Menuju konten utama

Peran Orang tua dalam Pilihan Karier Anak

Remaja kurang tepat mengambil keputusan, dikarenakan secara kognitif fungsi otak bagian prekorteks, baru berkembang di tahapan remaja akhir.

Peran Orang tua dalam Pilihan Karier Anak
Ilustrasi anak memakai pakaian karir masa depan. FOTO/iStockphoto

tirto.id - Peranan orang tua dalam membimbing remajanya memilih jurusan yang tepat tidak dapat dipungkiri adalah hal yang penting. Sayangnya, banyak orang tua yang justru membiarkan anak mengambil keputusan jurusan sendiri, tanpa memberikan pembimbingan.

Dalam mengukur karir, jawaban yang paling sering muncul di antara remaja adalah pekerjaan yang akan membuat mereka bahagia. Saat digali lagi definisi bahagia versi para remaja, jawaban mereka mengarah pada kemampuan memiliki uang banyak.

Sebuah penelitian yang digagas Daniel Kahneman dan Angus Deaton (2010) menunjukkan sedikitnya pemasukan memang berpengaruh pada hubungan pernikahan, kesehatan, dan rasa kesepian. Namun ternyata, penghasilan yang tinggi belum tentu dapat membeli kebahagian, sekalipun hal tersebut memang berpengaruh pada kepuasan hidup.

Pada kenyataannya, kepuasan dan kebahagiaan dalam pekerjaan dipengaruhi banyak faktor, tidak melulu hal keuangan. Sebuah platform digital bertajuk 80,000 Hours melakukan analisa terhadap lebih dari 60 penelitian dan menemukan tiga hal penting yang harus diperhatikan bila ingin bekerja di bidang yang dapat membuat kita merasa bahagia: (1) pekerjaan tersebut harus sesuai dengan kekuatan kita, (2) bekerja di pekerjaan yang berguna bagi orang lain, serta (3) pekerjaan tersebut memiliki lingkungan yang suportif, seperti membuat kita berkembang, memiliki teman kerja yang mendukung, terhindar dari pemberian gaji yang tidak adil, dan kesesuaian dengan kehidupan personal kita.

Banyak penelitian yang menunjukkan bila remaja cenderung kurang tepat saat mengambil keputusan, dikarenakan secara kognitif fungsi otak bagian prekorteks - yang berperan besar dalam proses pengambilan keputusan - baru berkembang di tahapan remaja akhir, di awal 20-an tahun.

Sebuah penelitian dari Catherine Hartley dan Leah Somerville (2015) menunjukkan pengambilan keputusan secara mandiri merupakan tantangan perkembangan yang nyata bagi remaja. Meskipun remaja bisa mengakses banyak informasi yang akan memperkaya ruang berpikirnya, tapi beberapa kemampuan dalam mempertimbangkan prospek masa depan dan mengolah feedback positif dan negatif belum sesempurna orang dewasa.

Remaja cenderung mengambil keputusan berdasarkan pengalaman, pertimbangan reward yang didapat, dan faktor pertemanan. Karenanya tidak sedikit remaja yang memilih jurusan karena mengikuti pilihan yang diambil teman-temannya.

Karena itu, sebisa mungkin orang tua hadir untuk membimbing dan menjadi “kolega berpikir” remaja. Menemaninya saat mengambil keputusan dan menuntunnya melihat permasalahan dari berbagai sisi. Tentunya bukan untuk memaksakan kehendak, yang justru dapat menimbulkan permasalahan baru berhubungan dengan relasi orang tua dan remaja.

Kedua belah pihak, baik orang tua maupun remaja, sebaiknya sadar akan adanya perbedaan generasi yang bisa berpengaruh dalam pengambilan keputusan. Di masa lalu, jurusan ekonomi, komunikasi, atau kedokteran adalah primadona, yang diperebutkan banyak remaja kala itu.

Tapi sekarang, banyak jurusan favorit baru yang sebelumnya sepi peminat, seperti jurusan game design atau ilustrasi. Dibutuhkan komunikasi yang efektif agar kita dapat menjelaskan kepada orang tua mengenai prospek pekerjaan ‘baru’ tersebut itu di masa kini, sementara orang tua juga perlu memahami bahwa perubahan zaman dapat menimbulkan perubahan paradigma.

Belakangan mulai banyak remaja yang memilih opsi ‘Gap Year’ dengan menunda belajar selama paling tidak satu tahun, dimana kemudian waktu tersebut digunakan untuk menyelami dan memantapkan diri pada sebuah jurusan.

Dalam jeda waktu tersebut, banyak yang memilih untuk magang di perusahaan yang sejalan dengan jurusan pilihannya, untuk melihat apakah bidang tersebut memang cocok dengan karir yang dicita-citakannya. Ada juga yang memakai jeda waktu untuk mempersiapkan diri dan belajar menghadapi ujian masuk jurusan yang bersangkutan. Di luar negeri bahkan cukup sering masa tenggang tersebut dipakai untuk berpetualang keliling dunia sebagai backpackers, mencari jati diri.

