Menuju konten utama

Penjelasan Mendag soal Penyebab Harga Kedelai Dunia Naik

Menurut Mendag Lutfi salah satu penyebab naiknya harga kedelai yakni terjadinya elnina yang sangat basah di Argentina & Amerika Selatan.

Penjelasan Mendag soal Penyebab Harga Kedelai Dunia Naik
Perajin membuat tempe berbahan baku kedelai impor yang kini harganya naik dari Rp9.600 menjadi Rp10.300 per kilogram di sentra perajin tempe di Sanan, Malang, Jawa Timur, Selasa (11/1/2022). ANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto/foc.

tirto.id - Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi menjelaskan penyebab harga kedelai dunia melonjak. Menurut Lutfi salah satu penyebab yakni terjadi elnina yang sangat basah di Argentina dan Amerika Selatan.

Kondisi itu menyebabkan suplai kedelai menjadi sangat terbatas, sehingga harga menjadi naik.

Selain itu, terdapat restrukturisasi dari peternakan binatang di Cina yang mendapatkan 5 miliar babi yang dulu makannya tidak diatur, namun saat ini diberi makan kedelai.

"Jadi permintaannya sangat tinggi menyebabkan harga sangat tinggi. Nah, ini yang menyebabkan harga kedelai di Indonesia juga tinggi," ujar Lutfi lewat keterangannya diterima di Jakarta, Kamis (17/2/2022) dilansir dari Antara.

Lutfi mengatakan budidaya kedelai di Indonesia saat ini dalam kondisi bagus. Namun, dari kebutuhan dalam negeri sebanyak 3 juta ton tahun, pasokan domestik baru mencapai 500 ribu sampai 750 ribu ton per tahunnya.

Dengan demikian, 80-90 persen dari kebutuhan nasional masih diimpor dari sejumlah negara.

Lutfi mengaku telah menyiapkan mitigasi kebijakan untuk mengatasi kenaikan harga kedelai yang tengah terjadi dan akan diumumkan pada minggu depan.

"Sekarang kami sudah menyiapkan mitigasi untuk harga kedelai tersebut. Kami akan putuskan pada kesempatan pertama minggu depan. Nanti akan saya umumkan kebijakannya," katanya.

Para pengrajin tempe berencana mogok produksi pada 21-23 Februari 2022. Ketua umum Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu (Gakoptindo) Aip Syarifudin mengatakan, harga kedelai yang terus mengalami kenaikan dalam sepekan menjadi pemicu utama aksi mogok ini.

“Kalau daerah DKI, Jabodetabek, DKI itu artinya 5 wilayah ya, Jabotabek, kemudian ikut lagi Bogor, Cianjur, Jawa Barat. Sekarang diikutin lagi Jawa Tengah, kemudian diikutin lagi para pengrajin dari Jawa Timur. Kita gak ngajak mereka untuk demo, tapi malah kami [Gakoptindo] larang. Cuma mereka bilang kalau harganya mahal para pengrajin akan tertekan,” kata dia kepada reporter Tirto, Rabu (16/2/2022).

Aip menjelaskan, harga kedelai saat ini sudah mencapai Rp11.000/kg. Padahal harga normal yang didapat pengrajin sekitar Rp10.000/kg. Kenaikan mulai terasa pada awal Februari 2022. Kenaikan terjadi setiap hari dalam sepekan.

Kenaikan harga kedelai internasional ini juga pernah terjadi di awal 2021 lalu. Dampaknya pun sama, yakni produsen tempe dan tahu memilih mogok sehingga membuat barangnya langka.

Indonesia hingga saat ini masih mengandalkan impor kedelai demi memenuhi kebutuhan tempe dan tahu yang menjadi makanan andalan masyarakat Indonesia.

Ketergantungan terhadap kedelai impor membuat produksi dalam negeri tak maksimal, kata Guru Besar IPB University yang juga Ketua Umum Asosiasi Bank Benih dan Teknologi Tani Indonesia (AB2TI) Dwi Andreas.

Ia mengatakan petani bisa menutup biaya produksi jika kedelai dijual dengan harga Rp12.000/kg. Masalahnya, kedelai impor di kisaran Rp9.500/kg. “Mana ada petani lokal mau tanam di harga segitu? Lebih baik mereka tanam kacang hijau, harganya Rp15 ribu/kg,” katanya kepada wartawan Tirto, awal Januari 2021 lalu.

Baca juga artikel terkait IMPOR KEDELAI

tirto.id - Ekonomi
Sumber: Antara
Editor: Bayu Septianto