Menuju konten utama

Pentingnya Sarapan & Bawa Bekal Saat Demo Mahasiswa

Saat demo mahasiswa, penting untuk sarapan dan membawa bekal agar tidak pingsan dan terjadi hal-hal yang tidak dinginkan saat berada di lapangan.

Pentingnya Sarapan & Bawa Bekal Saat Demo Mahasiswa
Ribuan mahasiswa dan masyarakat yang tergabung dalam Aliansi Semarang Raya menggelar demonstrasi 'Reformasi Dikorupsi' di depan kompleks kantor Pemprov Jateng dan DPRD Jateng, Jalan Pahlawan, Kota Semarang, Jawa Tengah, Selasa (24/9/2019). foto/aliansi mahasiswa semarang

tirto.id - Ribuan mahasiswa di berbagai kota, seperti Jakarta, Jogja, Bandung, Malang, Medan, Purwokerto dan lainnya menggelar demonstrasi menolak RUU KUHP, revisi UU KPK serta sejumlah RUU bermasalah lainnya sejak Senin (23/9/2019) dan demo masih berlangsung hingga beberapa hari ke depan.

Demo mahasiswa yang digelar di banyak kota tersebut membuat salah satu tagar "Saatnya People Power" menjadi trending topic dunia di twitter. Hingga Senin (23/9/2019) pukul 16.40 WIB, tagar itu disebut dalam 47.500 twit.

Namun, di tengah aksi tersebut beberapa masalah juga terjadi, salah satunya banyak mahasiswa pingsan seperti yang terjadi di depan gedung DPRD Provinsi Jawa Barat, Senin kemarin. Alasannya karena perut kosong dan belum diisi makanan saat melakukan aksi.

Petugas Dinkes bersama PMI Kota Bandung melakukan perawatan kepada sekitar 87 mahasiswa yang membutuhkan pertolongan medis di Universitas Islam Bandung (Unisba) yang menjadi tempat evakuasi.

"Kebanyakan mahasiswa yang pingsan karena sebelumnya tidak sarapan. Dari pagi sampai malam tidak sarapan," kata Dokter Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bandung, dr Andre Herdian saat ditemui di kampus Unisba Jalan Tamansari, Kota Bandung, Senin (23/9/2019) seperti dilansir Antara.

Dengan lamanya waktu dalam melakukan aksi, ujar Andre, mahasiswa diimbau untuk sarapan dan membekal makanan maupun minuman agar kesehatan tidak terganggu.

Hal tersebut diungkapkannya dalam kapasitasnya sebagai dokter, meskipun sebenarnya ia lebih menyarankan untuk tidak melakukan tindakan yang dapat mengancam keselamatan.

"Jelas wajib sarapan, kalau tidak, bawa bekal manis, bawa minuman manis," lanjutnya.

Selain itu, tambah dia, banyak juga mahasiswa yang mengalami trauma fisik karena tersemprot air dari water canon. Dengan kondisi tubuh yang tidak fit karena perut kosong, maka saat terkena air, kondisi tubuh akan menurun.

Menurut laman The Healthy, sarapan di pagi hari akan membuat tubuh seseorang lebih berenergi dan bisa bertahan sepanjang hari, khususnya jika orang tersebut memiliki banyak aktivitas, seperti melakukan aksi atau demo mahasiswa.

Jika tidak sempat sarapan, setidaknya ngemil makanan manis seperti cokelat. Dengan makan satu kotak kecil cokelat hitam, minimal dapat menurunkan tekanan darah seseorang.

Cokelat mengandung kakao dan flavonoid yang berkonsentrasi tinggi, serta antioksidan dengan manfaat anti-inflamasi dan sistem kekebalan tubuh yang sangat besar.

Jika tak sempat sarapan, maka para pendemo sebaiknya membawa bekal saat aksi, agar mencegah hal-hal yang tidak diinginkan, seperti pingsan.

Seperti dilansir situs WebMD, tubuh akan mengalami kelelahan dan dehidrasi saat seseorang aktif berkegiatan sepanjang hari, karenanya harus dimbangi dengan makan teratur dan tidak membiarkan perut kosong.

Dengan membawa bekal saat demo, maka energi yang dibutuhkan bisa terpenuhi dan orang tersebut bisa fokus dengan kegiatannya.

Membawa bekal saat demo juga membiasakan orang tetap makan dengan teratur sehingga membuat ingatan dan konsentrasi yang lebih baik, dan menghindari kemungkinan terkena penyakit seperti diabetes, penyakit jantung, dan kelebihan berat badan.

Membiasakan sarapan dan makan secara teratur juga akan menjadikan seseorang memiliki gaya hidup yang lebih sehat.

Selain itu, saat tubuh tidak mendapatkan bahan bakar dari makanan, tentu tubuh menjadi lebih cepat lemah dan kurang konsentrasi pada hari itu dan hari selanjutnya.

Baca juga artikel terkait DEMO MAHASISWA atau tulisan lainnya dari Dewi Adhitya S. Koesno

tirto.id - Kesehatan
Penulis: Dewi Adhitya S. Koesno
Editor: Agung DH