Menuju konten utama

Perancang Gaya Para Diva

Di balik ratusan ribu likes pada foto akun Instagram Syahrini dan seleb lain seperti Titi DJ dan Rossa, ada kemahiran seorang personal stylist.

Perancang Gaya Para Diva
Rossa. Instagram/@Itsrossa910

tirto.id - Satu hari pada 2006, penyanyi Titi Dwi Jayanti memuji gaya penampilan seorang wanita muda yang baru saja diperkenalkan kepadanya. Ia bernama Ajeng Dewi Swastiari. Ketika itu Ajeng ialah seorang mahasiswi Fashion Styling di Lasalle College. Setelah momen perkenalan itu, Titi kerap bertanya kepada Ajeng tentang busana apa yang baiknya ia kenakan untuk mengisi sebuah acara. Ajeng dengan senang hati memberi saran. Pada dasarnya ia suka memadupadankan busana dan aksesori.

Titi akhirnya menawari pekerjaan kepada Ajeng untuk menjadi pengarah gaya pribadi. Dari perbincangan santai tentang pemilihan pakaian, pola komunikasi mereka pun sedikit berubah. Ajeng menerima jadwal kegiatan Titi selama sebulan. Ia pun meluangkan waktu untuk mengikuti rapat produksi sebuah acara yang mesti Titi datangi.

“Untuk tahu busana yang hendak digunakan, saya harus tahu lokasi, tata cahaya, gerakan, serta lagu yang akan dibawakan,” kata Ajeng yang saat itu sempat memutuskan berhenti sejenak dari dunia pendidikan.

Dari sana ia memilih desainer yang karyanya layak dikenakan di atas panggung. Ingatan Ajeng memutar momen-momen lampau saat ia mendatangi ajang perhelatan busana dalam negeri seperti Jakarta Fashion Week, juga peragaan busana tunggal yang biasanya diselenggarakan oleh desainer Indonesia seperti Biyan dan Sebastian Gunawan.

Layar ponsel Ajeng kerap menerima foto produk lini busana premium seperti Givenchy atau Moschino. Titi yang mengirim pesan tersebut. Ajeng pun kian paham karakter gaya klien.

“Titi unik dan colorful. Dia tahu bahwa dirinya seorang diva. Saya tidak bisa memberi saran baju dengan alasan sedang tren. Titi tidak suka mengikuti tren. Dia berani mencoba hal baru. Seperti menggunakan hasil rancang desainer muda yang masih kuliah,” lanjut wanita ini.

Dalam satu bulan, Ajeng bepergian ke luar kota sebanyak enam kali dan menangani sejumlah pementasan di dalam kota. Ia mengatur gaya untuk pemotretan kover album, juga acara televisi yang rutin dibintangi klien. Honornya untuk mengarahkan gaya pada acara di dalam kota sekitar Rp1 juta-Rp1,5 juta per acara. Untuk acara di luar kota, ia mematok harga Rp2 juta- Rp2,5 juta per acara. Sementara untuk pemotretan kover album atau video klip sekitar Rp10 juta-Rp15 juta.

Kemampuan Ajeng lantas dilirik sejumlah selebritas lain seperti Agnes Monica, Bunga Citra Lestari, Sherina, dan Vidi Aldiano.

“Pernah dalam satu hari saya harus menangani empat klien. Keperluannya berbagai macam. Ada yang shooting iklan, ada yang pentas nyanyi. Saya lelah. Saya pun sempat menerima teguran dari orang lain yang bekerja sama dengan saya. Ada beban mental yang berat karena harus menyesuaikan diri dengan karakter mereka. Saya sempat bertanya kembali di mana gaya saya sebenarnya.”

Perlahan ia melepas klien. “Agnes butuh orang yang bisa konsisten ada di sebelahnya. Saya tidak sanggup melakukan hal itu.”

Kini kliennya hanya Titi seorang. “Pada akhirnya kita memilih dengan siapa kita merasa nyaman. Meski demikian, saya tetap memposisikan Mbak Titi sebagai mentor. Saya menghormati beliau,” lanjutnya.

Baca juga: Profesi MUA Mendulang Uang dari Merias Orang

Kenyamanan serupa dirasakan Adi Surantha saat ia menyanggupi untuk jadi pengarah gaya penyanyi Rossa dan Syahrini. Kerja sama itu bermula dari program televisi X Factor.

Saat itu Adi tengah menjadi pengarah gaya penyanyi Afghan, yang menjadi juri acara kontes menyanyi tersebut. Rossa adalah juri lain dan Syahrini terkadang menjadi bintang tamu acara. Dari sana mereka kerap menghabiskan waktu luang bersama. Hal ini jadi salah satu alasan dua selebritas ini tertarik untuk menjadikan Adi pengarah gaya.

Adi terbiasa dengan cara kerja pengarah gaya di ranah editorial majalah gaya hidup ketika ia bebas menuangkan konsep gaya di kepalanya. Menjadi pengarah gaya seleb membuatnya harus menyesuaikan diri.

