Menuju konten utama

Penyebab Serangan Jantung seperti yang Dialami Maradona

Maradona meninggal setelah mengalami serangan jantung. Apa saja penyebab serangan jantung bisa terjadi?

Penyebab Serangan Jantung seperti yang Dialami Maradona
Ilustrasi serangan jantung. Getty Images/iStockphoto

tirto.id - Diego Maradona meninggal setelah terkena serangan jantung pada Rabu, 25 November 2020. Dia, legenda sepakbola dunia dan pahlawan Argentina di Piala Dunia 1986 yang lekat dengan julukan Si Tangan Tuhan, tutup usia berselang 25 hari usai merayakan ulang tahunnya ke-60.

Pelatih klub Argentina, Gimnasia La Plata itu sebelumnya sempat menjalani perawatan di Rumah sakit pada awal bulan ini. Tak lama setelah merayakan ulang tahunnya ke-60, Maradona mengeluh kelelahan.

Hasil diagnosa RS di Kota La Plata menyimpulkan bahwa Maradona harus menjalani operasi karena mengalami Hematoma Subdural, penggumpalan darah di permukaan otak. Operasi itu sebenarnya berhasil dan Maradona diperbolehkan pulang ke kediamannya pada pertengahan November lalu.

Namun, pada Rabu pagi waktu Argentina, ia mengalami serangan jantung, dan petugas kesehatan gagal menyelamatkan sang legenda.

Mengenal Penyebab Serangan Jantung dan Gejalanya

Serangan jantung terjadi ketika aliran darah ke jantung tersumbat. Penyumbatan tersebut paling sering disebabkan oleh lemak, kolesterol, atau zat lainnya yang membentuk plak di arteri koroner.

Di sebagian kasus, plak tersebut dapat pecah dan membentuk gumpalan yang menghalangi aliran darah, demikian mengutip ulasan di laman Mayo Clinic.

Akan tetapi, serangan jantung juga dapat disebabkan oleh pembekuan darah atau pembuluh darah yang robek. Ada pula serangan jantung yang disebabkan oleh kejang pembuluh darah, meski hal ini jarang terjadi.

Sebagaimana penjelasan di laman Healthline, sejumlah faktor bisa membuat risiko orang terkena serangan jantung meningkat. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah sebagai berikut.

Pertama, faktor usia. Orang berusia di atas 65 tahun memiliki risiko mengalami serangan jantung lebih besar.

Kedua, faktor jenis kelamin juga dapat mempengaruhi besarnya risiko terkena serangan jantung. Pria memiliki risiko lebih besar dibandingkan perempuan.

Ketiga, riwayat keluarga. Jika seseorang memiliki riwayat serangan jantung, tekanan darah tinggi, obesitas, atau diabetes, anggota keluarganya juga berisiko mengalami masalah yang sama.

Keempat, faktor gaya hidup yang buruk. Kebiasaan merokok, pola hidup yang tidak sehat, hingga perilaku makan yang berujung pada obesitas dan tingginya kadar kolesterol, juga bisa menjadikan risiko terkena serangan jantung meningkat.

Kelima, situs Heart.org menuliskan kondisi lain yang menyebabkan serangan jantung, yakni jumlah sel darah merah yang sangat rendah atau disebut dengan anemia parah. Sel darah merah berguna untuk membawa oksigen dari jantung ke seluruh tubuh.

Irama jantung yang tidak normal seperti terlalu cepat atau terlalu lambat juga dapat menyebabkan serangan jantung. Hal ini bisa membuat jantung tidak bisa memompa cukup darah buat memenuhi semua kebutuhan tubuh.

Mereka yang memiliki faktor-faktor peningkat risiko serangan jantung perlu mengenali gejala sakit ini. Pertolongan pertama dari tenaga kesehatan penting untuk didapatkan ketika gejala-gejala itu muncul mengingat serangan jantung bisa mengakibatkan dampak fatal, yakni kematian.

Beberapa gejala serangan jantung, sebagaimana dilansir Medical News Today, adalah:

  • Rasa tertekan, sesak, dan nyeri di dada
  • Nyeri menyebar ke lengan, leher, rahang, atau punggung
  • Perasaan berat di dada
  • Mual dan terkadang muntah
  • Merasa lembab dan berkeringat
  • Sesak napas
  • Merasa pusing
  • batuk
  • Hipoksemia, yaitu kondisi kadar oksigen dalam darah rendah
  • Syok kardiogenik, yaitu penurunan tekanan darah secara tiba-tiba karena jantung tidak dapat memasok cukup darah agar seluruh tubuh dapat bekerja secara normal
  • Edema paru, kondisi akibat cairan terkumpul di dalam dan di sekitar paru-paru.

Baca juga artikel terkait SERANGAN JANTUNG atau tulisan lainnya dari Dinda Silviana Dewi

tirto.id - Kesehatan
Kontributor: Dinda Silviana Dewi
Penulis: Dinda Silviana Dewi
Editor: Addi M Idhom