Menuju konten utama

Penjelasan Bappenas Soal Tantangan Penurunan Kemiskinan di 2018

Bappenas memprediksi proses penurunan tingkat kemiskinan untuk menuju angka di bawah 10 persen pada tahun-tahun mendatang hanya bisa bergerak tipis.

Penjelasan Bappenas Soal Tantangan Penurunan Kemiskinan di 2018
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro memberikan pemaparan tentang sosialisasi penyusunan RAD TDB/SDGs bertajuk Gotong Royong Menjalankan TPB/SDGs Hingga Tinggkat Daerah‚ di Semarang, Jawa Tengah, Jumat (15/12/2017). ANTARA FOTO/Aji Styawan.

tirto.id - Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro mengakui ada tantangan berat untuk memenuhi target penurunan kemiskinan hingga di bawah 10 persen pada tahun ini.

Target penurunan tingkat kemiskinan Indonesia untuk 2018 adalah menjadi sebesar 9,5 persen atau harus membaik dari catatan per-September 2017, yakni 10,12 persen.

“Begitu masuk 12, 11, 10 persen, dalam terget 10 persen ke bawah, penurunannya akan lebih landai. 10 persen ke bawah jangan harap penurunannya akan tajam,” ujar Bambang di kantor Bappenas Jakarta pada Selasa (9/1/2018).

Dia mencontohkan penurunan tingkat kemiskinan bisa lumayan tajam dari periode 2007 ke 2012, yakni dari 16,58 persen menjadi 11,66 persen. Sementara data penurunan tingkat kemiskinan sejak 2012 hingga saat ini hanya bergerak tipis.

Sementara pada 2012-2017, secara berturut-turut data tingkat kemiskinan ialah 11,66 persen, 11,47 persen, 10,96 persen, 11,13 persen, 10,70 persen, dan 10,12 persen.

Bambang mencatat angka kemiskinan di masa orde baru sempat menurun tajam dari 40 persen menjadi 11,7 persen pada era sebelum krisis ekonomi 1998. Setelah krisis melumat perekonomian Indonesia, angka kemiskinan terkerek cepat hingga melebihi angka 20 persen.

“Angka 20 persen itu turun perlahan sampai menjadi 10,12 persen di 2017. Sekarang, tingkat penurunannya mulai datar,” ujarnya.

Karena itu, menurut dia, pilihan terbaik pemerintah ialah terus berfokus menekan angka kemiskinan absolut. “Sekarang (jumlah penduduk miskin) 26,58 juta, (menurun) dari 27,76 juta. Jadi, menurun banyak. Mudah-mudahan perbaikan ke depan bisa lebih besar lagi,” kata dia.

Bambang menjelaskan penyebab terjadinya penurunan tingkat kemiskinan yang landai ialah, “Karena ada tingkat kedalaman dan keparahan (kemiskinan) yang masih harus diperbaiki melalui perbaikan program (bantuan untuk orang miskin), dan masih harus memperbaiki ketepatan sasarannya.”

Dia berpendapat demikian karena persoalan perbaikan angka kemiskinan bukan hanya berkaitan dengan penurunan jumlah dan persentase penduduk miskin. Bambang mencontohkan, dari sisi kedalaman dan keparahan kemiskinan, ada masalah ketimpangan ekonomi antara perdesaan dan perkotaan yang masih besar.

“Secara persentase kemiskinan di perdesaan lebih tinggi dibandingkan perkotaan,” kata dia.

Berdasar data per September 2017, tingkat kemiskinan di perdesaan mencapai 13,47 persen, sedangkan di perkotaan 7,26 persen.

Meskipun begitu, dari sisi lajunya, pada periode 2010-2014, tingkat penurunan kemiskinan di wilayah perdesaan lebih cepat dari di perkotaan. Sedangkan, pada 2014-2016, penurunan kemiskinan di perdesaan melambat, bahkan terjadi peningkatan angka kemiskinan pada 2014-2015.

“Namun, pada 2016-2017, penurunan kemiskinan di wilayah perdesaan lebih cepat dari perkotaan,” kata Bambang.

Baca juga artikel terkait KEMISKINAN atau tulisan lainnya dari Shintaloka Pradita Sicca

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Shintaloka Pradita Sicca
Penulis: Shintaloka Pradita Sicca
Editor: Addi M Idhom