Menuju konten utama

Penyandang Dana Teroris Bom Sibolga Ditangkap Polisi

Densus 88 menangkap penyandang dana terduga teroris bom di Sibolga. Dari temuan polisi, terduga teroris menyimpan 300 kg bahan bom.

Penyandang Dana Teroris Bom Sibolga Ditangkap Polisi
Petugas kepolisian berjaga di lokasi terjadinya ledakan yang diduga bom di kawasan Jalan KH Ahmad Dahlan, Pancuran Bambu, Sibolga Sambas, Kota Siboga, Sumatera Utara, Selasa (12/3/2019). ANTARA FOTO/Damai Mendrofa/SP/nz

tirto.id - Densus 88 Antiteror menangkap pria bernama Malik, ia duga penyandang dana untuk Abu Hamzah, terduga teroris bom di Sibolga. Malik dibekuk Densus 88 di daerah Tapanuli Tengah pada Rabu (13/3/2019).

“Jumlah duit belum diketahui, kami masih dalami soal ini,” ujar Karopenmas Mabes Polri Brigjen Pol Dedi Prasetyo di Mabes Polri, Jumat (15/3/2019).

Ia menambahkan Malik masih satu jaringan dengan Abu Hamzah yakni jaringan Sibolga. Jaringan ini, lanjut Dedi, memiliki pola penyerangan menggunakan bom rakitan.

“Mereka menyerang dengan bom dan akan beraksi jika ada kesempatan,” sambung Dedi.

Selain Malik, Densus 88 juga menangkpn penyandang dana lainnya atas nama Azmil Khair alias Ameng, Selasa (12/3/2019) di Sibolga.

“Azmil menyumbang duit Rp15 juta untuk Abu Hamzah membeli berbagai kebutuhan untuk merakit bom,” kata Dedi. Polisi pun turut memburu investor utama ke jaringan tersebut.

Hingga kini, Densus 88 telah menangkap tujuh terduga teroris jaringan Sibolga yakni Asmar Husen alias Abu Hamzah, Azmil Khair alias Ameng, Zulkarnaen Panggabean alias Ogek, Roslina alias Syuhama, Malik, Putera Syuhada alias Rinto, dan Yuliati Sri Rahayuningrum alias Khodijah.

Para terduga teroris kali ini merencanakan beraksi sendiri alias menjadi lone wolf (pelaku tunggal). Mereka berniat mengincar aparat keamanan sebagai target operasi lantaran telah menjadi buruan Polri sejak lama.

Dedi menilai pola lone wolf ini berkembang sebab para terduga teroris tidak ingin diketahui keberadaannya dan menyulitkan aparat untuk melacak mereka.

“Mereka bergerak per orangan, ini yang menyulitkan kami untuk memantau semuanya. Berbeda dengan kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT) yang menguasai satu daerah,” tutur Dedi.

Baca juga artikel terkait KASUS TERORISME atau tulisan lainnya dari Adi Briantika

tirto.id - Hukum
Reporter: Adi Briantika
Penulis: Adi Briantika
Editor: Agung DH