Menuju konten utama

Penyebab Gelombang Panas di India 2023 & Korban Jiwa Terkini

Apa penyebab gelombang cuaca panas ekstrim di India dan berapa jumlah korban jiwa terkini?

Penyebab Gelombang Panas di India 2023 & Korban Jiwa Terkini
Ilustrasi penduduk India. FOTO/iStock

tirto.id - Gelombang panas mematikan di India masih menjadi ancaman, termasuk hingga April 2023 ini. Lantas, apa penyebab cuaca panas ekstrim di India dan berapa jumlah korban jiwa terkini?

India mengalami gelombang panas mematikan tahun ini sejak awal Maret 2023, kemudian berlanjut pada bulan April dengan panas yang semakin menyebar ke sejumlah wilayah di negara Asia Selatan tersebut.

Suhu gelombang panas di India mencapai 40 derajat celcius di daratan, 37 derajat celcius di daerah pesisir, dan 30 derajat celcius di daerah perbukitan. Cuaca panas ini semakin memburuk hingga April 2023, bahkan pernah mencapai 51 derajat celcius.

Kementerian Tenaga Kerja dan Ketenagakerjaan India pada 18 April 2023 meminta semua pemerintah wilayah untuk memastikan kesiapan dan menjalankan manajemen yang efektif terkait potensi dampak gelombang panas yang terjadi.

Penyebab Gelombang Panas di India & Korban Jiwa 2023

Gelombang panas sebenarnya merupakan fenomena alam yang rutin terjadi di India dengan dampak yang tidak selalu sama setiap tahunnya. Dalam 20 tahun terakhir, kematian tertinggi tercatat pada 2015, yakni lebih dari 2.000 orang meninggal dunia.

Dikutip dari laporan India Meteorological Department (IMD) terbitan 2015, musim hujan di India terbilang jarang yang berdampak pada kelembaban yang lebih sedikit di sebagian besar wilayah negara ini.

Kondisi jarangnya hujan ini juga membuat sebagian besar wilayah di India menjadi gersang dan kering. Selain itu, masa musim hujan di India terkadang selesai lebih cepat dari yang seharusnya dan menyebabkan hadirnya gelombang panas.

Pola cuaca seperti ini, ditambah dengan efek El Nino yang sering meningkatkan suhu di Asia, membuat India seringkali dilanda gelombang panas dengan suhu tinggi akibat perubahan iklim yang tidak teratur.

Gelombang Panas di India

Seorang pria berjalan melintasi dasar sungai Yamuna yang kering di mana permukaan air telah berkurang secara drastis setelah cuaca panas di New Delhi, India, Senin, 2 Mei 2022. Ibu kota India, seperti banyak bagian lain di Asia Selatan, berada di tengah-tengah gelombang panas yang memecahkan rekor. (AP Photo/Manish Swarup)

Pada 18 April 2023, lebih dari 60 persen wilayah India mencatat suhu maksimum di atas normal. Gelombang panas di India dilaporkan lebih sering terjadi serta semakin memburuk akibat perubahan iklim.

Berdasarkan catatan peneliti, lebih dari 90 persen negara India berada dalam zona bahaya gelombang panas. Studi dari University of Cambridge mengungkapkan bahwa New Delhi termasuk wilayah di India yang memiliki risiko tertinggi terkena dampak gelombang panas.

Diberitakan Down to Earth, hingga April 2023, setidaknya tercatat 13 orang meninggal dunia akibat gelombang panas mematikan oleh krisis iklim yang belum teratasi. Selain itu, puluhan orang lainnya harus dirawat di rumah sakit.

Tak hanya itu, sekitar 75 persen pekerja atau sekitar 380 juta orang di India dilaporkan mengalami stres akibat cuaca panas yang sangat mematikan di negara tersebut.

Potensi Dampak Gelombang Panas di India

Laporan dari riset University of Cambridge menyebutkan bahwa sekitar 90 persen wilayah di India berisiko mengalami kerugian dalam hal kapasitas mata pencaharian, hasil panen biji-bijian, serta penyebaran penyakit akibat panas yang menyengat.

India yang sedang berjuang bangkit dari keterpurukan ekonomi diperkirakan semakin diperlambat langkahnya akibat gelombang panas yang mematikan ini.

Hingga kini, masalah iklim di India masih belum teratasi hingga mengancam kemungkinan adanya korban jiwa, terutama bagi masyarakat rentan atau miskin.

Gelombang Panas di India

Seorang pekerja memuaskan dahaganya di dekat kabel listrik saat gelombang panas terus melanda ibu kota, di New Delhi, India, Senin, 2 Mei 2022. Gelombang panas yang luar biasa dini dan brutal menghanguskan sebagian India, di mana kekurangan daya akut memengaruhi jutaan karena permintaan listrik melonjak ke tingkat rekor.. (AP Photo/Manish Swarup)

Dikutip dari laporan CNN, gelombang panas ini memiliki dampak yang signifikan bagi masyarakat miskin dan rentan.

Tak hanya itu, gelombang panas akibat perubahan iklim ini mengancam pembangunan dan berisiko membalikkan kemajuannya dan pengentasan kemiskinan, kesehatan, serta pertumbuhan ekonomi.

Laporan dari University of Cambridge mengatakan bahwa gelombang panas di India telah memberikan dampak yang kritis dengan memicu pemadaman listrik, pemadaman debu, polusi udara, hingga pencairan gletser di bagian utara India.

Dalam studi tersebut dituliskan juga bahwa jika pemerintah India tidak memahami ancaman gelombang panas terhadap penduduknya, maka akan sangat berisiko untuk negara ini.

Jumlah Kematian di India Akibat Gelombang Panas 2003-2022

Makalah yang ditulis sejumlah ilmuwan India pada 2021 menyebutkan bahwa sejak 50 tahun terakhir, gelombang panas di negara ini telah merenggut lebih dari 17.000 nyawa.

Dalam makalah tersebut, terhitung sejak tahun 1971 hingga 2019, di India terdapat sekitar 706 insiden gelombang panas yang mematikan dan sulit diselesaikan.

Dikutip dari Down to Earth, India Meteorological Department (IMD) telah mengeluarkan peringatan terhadap 8 wilayah di India yang terindikasi masuk ke dalam zona bahaya gelombang panas di awal tahun 2023.

Berdasarkan catatan IMD, berikut ini rincian jumlah kematian di India akibat gelombang panas pada 2003-2022:

  • 2003: 1.539
  • 2004: 117
  • 2005: 587
  • 2006: 135
  • 2007: 419
  • 2008: 111
  • 2009: 216
  • 2010: 269
  • 2011: 12
  • 2012: 729
  • 2013: 1.433
  • 2014: 547
  • 2015: 2.081
  • 2016: 510
  • 2017: 375
  • 2018: 33
  • 2019: 505
  • 2020: 27
  • 2021: -
  • 2022: 30

Sementara untuk tahun 2023 hingga bulan April, di India tercatat sebanyak 13 orang meninggal dunia akibat gelombang panas.

Baca juga artikel terkait AKTUAL DAN TREN atau tulisan lainnya dari Imanudin Abdurohman

tirto.id - Sosial budaya
Kontributor: Imanudin Abdurohman
Penulis: Imanudin Abdurohman
Editor: Iswara N Raditya