“Sejujurnya kepuasan yang saya dapat hanya 50 persen apabila acaranya off air. Tetapi, bila acara yang ditangani adalah acara televisi atau konser, kepuasan bisa mencapai 70 persen."

"Saya harus kompromi dengan berbagai pihak. Memikirkan gaya personal dari si klien sekaligus kepentingan pihak ketiga, yaitu stasiun televisi atau sebuah produk. Tak jarang, saya harus condong mengikuti keinginan pihak ketiga,” kata Adi yang enggan menyebut honornya sebagai pengarah gaya.

Meski terbatas mewujudkan konsep di kepalanya, Adi tetap ingin menjadikan sosok klien selebritas sebagai queen of the night ketika di atas panggung. “Saya ingin orang lain bisa melihat mereka sebagai inspirasi dalam bergaya."

Hal pertama yang jadi pertimbangan sebagai pengarah gaya ialah batasan untuk mengarahkan gaya.

“Rossa itu Hajah. Syahrini datang dari keluarga dengan latar belakang agama kuat. Busana yang saya pilih harus sopan melebihi bagian sikut dan lutut. Tidak boleh mengenakan sesuatu yang transparan,” lanjutnya, lagi.

Dalam menjalankan profesinya, Adi kerap bekerja sama dengan para desainer muda Indonesia seperti Peggy Hartanto, Hian Tjen, Rinda Salmun, dan Yogi Pratama. “Kepentingan desainer juga harus saya jaga,” katanya.

Bidang ini boleh jadi belum bisa memberinya kepuasan penuh dalam berkarya. Tetapi Adi memiliki profesi lain yaitu penulis, pembicara, direktur kreatif, dan personal shopper.

Infografik Tampil Mewah Dengan Pengeluaran Wah

Panggung besar bukan jadi satu-satunya alasan para seleb ini memakai jasa pengarah gaya. Ada pula yang menggunakan pengarah gaya saat hendak bepergian ke luar rumah.

Aktris Marshanda, misalnya. Ia menggunakan jasa stylist bernama Salli Sabarrang. Salli tidak memiliki latar belakang mode dan tidak pernah punya keinginan untuk jadi pengarah gaya.

Pengalamannya dengan ranah mode saat bekerja di satu majalah gaya hidup wanita di Indonesia. Saat ditugaskan mewawancara Marshanda, ia dituntut untuk mengarahkan gaya aktris tersebut pada sesi pemotretan halaman majalah.

“Saat itu Marshanda bilang bahwa ia suka dengan hasil styling saya dan bertanya apakah saya berkenan untuk menjadi personal stylist-nya,” kata Salli.

Kurang lebih setahun terakhir ini Salli bertandang ke rumah Marshanda setiap minggu untuk mengatur gaya seleb ini. Sekali waktu mereka berbelanja bersama di mal. “Bisanya kami datang ke ritel yang sudah populer seperti MAP Group atau Rococo Group,” ujarnya. Rata-rata uang belanja yang dihabiskan sekitar Rp5 juta-Rp10 juta.

Setiap bulan, Salli mendapat honor sekitar Rp4 juta-Rp5 juta bila hanya memadupadankan busana milik Marshanda. Lain cerita bila Marshanda harus meminjam barang ke toko baju atau desainer busana bila hendak mengisi acara di televisi.

Baca juga: Permak Wajah demi Cantik Bak Seleb Korea

Di waktu luang, Salli kerap membuka Pinterest untuk memerhatikan gaya selebritas luar negeri sebagai inspirasi menata gaya. “Biasanya klien memberi tahu nuansa gaya yang mereka inginkan, misalnya edgy, feminim, atau anggun. Saya mengembangkan konsep tersebut,” kata Salli.

Selain di dalam negeri, selebritas Hollywood pun terbiasa menggunakan jasa personal stylist. Tengok saja Beyonce, Rihanna, Jennifer Lopez, Kendal Jenner, Emma Watson, dan Viola Davis. Di rangkaian momen penghargaan seperti SAG Awards, Golden Globe Awards, dan Academy Awards, jasa mereka makin dibutuhkan.

Gaya seleb yang mencuri perhatian membuat para pengarah gaya ikut jadi sorotan. Majalah Vogue edisi Inggris bahkan membuat sesi khusus yang membahas para seleb ini.

Selain jadi bahan pemberitaan, gaya para seleb ini menginspirasi selebritas lain untuk menggunakan jasa pengarah gaya yang sama. Demikian yang terjadi pada Kendall Jenner dan Marni Senofonte. Marni ialah stylist Beyonce. Orang semakin menyadari keberadaannya ketika video klip album Lemonade karya Beyonce beredar.

Kini Marni juga didaulat menjadi duta lini Adidas. Tak tertutup kemungkinan di kemudian hari para pengarah gaya seleb ini juga bisa menjadi seorang selebritas ternama.

Baca juga artikel terkait FASHION atau tulisan lainnya dari Joan Aurelia

tirto.id - Gaya hidup
Reporter: Joan Aurelia
Penulis: Joan Aurelia
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti