Menuju konten utama

Penyakit Difteri: RSUD Karawang Kehabisan Stok Serum ADS

Stok Serum Anti-Difteri (ADS) di RSUD Karawang habis ketika di sana masih ada lima pasien penderita penyakit Difteri yang dirawat.

Penyakit Difteri: RSUD Karawang Kehabisan Stok Serum ADS
Perawat mengunakan berjalan usai melakukan pemeriksaan terhadap pasien penderita Difteri di RSPI Sulianti Saroso, Jakarta, Jumat (8/12/2017). ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja.

tirto.id - Pimpinan RSUD Karawang melaporkan kondisi minimnya pasokan serum Anti-Difteri (ADS). Saat ini terdapat lima pasien penderita penyakit difteri di RS tersebut.

Direktur RSUD Karawang Asep Hidayat Lukman menyatakan saat ini pihaknya sudah kehabisan stok serum ADS. "Stoknya sudah habis. Ada lima pasien belum kita berikan ADS. Kita sudah mengajukan kepada pihak provinsi," kata Asep di Karawang, pada Senin (11/12/2017) seperti dikutip Antara.

Asep mencatat lima pasien penderita difteri itu membutuhkan 20 ADS yang harganya bisa mencapai Rp30 juta-Rp40 juta. Untuk memudahkan pihak rumah sakit mendapatkan serum anti difteri, Asep berharap Dinas Kesehatan Karawang segera menetapkan wabah difteri sebagai kejadian luar biasa (KLB).

"Kalau sudah KLB, bisa ada jaminan untuk pelayanan kesehatan dan obat-obatan mereka. KLB ini perlu dinyatakan dinas (kesehatan) yang ditandatangani oleh bupati," kata dia.

Selama tiga bulan terakhir ini, RSUD Karawang sudah menangani 14 pasien penderita difteri. Dari 14 pasien itu, sembilan orang sudah diperbolehkan pulang. Pada bulan ini, ada tambahan lima pasien baru.

Dalam menangani penderita difteri, RSUD Karawang juga mengalami kekurangan ruang isolasi untuk memenuhi standar operasional pencegahan infeksi penanganan difteri. "Solusinya, terpaksa kita mengubah satu ruangan menjadi ruang isolasi. Pencegahan infeksi, jangan sampai ada keluarga yang juga menjenguk, tidak boleh dicampurkan pasien dengan pasien lain," kata Asep.

Sementara itu, RSUD Dokter Slamet Garut melaporkan seorang pasien penderita penyakit Difteri di sana meninggal dunia pada Minggu kemarin. Pasien itu benama Idah (32) asal Kampung Ngamplang, Kecamatan Pakenjeng, Kabupaten Garut, Jawa Barat.

"Pasien itu sempat dirawat di ruang Puspa sejak pekan kemarin, tapi pada hari Minggu (10/12/2017) meninggal," kata Humas RSU dr Slamet, Lingga Saputra di Garut, pada hari ini.

Pasien tersebut, menurut dia, baru diketahui positif difteri pada Kamis pekan kemarin setelah diperiksa oleh tim medis RSUD Garut. "Namun kondisi pasien terus menurun dan tidak bisa bertahan," katanya.

Kepala Bidang Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit Dinas Kesehatan Kabupaten Garut, Janna Markus menyebutkan, kasus Difteri telah menyebar di Kecamatan Sukaresmi, Cibatu, Cihurip, Garut Kota, Bayongbong, Sukawening, Cisurupan, Pamulihan, Bungbulang dan Cikajang.

Ia menyebutkan, jumlah penderita difteri di Garut sejauh ini sudah tercatat ada 11 orang, dua orang meninggal dunia dan sembilan lainnya sudah kembali sehat. "Jika menemukan kasus baru, kami minta masyarakat segera melaporkannya, agar mendapatkan penanganan yang lebih cepat," kata Markus.

Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan (Aher), dalam siaran persnya, menyatakan Outbreak Response Imunization Difteri (ORI Difteri) akan dilaksanakan di daerahnya pada pekan kedua Desember 2017. Ia meminta warga di daerah lokasi imunisasi gratis itu mengikuti vaksinasi ini karena telah sesuai kaidah kesehatan maupun agama. Imunisasi ini menyasar warga usia 0 hingga 19 tahun.

Penyakit Difteri disebabkan infeksi bakteri Corynebacterium Diptheriae yang dapat menyebabkan komplikasi serius, seperti sumbatan saluran nafas serta peradangan pada otot jantung bahkan kematian. Adapun gejalanya antara lain demam 38 derajat celsius, sakit menelan, selaput putih keabu-abuan di tenggorokan, leher membengkak dan sesak nafas disertai suara mengorok.

Berdasar data terbaru dari Kementerian Kesehatan, pada Desember 2017, wabah difteri sudah tersebar di 20 provinsi dan 95 kabupaten kota. Kementerian Kesehatan akan melakukan imunisasi massal sebagai respon atas penyebaran kasus difteri di sejumlah daerah atau ORI Outbreak Response Immunization, namun program ini baru akan dilakukan di tiga provinsi mulai 11 Desember 2017.

Baca juga artikel terkait DIFTERI

tirto.id - Kesehatan
Sumber: antara
Penulis: Addi M Idhom
Editor: Addi M Idhom