Kekuatan Minat dan Bakat

Banyak hal yang bisa menjadi variabel kekuatan dalam diri seseorang, tapi dalam hal pemilihan karir, paling tidak kita perlu memahami apa yang menjadi minat dan bakat dalam diri kita masing-masing. Apa beda keduanya?

Minat menggambarkan kecenderungan seseorang terhadap jenis tugas dan pekerjaan tertentu, apakah bisa membuat merasa termotivasi dan bersemangat. Minat inilah yang dapat membantu seseorang menikmati pekerjaan kita dengan rasa puas, sekalipun menemui rintangan yang biasa terjadi di keseharian. Salah satu acuan yang sering digunakan ahli dalam penggambaran minat menyakup enam dimensi minat yang dikembangkan oleh Dr. John Holland.

Dimensi pertama adalah Realistis, yang berhubungan dengan pekerjaan yang menggunakan keterampilan tangan atau mekanikal; Investigatif, pekerjaan yang berhubungan dengan analisa ilmiah dan pemikiran kompleks; Artistik, pekerjaan yang berhubungan dengan seni dan keindahan/harmoni; Sosial, pekerjaan yang bersifat membantu atau bekerja bersama orang lain; Enterprising, pekerjaan yang sifatnya persuasif dan kompetitif; dan terakhir adalah Konvensional, pekerjaan yang membutuhkan perhatian terhadap detil dan pencatatan.

Gabungan dari beberapa dimensi dominan di tiap orang akan membantu menggambarkan situasi pekerjaan yang cocok dan sesuai minatnya.

Ketika bicara mengenai minat, kita sebenarnya sedang menjawab pertanyaan tentang pekerjaan yang kita cintai (what we love). Akan tetapi, memilih karir berdasarkan minat saja tidak cukup, karena idealnya seseorang juga menimbang di bidang apa saja kita memiliki keahlian (what we can do). Di sinilah fungsi bakat dalam penentuan karir. Tidak hanya melakukan sesuatu yang disukai saja, tapi juga sesuatu yang mampu dilakukan, baik dalam hal keahlian, keterampilan, maupun kreativitas.

Infografik salah menentukan karier

Infografik salah menentukan karier. tirto.id/Quita

Cara paling sederhana untuk mengetahui minat-bakat anak adalah dengan mengevaluasi di bidang-bidang apa saja anak unggul.

Selain itu, orang tua juga bisa mengevaluasi di pelajaran apa saja kita unggul dan bidang pekerjaan apa yang berasosiasi dengan pelajaran tersebut.

Bila masih belum yakin, orang tua juga bisa mengunjungi psikolog pendidikan untuk diberikan asesmen minat bakat anak. Para psikolog biasanya akan menganalisa bidang-bidang pekerjaan yang cocok dengan gambaran minat, kecerdasan, sikap kerja, serta kepribadian anak, sehingga rekomendasi yang diberikan bersifat menyeluruh.

Peranan Institusi Pendidikan

Institusi pendidikan seyogyanya berperan besar dalam membantu kita menentukan pilihan pekerjaan. Di sekolah menengah tingkat atas, keberadaan guru bimbingan konseling menjadi salah satu elemen penting dalam membimbing para siswa dalam menentukan pilihan pekerjaan.

Kegiatan seperti university fair atau kunjungan dari/ke universitas lokal maupun internasional cukup sering dilaksanakan, meski mungkin frekuensinya belum merata di setiap sekolah. Yang tak kalah pentingnya adalah pengenalan karir, dengan mengundang para profesional untuk datang dan berbagi keseharian. Namun, pertanyaan besar yang sering muncul adalah keseriusan siswa dalam mengikuti pelayanan yang telah disiapkan sekolah berkaitan dengan bimbingan karir tersebut? Beberapa siswa (mungkin juga dengan orang tuanya) cenderung tidak memanfaatkannya dengan baik.

Hal lain yang mungkin belum terlalu berkembang di Indonesia, selain terbatasnya opsi jurusan yang tersedia, adalah masih jarangnya jurusan-jurusan di universitas yang bersifat umum, yang diperuntukkan bagi mereka yang masih belum yakin dengan jurusan yang ingin diambil. Sedangkan beberapa universitas di luar negeri telah menyediakan jurusan seperti Liberal Art, yang dapat dipilih oleh mereka yang ingin mencoba terlebih dahulu beberapa mata kuliah, sebelum kemudian mengambil keputusan jurusan di tahun kedua.

Baca juga artikel terkait PERAN ORANG TUA atau tulisan lainnya dari Melissa Mangunsong

tirto.id - Mild report
Kontributor: Melissa Mangunsong
Penulis: Melissa Mangunsong
Editor: Lilin Rosa Santi