi oleh Indonesia. Lutfi menjelaskan Indonesia dapat menggenjot ekspor non-migasnya lewat perang dagang antara Australia-Cina.

“Kita harus memanfaatkan posisi ini,” ucap Lutfi dalam konferensi pers di kantor Kemendag, Senin (11/1/2021).

Salah satu komoditas yang, menurut Lutfi, dapat menuai peluang dari situasi ini adalah ekspor batu bara. Ia bilang harganya dapat mengalami tren kenaikan cukup tinggi sehingga perlu dimanfaatkan sebaik mungkin.

Selama Januari-November 2020, ekspor batu bara RI telah menghasilkan nilai 15,543 miliar dolar AS atau setara 11 persen total ekspor. Nilai ekspor ini diperkirakan bisa meningkat lagi dengan pengaruh perang dagang itu.

“Saya akan koordinasi dengan ESDM. Optimistis kita bisa mengambil manfaat dari permasalahan tersebut,” ucap Lutfi.

Di samping batu bara, ia bilang pemerintah juga bakal mengantisipasi potensi kenaikan harga komoditas lainnya. Misalnya, kedelai dan jagung yang perlu diantisipasi dampak kenaikan harganya di dalam negeri.

Melansir CNBC, pemerintah Cina tengah menerapkan tarif pada sejumlah produk Australia terutama pada produk minuman anggur dan serelia. Kehadiran tarif ini relatif cukup mengganggu Australia lantaran sejumlah analisa mengkhawatirkan perekonomian Australia akan sulit kembali ke titik sebelum pandemi karena pengenaan sejumlah tarif oleh Cina.

Cina dikabarkan tengah mempertimbangkan pengenaan tarif lain pada produk logam Australia seperti alumina dan emas. Meski demikian, sejumlah analisa menunjukkan Cina hampir pasti tak akan menyentuh produk bijih besi lantaran Cina mengimpor 60 persen kebutuhannya dari Australia.

Baca juga artikel terkait PERANG DAGANG atau tulisan lainnya dari Vincent Fabian Thomas

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Vincent Fabian Thomas
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Maya Saputri