Menuju konten utama

Peran Penting Air Dicerminkan dari Arti Nama Tempat di Indonesia

Seiring perkembangan zaman, manfaat air makin banyak ditunjukkan di kehidupan.

Ilustrasi Air Mineral. foto/Istockphoto

tirto.id - Saat orang-orang Portugis datang menggunakan kapal ke tenggara Brasil pada 1 Januari 1502, mereka mengira pintu masuk teluk itu sebagai muara sungai. Mereka kemudian menamai wilayah tersebut dengan “Rio de Janeiro”. Rio adalah bahasa Portugis untuk “sungai”, sementara Janeiro artinya “Januari”.

Praktik menamai sebuah tempat atau wilayah menggunakan sesuatu yang bersumber dari air memang sudah menjadi praktik jamak sejak dahulu. Di Rusia, contoh seperti itu ditunjukkan oleh salah satu kota tuan rumah Piala Dunia 2018, Volgograd (artinya “Sungai Volga”). Beberapa kota di Tiongkok—seperti Jiangsu, Jiangxi, dan Zhejiang—juga memiliki unsur nama jiang yang artinya “sungai”. Sementara itu, dua daerah di Amerika Serikat, Mississippi dan Ohio, punya arti “sungai besar” dari bahasa yang berbeda.

Di Indonesia, “penamaan template” seperti itu bisa ditemui di Jawa Barat. Banyak daerah yang berawalan Ci- seperti Cianjur, Ciawi, Cimahi, Cipanas, Cipayung, Cirebon, dan lain sebagainya. Dalam bahasa Sunda, ci artinya adalah “air” atau “sungai”.

Pertanyaannya, kenapa banyak tempat di dunia ini dinamai berdasarkan fitur geografis air seperti sungai, danau, atau laut? Ada bidang keilmuan khusus untuk menjawab hal ini, yaitu toponimi.

Toponimi adalah ilmu dalam linguistik yang membahas tentang asal-usul pelabelan nama tempat, wilayah, atau suatu bagian lain dari permukaan bumi, termasuk yang bersifat alam (sungai, lautan, dan pegunungan) dan buatan (kota, gedung, jalan, jembatan).

Berdasarkan toponimi, melihat fitur geografis air adalah cara terkuno dalam menamai sebuah tempat. Buktinya, peradaban paling kuno terbentuk di tepi sungai, seperti di Sungai Nil (Mesir), Sungai Eufrat dan Tigris (Asia Barat), Sungai Kuning (Tiongkok Kuno), dan Sungai Indus (India). Peradaban awal ini mulai terbentuk sekitar masa Revolusi Neolitik (12.000 SM).

Sungai merupakan lokasi yang menarik bagi peradaban pertama karena menyediakan pasokan air minum yang stabil, membuat tanah subur untuk menanam tanaman, serta memancing dan berburu hewan yang datang untuk minum air.

Selain itu, mereka yang tersesat di hutan belantara dapat kembali ke peradaban dengan melakukan perjalanan ke hilir, di mana pusat-pusat utama populasi manusia cenderung terkonsentrasi. Selain sungai, tempat lain yang memiliki sumber air alami—seperti daerah pegunungan dan danau—juga sering menjadi awal pusat peradaban.

Manusia yang mulai suka melabeli sesuatu kemudian memberi nama tempat dari fitur geografis yang paling terlihat, kemudian mengasosiasikannya dengan predikat tambahan. Rio de Janeiro (“Sungai Januari”) adalah contoh terbaik dari kasus ini. Motif penamaannya jelas: mereka melihat sungai pada bulan Januari. Begitu juga Mississippi (“Sungai Besar”), karena mereka melihat tempat yang memiliki sungai yang besar.

Infografik Advertorial Le Minerale

Infografik Advertorial Le Minerale. tirto.id/Mojo

Manfaat Air untuk Peradaban dan Kehidupan

Seiring perkembangan zaman, manfaat air makin banyak ditunjukkan di kehidupan. Kita butuh air untuk tetap hidup, berguna untuk cuci dan kakus, memasak, menumbuhkan tanaman, memelihara binatang, memproduksi energi, untuk kebutuhan medis, dan masih banyak lagi.

Namun dari semua manfaatnya, air minum menjadi kebutuhan wajib karena 60 sampai 70 persen tubuh manusia terdiri dari air. Jika tubuh kehilangan 4 persen air, maka akan menderita dehidrasi. Kehilangan air 15 persen akan bisa menyebabkan kematian. Maka dari itu, seorang manusia bisa bertahan hidup selama sebulan tanpa makan, tapi tak akan bisa bertahan hidup selama tiga hari tanpa air.

Dari semua air yang dapat diminum, yang terbaik adalah yang mengandung mineral. Air mineral jadi salah satu sumber terbaik untuk rehidrasi, terutama yang kaya sodium. Sayangnya, meski mineral amat penting bagi tubuh, makhluk hidup tidak bisa memproduksinya sendiri. Tumbuhan mendapat mineral dari tanah. Sedangkan manusia mendapat mineral dari berbagai jenis makanan dan dari meminum air mineral.

Secara umum, air mineral berbeda dengan air minum biasa, terutama dari segi kemurnian dan tingkat kandungan mineralnya. Food and Drug Administration (FDA), lembaga Amerika Serikat yang mengurus masalah makanan dan obat-obatan, menyebut bahwa air mineral harus mengandung setidaknya 250 bagian per juta (part per million, ppm) mineral yang “asli berasal dari sumber air bawah tanah yang terlindung secara geografis dan fisik.”

Sama seperti beberapa tempat yang dinamai dari unsur geografis air, Le Minerale juga—sesuai namanya—adalah air minum yang mengandung mineral. Kebetulan lainnya, dua wilayah bernama air di Jawa Barat menjadi tempat bernaungnya pabrik Le Minerale, yaitu Ciawi dan Cianjur.

Le Minerale mengandung mineral alami yang penting untuk tubuh dan baik untuk kesehatan. Selain itu, Le Minerale juga dilengkapi dengan tiga proteksi berlapis seperti seal cap di tutup botolnya, ring pengaman, dan botolnya keras sebelum dibuka membuat Le Minerale terjamin bersih dan higienis serta aman dari pemalsuan. Rasanya juga segar dan tidak bikin enek, sehingga bisa bikin kita minum lebih banyak.

Apalah arti sebuah nama? Nyatanya, banyak tempat di dunia yang dilabeli menggunakan nama sesuatu yang bersumber dari hal terpenting di kehidupan: air. Bukan hal yang kebetulan air mineral yang baik juga dilabeli dengan nama yang paling mencerminkannya: Le Minerale. []

(JEDA)

Penulis: Tim Media Servis