Menuju konten utama

Penjelasan BMKG Soal Penyebab Gempa Guncang Jepara, Jogja, Bali

Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa yang terjadi merupakan jenis gempa dalam.

Penjelasan BMKG Soal Penyebab Gempa Guncang Jepara, Jogja, Bali
Ilustrasi gempa bumi. FOTO/iStockphoto

tirto.id - Kepala Bidang Mitigasi Gempabumi dan Tsunami BMKG, Daryono mengatakan gempa yang berlokasi di Laut Jawa pada jarak 85 kilometer arah Utara Mlonggo, Jepara, Jawa Tengah dirasakan hingga Bali, Lombok bahkan sebagian Sumatra bagian selatan, Selasa (7/7/2020).

"Guncangan gempa ini dirasakan di wilayah sangat luas hampir sebagian besar wilayah Pulau Jawa seperti daerah Karangkates, Nganjuk, Yogyakarta, Purworejo, Kebumen, Banjarnegara, Pangandaran, Karangasem, Garut, Boyolali," kata Daryono saat dihubungi redaksi Tirto.

Gempa juga dirasakan hingga Bali yaitu wilayah Kuta, Denpasar, Gianyar, dan Lombok Barat.

Bahkan menurut Daryno gempa tersebut juga terasa hingga Sumatra bagian selatan seperti Krui, Sekincau, Semaka.

Menurut Daryono, gempa tersebut memiliki magnitudo 6,1 dan terletak pada koordinat 5.77 LS, 110.64 BT, atau tepatnya pada kedalaman 539 kilometer serta termasuk jenis gempa dalam.

Penyebab gempa yang guncang Jepara, Jogja hingga Bali

"Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa yang terjadi merupakan jenis gempa dalam akibat adanya deformasi atau penyesaran pada lempeng yang tersubduksi di bawah Laut Jawa," kata Daryono.

Daryono juga mengatakan bahwa gempa tersebut merupakan gempa deep focus earthquake.

Apa itu deep focus earthquake?

"Gempa dalam semacam ini disebut sebagai "deep focus earthquake" dimana slab lempeng Indo-Australia yang sudah menunjam dan menukik di bawah Laut Jawa sudah menggantung kemudian putus karena adanya tarikan gaya gravitasi atau proses lempeng yang mulai 'menggulung balik' (roll back)," ujar Daryono.

Ia menambahkan karena saking dalamnya hiposenter gempa maka spektrum guncangan yang dirasakan dalam wilayah yang luas.

Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa memiliki mekanisme pergerakan turun (normal fault) akibat tarikan lempeng ke bawah.

"Gempa 'deep focus' Laut Jawa ini lebih dirasakan di Pulau Jawa bagian selatan dari pada di pantura jawa karena gelombang seismik merambat melalui slab lempeng yang jejaknya seperti panah merah di kartun ini," kata Daryono.

Daryono juga mengatakan bahwa gempa deep focus tidak berdampak karena sangat dalam sehingga sudah mengalami atenuasi gelombang seismic.

"Hingga saat ini belum ada laporan dampak kerusakan yang ditimbulkan akibat gempabumi tersebut," kata Daryono.

Daryono juga mengatakan hasil pemodelan menunjukkan bahwa gempa ini tidak berpotensi tsumami.

Hingga pukul 06.25 WIB, hasil monitoring BMKG belum menunjukkan adanya aktivitas gempabumi susulan (aftershock).

Baca juga artikel terkait GEMPA BUMI atau tulisan lainnya dari Nur Hidayah Perwitasari

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Nur Hidayah Perwitasari
Editor: Agung DH