Menuju konten utama

Penyebab Anak Jadi Target Penculikan dan Cara Pencegahannya

Ada beberapa hal yang dapat menjadi penyebab anak menjadi target penculikan, berikut daftar dan cara mencegahnya.

Penyebab Anak Jadi Target Penculikan dan Cara Pencegahannya
Ilustrasi penculikan anak. Getty Images/iStockphoto

tirto.id - Penyebab penculikan anak perlu untuk diketahui supaya menjadi pembelajaran guna mencegah tindak kejahatan itu terulang kembali.

Saat ini Indonesia tengah menghadapi kondisi darurat penculikan anak. Sepanjang Januari 2023 saja ada sederet kasus penculikan yang terjadi di berbagai daerah di Indonesia.

Mulai dari kasus penculikan Malika di Jakarta Pusat, penculikan Fitria di Cilegon, penculikan dan pembunuhan anak di Makassar, hingga penculikan anak di Semarang.

Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA) mencatat bahwa pada 2022 terdapat 28 kasus penculikan anak. Angka tersebut lebih tinggi jika dibandingkan pada tahun 2021.

Menurut Safeatlast, sekitar 8 juta anak diculik setiap tahun di seluruh dunia. Angka pasti sebenarnya sulit diketahui mengingat banyaknya kasus yang tidak dilaporkan di banyak negara. Di Amerika Serikat, sekitar 2.300 anak diculik setiap hari. Selama tahun 2020, tercatat lebih dari 400.000 kasus penculikan.

Kasus penculikan anak perlu diperhatikan dengan serius. Memahami penyebab penculikan anak dan cara mencegahnya penting untuk dilakukan oleh orang tua dan orang dewasa di sekitar anak.

Faktor Penyebab Penculikan Anak

Menanggapi maraknya kasus penculikan, Sekretaris Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA) Universitas Negeri Surabaya (UNESA) Putri Aisyiyah Rachma Dewi angkat bicara.

Ia menjelaskan bahwa anak merupakan kelompok rentan karena belum mampu melindungi diri sendiri. Dikutip dari laman UNESA, Putri turut menjelaskan sejumlah faktor penyebab penculikan anak, yaitu:

1. Pengawasan

Longgarnya pengawasan orang tua atau orang dewasa pada anak adalah sebab utama terjadi penculikan. Pengawasan penting dilakukan terutama ketika anak berada di luar rumah. Sesibuk apapun kegiatan orang tua, lingkungan bermain anak sangat perlu untuk diperhatikan.

Namun, mengawasi bukan berarti membatasi ruang gerak anak. Ketakutan berlebihan dapat memicu orang tua melarang anak untuk bermain di luar rumah.

Hal seperti ini juga jangan sampai terjadi, karena ditakutkan anak akan menghadapi mean world syndrome atau sindrom dunia yang kejam. Ini juga buruk untuk perkembangan anak.

2. Lingkungan

Selain orang tua, peran masyarakat sekitar juga penting untuk menciptakan keamanan bagi anak. Saat ini masyarakat cenderung individualis sehingga berkurang rasa kepedulian.

Pengawasan yang baik dan bekesinambungan antara orang tua di rumah, masyarakat di luar rumah dan pihak sekolah ketika anak di sekolah menjadi pagar penting menghindari penculikan anak.

3. Peran Pemerintah

Pemerintah diharapkan andil dalam menciptakan lingkungan yang aman bagi anak. Saat ini, memang taman bermain anak mudah dijumpai, namun masih jarang disertai dengan fasilitas ramah anak.

Menurut Putri, pemerintah perlu menyoroti isu ini ke depannya.

4. Literasi Digital

Mengacu kasus penculikan dan pembunuhan anak di Makassar, literasi digital penting untuk semakin ditingkatkan, orang tua diharapkan berperan aktif untuk meningkatkan kapasitas literasi bermedia sosial.

5. Kondisi Ekonomi

Anak dari keluarga dengan ekonomi lemah kerap menjadi target penculikan anak. Ini karena pelaku penculikan mengidentifikasi orang tua kelompok rentan baik itu ekonomi, sosial, dan lain sebagainya.

Orang tua yang kesulitan membesarkan anak biasanya akan berimbas membentuk lingkungan pergaulan anak yang cenderung kurang aman. Ketika anak diculik, orang tua kondisi ekonomi lemah akan panik, tetapi tidak bisa berbuat banyak.

Cara Pencegahan Penculikan Anak

Mencegah selalu lebih baik daripada mengobati. Sebagai orang tua, Anda perlu membentengi anak agar terhindar dari penculikan.

Psikolog UGM, Edilburga Wulan Saptandari memberikan lima cara mencegah penculikan anak, termasuk:

1. Pengetahuan Mengenai Orang Asing

Orang tua perlu membekali anak pengetahuan bagaimana berhadapan dengan orang asing. Berikan anak pemahaman bahwa mereka tidak boleh asal berbicara dengan orang asing.

Mereka juga perlu diajarkan untuk tidak mudah percaya dan terbujuk dengan iming-iming pemberian orang lain. Anak-anak usia dini sangat disarankan untuk tahu cara menolak ajakan orang yang tidak dikenal.

2. Mekanisme Melindungi Diri

Orang tua perlu mengajari anak cara untuk melindungi diri. Jika memungkinkan, anak-anak dianjurkan mengikuti kegiatan belajar bela diri.

Beritahu mereka jika suatu waktu mereka dihadapkan pada keadaan yang asing atau terpisah dari keluarga. Ajarkan anak untuk berteriak minta tolong atau mencari pertolongan pada orang yang tepat.

Berikan pemahaman pada siapa saja dia bisa meminta tolong, misalnya kepada orang yang berseragam antara lain polisi, satpam, hingga karyawan toko.

3. Identitas Diri

Hal yang paling penting yang perlu dipahami oleh anak adalah pengetahuan tentang identitas dirinya. Ini dapat meliputi nama lengkap dirinya, orang tua, dan alamat rumah, serta menghafal nomor telepon orang tua.

4. Meminta Izin

Ajarkan anak agar selalu meminta izin kepada orang tua sebelum pergi kemana pun. Selain sebagai bentuk pengawasan, meminta izin juga membantu anak dalam memahami hal-hal apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan.

5. Literasi Sosial Media

Di zaman sekarang, anak umumnya sudah dibekali gadget dan memainkan sosial media. Mereka perlu diberikan literasi tentang bagaimana bersosial media dengan bijak.

Hal yang paling penting adalah mencegah anak membagikan informasi pribadinya melalui sosial media.

Baca juga artikel terkait LIFESTYLE atau tulisan lainnya dari Balqis Fallahnda

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Balqis Fallahnda
Editor: Yonada Nancy