Menuju konten utama

Penutupan Giant Tidak Hanya Berdampak pada Karyawan, tapi...

Ditutupnya sejumlah gerai Giant juga dirasakan dampaknya oleh pelaku usaha di sekitarnya, dari mulai pedagang makanan hingga juru parkir.

Penutupan Giant Tidak Hanya Berdampak pada Karyawan, tapi...
Gerai Giant Tutup, Mampang Perapatan Jakarta Selatan, Senin (24/6/2019). tirto.id/Selfie

tirto.id - Saat didirikan, sebuah pusat perbelanjaan kemungkinan besar akan turut merangsang roda ekonomi di sekitarnya. Orang-orang yang bekerja di sana akan diupah perbulan dan lantas membelanjakannya lagi untuk kebutuhan hidup sehari-hari, lalu akan muncul penjaja makanan ringan, atau bahkan juru parkir yang penghasilannya bisa tiga kali lipat upah minimum. Pun ketika pusat perbelanjaan itu memutuskan tutup.

Demikianlah yang terjadi pada Giant, salah satu jaringan ritel terbesar di Indonesia, saat berencana menyuntik mati enam tokonya di Jakarta, Depok, dan Bekasi per 28 Juli nanti.

Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) mengatakan penyebab penutupan gerai ini adalah bergesernya gaya belanja konsumen. Sementara Direktur PT Hero Supermarket Hadrianus Wahyu Trikusumo mengaku keputusan ini dibuat karena persaingan ritel makanan yang semakin ketat.

Salah satu yang terkena imbas adalah Slamet (50), karyawan Giant Ekspres Mampang Prapatan. Dia mengaku pasrah dengan keputusan manajemen.

"Ya, paling lamar jadi driver Go-Jek. Soalnya lowongan apa lagi yang bisa terima saya? Saya sudah tua, kalau seperti mereka [yang muda], mereka pasti akan mudah mendapatkan pekerjaan," kata Slamet kepada reporter Tirto ketika ditanya apa rencananya setelah tak lagi bekerja di jaringan ritel yang resmi beroperasi di Indonesia empat tahun setelah reformasi ini.

Beda lagi dengan Annisa (30), yang ketika saya temui tengah menata rak tisu dan tampak lelah. Lengkap dengan seragam kuning putih dengan atribut tulisan Giant, ia acuh tak acuh menjawab setiap pertanyaan.

"Duh, bagaimana ya. Belum ada rencana [pindah] ke mana. Sepertinya diam di rumah saja, ya." katanya tampak malas menjawab pertanyaan.

Dampak rencana penutupan ini juga dirasakan Wafy, seorang penjual kue basah di depan Giant mampang. Dia mengaku belum menemukan lagi lokasi jualan jika gerai ini ditutup. Dia bisa saja tetap berjualan di sana, namun karena sebagian pembelinya adalah orang yang belanja di Giant, kemungkinan besar jika tetap bertahan di sana pendapatannya akan turun.

Tapi sebelum itu terjadi, Wafy mengaku sejak ada pengumuman Giant Mampang tutup, omzetnya meningkat tiga kali lipat.

"Naik dua sampai tiga kali lipat omzet saya, pada lapar kali, ya, menunggu keluarganya belanja," kata pria yang berusia 21 tahun itu, sebagaimana diwartakan kantor berita Antara.

Delfy, penjual baju, lebih beruntung. Juga diwartawan Antara, dia mengaku sudah ditawarkan manajemen untuk pindah ke Giant lain yang masih beroperasi. Selain Giant Mampang, yang juga akan dihentikan operasinya adalah Giant Ekspress Cinera Mall, Giant Ekspress Pondok Timur, Giant Ekstra Jatimakmur, Giant Ekstra Mitra 10 Cibubur, dan Giant Ekstra Wisma Asri.

Menjelang pindahan, seperti yang dilakukan manajemen Giant, dia mengaku turut menurunkan harga agar barangnya lebih cepat laku. "Ya harus turun harga. Biasa jual Rp35 ribu, sekarang Rp25 ribu untuk semua jenis baju," akunya.

Cerita Ipung beda lagi. Jika Delfy atau Wafy mungkin hanya bertanggung jawab terhadap dirinya dan keluarga sendiri, Ipung mesti menanggung beban 40 orang sekaligus. Mereka semua adalah juru parkir Giant Mampang yang bekerja bergiliran, sementara Ipung adalah koordinatornya sejak sembilan tahun terakhir. Di tempat belanja ini memang tak ada sistem parkir otomatis seperti di pusat perbelanjaan modern pada umumnya.

"Kami merasa dirugikan," kata Ipung. "Tapi saat ini tetap kerja sambil menunggu kejelasan dari pihak manajemen."

Infografik Giant tutup

Infografik Giant tutup. tirto.id/Nadia

Kalau memang benar tutup, Ipung berharap ada kompensasi setara: ada tempat belanja lain yang mau lahan parkirnya diurusi mereka.

"Saya akan berjuang bagi teman-teman yang lain. Jika ada swalayan yang menggantikan Giant bisa menggunakan tenaga kawan-kawan jukir. Karena itu mata pencaharian kami," kata Ipung.

Cerita-cerita ini mungkin berulang karena PT Hero Supermarket Tbk (HERO) sebagai pemilik Giant mengalami rugi sebesar Rp1,25 triliun per Desember lalu. Angka ini naik dari tahun sebelumnya yang 'hanya' Rp191 miliar. Karena kerugian ini mereka terus menyusutkan gerai. Giant Ekspres, misalnya, masih ada 105 titik pada Desember 2017, tapi pada periode yang sama tahun 2018 tinggal 82.

Pun dengan Giant Ekstra. Pada Desember 2017 jumlahnya masih 58, tapi setahun kemudian menyusut jadi 57.

Baca juga artikel terkait RITEL

tirto.id - Bisnis
Sumber: Antara
Reporter: Selfie Miftahul Jannah
Penulis: Rio Apinino
Editor: Rio Apinino