Menuju konten utama

Penyebab Sindrom Pantat Mati Rasa Usai Duduk Lama & Cara Mengatasi

Sindrom "pantat mati rasa" merupakan salah satu dampak buruk dari kebiasaan duduk terlalu lama.

Penyebab Sindrom Pantat Mati Rasa Usai Duduk Lama & Cara Mengatasi
Ilustrasi bekerja dengan duduk terlalu lama. foto/istockphoto

tirto.id - Duduk terlalu lama terbukti bisa berdampak buruk bagi kesehatan. Beberapa pakar menjelaskan, bahwa kebiasaan duduk terlalu lama dapat meningkatkan resiko penyakit jantung, kanker, bahkan diabetes dan lainnya. Namun, efek samping itu kerap tidak terlalu disadari.

"Duduk terlalu lama bisa membatasi aliran darah, menyebabkan gluteal amnesia yang bisa memicu nyeri pinggul, sakit punggung bagian bawah, dan masalah pergelangan kaki" kata Donovan Green, pelatih kebugaran selebriti kepada Huffpost, yang dikutip pada Kamis (10/9/2020).

"Otot glutes [yang berperan penting di pergerakan pinggul] bisa gagal bekerja baik, bahkan ketika melakukan latihan yang menargetkan pinggul," tambah penulis buku No Excuses Fitness: The 30-Day Plan to Tone Your Body and Supercharge Your Health tersebut.

Ahli terapi fisik dan pendiri organisasi nirlaba Stand Up Kids, Kelly Starrett, menambahkan bahwa otot glutes seseorang tidak dirancang untuk menahan beban dalam waktu lama. Menurut Starrett, menghabiskan banyak waktu dan tenaga di bagian belakang tubuh, akan mengurangi kemampuan tubuh menggunakan otot glutes yang sangat kuat saat dibutuhkan.

"Posisi tertekuk pinggul yang berkelanjutan dan kompresi jaringan membuat kita menemui risiko fungsi gluteus yang menutup, atau biasa disebut dead butt [pantat mati rasa]," ujar Starrett.

Gejala sindrom "pantat mati rasa" atau Dead Butt Syndrome (DBS) yang terjadi usai duduk terlalu lama, dalam istilah klinis disebut gluteus medius tendinopathy atau gluteal amnesia.

DBS dapat terjadi pada siapa saja, tetapi, sebagaimana dicatat oleh laman Men’s Health, beberapa orang berisiko lebih tinggi daripada yang lain tergantung pada cara mereka menghabiskan harinya.

Orang-orang dengan pekerjaan yang lebih banyak waktu duduknya; supir profesional, orang-orang yang melakoni perjalanan panjang, lebih rentan mengalami DBS.

Selain itu, pemilik The PrivatGym, Hector Bones kepada Men’s Health mengatakan, orang dengan postur tubuh bungkuk juga rentan mengalami sindrom pantat mati rasa.

"Jika Anda membungkuk dan terus-menerus dalam posisi fleksi, akan membuat otot glutes secara konstan tidak berposisi dengan benar," terang Hector.

Cara Mengatasi dan Mencegah Sindrom Pantat Mati Rasa

Dilansir dari Healthline, cara pencegahan paling sederhana untuk menangkal DBS adalah berhenti atau mengurangi waktu duduk yang terlalu lama dengan berjalan kaki secara berkala. Naik dan turun tangga, misalnya, bisa sangat membantu mengurangi risiko sindrom pantat mati rasa.

Secara umum, berjalan naik dan turun tangga sesering mungkin tak hanya mengaktifkan otot dan tendon yang terpengaruh oleh DBS, tapi juga menjadi latihan beban dan kardiovaskular yang baik.

Sedangkan bagi mereka yang terlanjur mengalami DBS, penanganan yang tepat akan tergantung pada seberapa jauh tingkat keparahannya. Namun, bagi kebanyakan orang, perawatan yang biasa dilakukan adalah dengan menjalankan protokol RICE (Rest, Ice, Compression, Elevation). Adapun langkah-langkah dalam protokol ini ialah sebagai berikut:

  • Rest: Sebisa mungkin beristirahat dari pekerjaan dan aktivitas berat
  • Ice: kurangi rasa sakit dan bengkak dengan kompres es atau air dingin
  • Compression: balut lutut atau punggung yang sakit dengan perban elastis, tapi konsultasi dengan dokter dulu
  • Elevation: posisikan kaki lurus ke atas dengan sandaran yang kuat.

Untuk kasus DBS yang serius, terapi fisik dan pijat mungkin diperlukan. Terapi fisik biasanya ialah latihan fleksibilitas dan penguatan otot yang bisa dilakukan di rumah.

Jika ada cedera serius di tendon dan otot, terapi platelet-rich plasma (PRP) atau perawatan yang sejenis mungkin perlu dilakukan. Pada terapi PRP, penderita DBS akan disuntik dengan trombosit, untuk membantu penyembuhan. Suntikan biasanya dilakukan di lokasi cedera.

Mengonsumsi asetaminofen (Tylenol) atau obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID), seperti aspirin, ibuprofen (Advil, Motrin), dan naproxen (Aleve, Naprosyn), juga bisa mengatasi gejala DBS.

Baca juga artikel terkait SINDROM atau tulisan lainnya dari Ahmad Efendi

tirto.id - Kesehatan
Kontributor: Ahmad Efendi
Penulis: Ahmad Efendi
Editor: Addi M Idhom